Rahmat Baequni Jadi Tersangka, Alissa: Dia Menyerukan Hate Speech

Menurut kamu, apakah harus ustaz disertifikasi?

Jakarta, IDN Times - Koordinator nasional jaringan Gusdurian, Alissa Wahid, menilai keputusan polisi dalam menetapkan Rahmat Baequni sebagai tersangka kasus penyebaran berita bohong adalah langkah yang tepat. Menurutnya, tidak ada unsur kriminalisasi ulama pada kasus ini.

“Bukan sebagai posisi ustaz yang bermasalah, tapi karena dia mengajak orang untuk benci Ridwan Kamil, dia kan hate speech juga, dan mengajak untuk membenci simbol-simbol,” kata Alissa kepada IDN Times saat ditemui di The Media Hotel, Jakarta Pusat, Sabtu (22/6).

1. Ustaz atau ulama harus memenuhi kualifikasi tertentu

Rahmat Baequni Jadi Tersangka, Alissa: Dia Menyerukan Hate SpeechIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Kepada para pendakwah, Alissa menekankan tentang pentingnya literasi keIslaman. Dia mengimbau supaya orang yang baru belajar agama tidak menjadi ustaz dadakan.

“Saya sendiri tetap (pada pendirian) bahwa orang yang disebut sebagi ustaz adalah orang yang memenuhi kualifikasi tertentu. Misal kitab apa saja yang sudah dikhatamin, siapa kiainya, tamatan mana,” lanjut dia.

Baca Juga: Alissa Wahid Sebut Keuntungan Memulangkan Eks Jihadis ISIS dari Suriah

2. Tidak mendukung ide sertifikasi ustaz dan ulama

Rahmat Baequni Jadi Tersangka, Alissa: Dia Menyerukan Hate SpeechIDN Times/Debbie Sutrisno

Kendati begitu, dia tidak setuju bila kualifikasi ustaz yang disebutkannya menjadi syarat formal yang harus diakui negara.

“Tidak harus diformalkan dengan sertifikasi negara ya, tapi memang harus ada yang men-drivenya,” papar putri sulung dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid itu.

3. Harus ada pihak yang menjaga supaya ceramah tidak “offside”

Rahmat Baequni Jadi Tersangka, Alissa: Dia Menyerukan Hate SpeechIDN Times/Galih Persiana

Dia meminta supaya negara atau pihak terkait hadir menjadi penengah apabila ada pendakwah yang memiliki muatan ceramah yang tidak sesuai dengan nilai-nilai bangsa.

“Harus dibiarkan dalam proses kontestasi natural (ustaz-ustaz memberikan ceramah sesuai dengan kapasitasnya), tapi di-drive jangan diam-diam saja. Karena yang namanya kontestasi di ruang publik harus ada drivenya,” jelasnya.

4. Nahdlatul Ulama (NU) punya kultur yang saling mengawasi

Rahmat Baequni Jadi Tersangka, Alissa: Dia Menyerukan Hate SpeechIDN Times/Fitria Madia

Alissa mencontohkan hubungan antara kiai dengan muridnya dalam budaya NU sebagai contoh social check and balances.

“NU itu punya kultur, ketika orang jadi ustaz, pasti ada gurunya, pernah nyanrtri di kiai ini. Nah kiai itu yang berhak negur,” tuturnya. 

Baca Juga: Alissa Wahid di IMS 2019: Millennial Gak Butuh Ustaz Bersertifikat

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya