Survei: Karakter Pemilih Indonesia Cenderung Patriarki

Cenderung memilih calon pemimpin yang seagama dan laki-laki

Jakarta, IDN Times - Kolaborasi survei dilakukan oleh Parameter Politik Indonesia dan Politika Research & Consulting. Kedua lembaga ini mengungkap bahwa karakter pemilih di Indonesia cenderung patriarkis dan masih menjadikan agama sebagai pertimbangan saat memilih.

Hal tersebut terungkap ketika responden ditanya soal latar belakang capres yang mereka jagokan saat disurvei digelar pada 25 Januari hingga 10 Februari 2020. Suvei melibatkan 2.197 responden dari 220 desa/kelurahan di seluruh Indonesia dengan tingkat kepercayaannya 95 persen dengan margin of error 2,13 persen.

1. Sebanyak 68,2 responden memilih capres-cawapres muslim

Survei: Karakter Pemilih Indonesia Cenderung PatriarkiTangkapan layar hasil survei Parameter Politik Indonesia bersama Politika Research & Consulting

Ketika ditanya latar belakang capres-cawapres yang diunggulkan bakal periode 2024-2029, ternyata 68,2 persen responden akan memilih capres-cawapres yang beragama Islam. Hanya 25,2 persen responden yang acuh terhadap latar belakang agama.

“Jadi memang pemilih kita ini rada-rada rasialis karena mereka masih melihat latar belakang agama. Tapi yang 25,2 persen ini meningkat dari survei sebelumnya yang hanya 10 persen. Kita berharap terus naik sehingga Pilpres ini gak lagi bicara latar belakang agama, tapi soal program kerja," kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, saat memaparkan hasil survei di Hotel Gren Aila Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (23/2).

2. Sebanyak 78,5 persen responden menyukai capres-cawapres laki-laki

Survei: Karakter Pemilih Indonesia Cenderung PatriarkiTangkapan layar hasil survei Parameter Politik Indonesia bersama Politika Research & Consulting

Pertanyaan lain yang diajukan adalah soal jenis kelamin. Ternyata, 78,5 persen responden menyukai capres-cawapres berjenis kelamin laki-laki. Hanya 13,2 persen responden menyukai capres-cawapres dari laki-laki dan perempuan. Apabila keduanya perempuan, maka hanya 0,6 persen responden yang tidak mempermasalahkan hal tersebut.

“Jadi masih patriarkis pemilih kita. Tapi ada harapan juga di angka 13 persen. Artinya, 2024 capres perempuan juga diinginkan,” tambah Adi.

Sementara itu, dari 30 nama capres potensial 2024, hanya empat perempuan yang namanya masuk dalam radar. Mereka adalah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansi, mantan Menteri KKP Susi Pudjiastuti, dan Ketua DPR RI Puan Maharani.

3. Latar belakang suku sudah tidak lagi jadi masalah

Survei: Karakter Pemilih Indonesia Cenderung PatriarkiTangkapan layar hasil survei Parameter Politik Indonesia bersama Politika Research & Consulting

Di tengah temuan yang kurang enak didengar, kabar baiknya adalah karakter pemilih Indonesia sudah tidak lagi mempermasalahkan asal sukunya. Sebanyak 60,8 persen responden tidak mempermasalahkan latar belakang capres-cawapres. Hanya 21,1 persen saja yang berharap capres-cawapresnya dari suku Jawa.

“Ini jadi kabar baik untuk demokrasi kita ke depan. Sudah tidak lagi relevan apakah Jawa atau non-Jawa. Ini dikotomi politik yang diskriminatif. Jadi secara preferensi suku kita sudah lebih maju,” tutup Adi.

Baca Juga: Survei: Banjir Menghanyutkan Elektabilitas Anies Baswedan

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya