[WANSUS] Di Masa Corona, Millennial Justru Banyak Berzakat ke Baznas

Wawancara IDN Times dengan Dirut Baznas Arifin Purwakananta

Jakarta, IDN Times- Pandemik COVID-19 berdampak luar biasa terhadap perekonomian Indonesia. Banyak orang yang dirumahkan, gajinya dipotong, hingga diberhentikan dari pekerjaannya. Banyak ahli yang meramalkan bahwa Indonesia akan dilanda krisis, pengangguran meningkat, angka kemiskinan bertambah, dan kelas menengah berkurang.

Di tengah kondisi yang meresahkan, ternyata krisis ekonomi tidak menurunkan semangat umat Islam untuk berzakat. Tentu ini menjadi kabar baik. Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) bahkan mencatat, pencapaian zakat tahun ini dua kali lebih besar dari tahun sebelumnya.

“Baznas Nasional tahun lalu menerima Rp70 miliar, tahun ini hingga Mei 2020 kami menerima Rp151,9 miliar,” kata Direktur Utama Baznas, Arifin Purwakananta, saat live Instagram bersama IDN Times, Senin (15/6).

“Ini yang menarik, karena secara teori, seharusnya orang tidak lagi berzakat karena kantor tutup, pabrik tutup, tetapi ternyata mereka yang berzakat karena ada pandemik malah bertambah orangnya,” ujar dia.

Kabar menggembirakan lainnya, ternyata donatur Baznas tahun ini didominasi oleh generasi millennial. Menurut Arifin, pencapaian ini merupakan harapan luar biasa bagi Indonesia.

Dia mengatakan, bila negeri ini tidak kekurangan orang baik, meski banyak “orang jahat” yang menyalahgunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri.  

Untuk mengetahui bagaimana Baznas bekerja di tengah pandemik virus corona, IDN Times melakukan wawancara khusus dengan Arifin, sosok yang diakui telah memberikan banyak perubahan pada Baznas. Bahkan pada 2019 lalu, dia mendapat penghargaan sebagai Top Eksekutif Muslim. Yuk simak wawancara lengkapnya di bawah ini!

Baca Juga: Baznas: Perpres Zakat Tidak Potong Gaji PNS Tanpa Persetujuan

Bisa beri tahu kepada millennial, apa sih Baznas itu?

[WANSUS] Di Masa Corona, Millennial Justru Banyak Berzakat ke Baznas(Dok. BAZNAS)

Baznas itu Badan Amil Zakat Nasional, badan yang dibentuk oleh pemerintah. Tugasnya adalah mengelola zakat, melayani masyarakat Indonesia untuk berzakat, dan menyalurkan kepada mereka yang berhak menerimanya, yang disebut mustahik.

Zakat dalam artian luas itu termasuk zakat mal, zakat fitrah, infak, fidyah, sedekah, dan semua dana sosial keagamaan, kecuali wakaf ya, karena wakaf ada badan pengelolaannya sendiri.

Tugas kedua, Baznas juga mengkoordinatori badan amil zakat di seluruh Indonesia di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan lembaga zakat seluruh Indonesia yang jumlahnya 500-an itu.

Karena zakat adalah kewajiban, Baznas menyampaikan kepada masyarakat bahwa zakat itu wajib bagi mereka yang mampu. Baznas membuat program-program untuk menyampaikan kewajiban zakat itu, dan program-program untuk melayani agar masyarakat mudah berzakat dan gembira ketika berzakat. Baznas juga mengelola dana zakat yang dihimpun dan menyampaikannya kepada mereka yang tidak mampu.

Berapa potensi zakat nasional?

kita punya potensi yang besar, kalau seluruh masyarakat dan perusahaan bayar zakat, dana yang ada di tabungan milik umat Islam itu, bayar zakat dan BUMN bayar zakat, kita pernah hitung Rp217 triliun, bahkan kalau hari ini bisa menjadi Rp330 triliun setiap tahunnya. Kami terus memperjuangkan menaikkan angka partisipasi zakat.

Sekarang ini, setahun dana yang dihimpun oleh Baznas dan lembaga amil zakat di seluruh Indonesia kira-kira Rp10 triliun, tahun 2020 targetnya sekitar Rp12 triliun. Tahun kemarin (kami menerima) Rp10 triliun.

Kontribusi dari 400 lembaga Baznas (di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten kota) 60 persen. Dari lembaga amil zakat lain kontribusinya 40 persen. Kalau targetnya kira-kira setiap tahun peningkatannya 25 persen. Itu angka yang cukup tinggi karena ekonomi kita saja (pertumbuhan) 5-6 persen. 

Ada banyak lembaga zakat, apa yang membedakan Baznas dari yang lainnya?

Sekarang ini kami mengkampanyekan zakat melalui badan-badan resmi, jadi boleh memilih Baznas atau LAZ (Lembaga Amil Zakat yang dikelola swadaya masyarakat). Kami sedang membuat Baznas itu lebih proaktif, lebih bisa melayani dan gencar bekerja di lapangan, agar orang memilih baznas.

Kami memberi saluran digital lebih banyak, bekerja lebih gesit di lapangan, sekarang masyarakat dapat melihat kinerja Baznas ketika bencana, ketika COVID-19.

Hal ini menyebabkan kepercayaan terhadap Baznas naik luar biasa. Setiap tahun kami mendapat kenaikan 40 persen dari masyarakat dan itu kami anggap sebagai berkah. Pada COVID-19 ini kami dapat kepercayaan lebih dari masyarakat, sehingga (nilai donasi) 100 persen dari Ramadan tahun lalu.

Baca Juga: Potensi Zakat di Indonesia Mencapai Rp330 Triliun

Tahun ini kepercayaan meningkat 100 persen, apakah itu berarti penerimaan zakat naik di masa pandemik?

[WANSUS] Di Masa Corona, Millennial Justru Banyak Berzakat ke BaznasInstagram/BaznasIndonesia

Nah ini yang menarik, karena secara teori, seharusnya orang tidak lagi berzakat karena kantor tutup, pabriknya tutup, tetapi ternyata mereka-mereka yang berzakat karena ada pandemik malah meninkkan jumlahnya dan bertambah orangnya.

Baznas Nasional tahun lalu menerima Rp70 miliar, tahun ini hingga Mei 2020 kami menerima Rp151,9 miliar. Padahal kami hanya menargetkan Rp102 miliar.

Pancapaian zakat tahun ini Rp10 triliun tapi potensi zakatnya mencapai Rp330 triliun. Kenapa pencapaian zakat bahkan baru 3 persen dari potensi nasional?

Karena potensi zakat Rp330 triliun itu bisa tercapai kalau mengandaikan semua umat Islam sudah soleh. Masjid ketika salat subuh penuh, halal food penuh. Kalau umat sudah kayak begitu, ya sangat luar biasa.

Makanya kami lebih bergerak ke ranah digital supaya teman-teman lebih mudah dapat informasi, bisa lebih mudah donasi, dan sekarang lagi inovasi agar saluran digital tidak mengurangi rasa gembira dalam berzakat. Kalau itu terjadi, nantinya gak ada lagi orang yang menerima zakat karena semuanya ingin menjadi membayar zakat.

Bagaimana Anda menyalurkan uang zakat di masa pandemik?

Kepada dokter dan petugas medis kami menyalurkan APD (alat pelindung diri) saat kekurangan. Kami pun masih menyampaikan kepada rumah sakit dan kilinik yang butuh APD. Ada juga support logistik di rumah sakit yang menjadi rujukan krisis ini.

Kami juga membuat beberapa program pencegahan COVID-19 dengan menyemprot MRT sebelum PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Ketika PSBB kami mengatasi dampak ekonominya karena jauh lebih dahsyat terimbas kepada orang-orang yang tidak lagi bekerja, para buruh harian, pekerja lepas, UKM, pekerja informal, dan kita sekarang mencoba fokus kepada mereka.

Bagaimana sebenarnya cara kerja Baznas?

[WANSUS] Di Masa Corona, Millennial Justru Banyak Berzakat ke BaznasIDN Times/BAZNAS

Jadi Baznas itu sama seperti baitul maal zaman Rasulullah. Semua donasi zakat kami salurkan untuk mustahik (orang-orang yang berhak menerima zakat), tidak boleh untuk umum. Jadi kalau kemarin ada yang bilang zakat boleh pakai buat jalan tol, itu gak boleh, mustahiknya khusus, harus fakir miskin atau 8 golongan itu. Kecuali infak-sedekah, kita bisa lebih bebas menyampaikannya.

Malah pernah ada perusahaan yang dana CSR untuk membantu Palestina. Makanya kami sering ditanya, ini kok malah membantu Palestina, kenapa bukan Indonesia. Saya katakan justru amanahnya untuk pengungsi Palestina.

Dana zakat boleh kami kelola untuk kebaikan para mustahik. Misalnya, apa yang kamu butuhkan tapi tidak mampu? Kalau sekarang kesehatan, maka kita bantu akses kesehatannya. Kalau tidak mampunya pendidikan? Kami beri beasiswa. Jadi program penyampaian Baznas itu tidak seperti penitipan jasa uang.

Dana masyarakat yang berupa zakat, infak, dan sedekah itu dikelola sedemikian rupa supaya bisa membantu mereka yang lemah. Untuk COVID-19 lagi misalnya, ojol (ojek online) yang terdampak kami berikan cash for work, jadi mereka kami pekerjakan kemudian kami beri uang. Jadi ada multiplayer effect-nya.  

Semasa pandemik ini apakah ada arahan khusus dari Presiden kepada Baznas?

Nah, Presiden berpesan agar menyalurkan zakat khususnya kepada mereka-mereka yang terdampak COVID-19. Menarik ini, karena kita semua terdampak bukan? Sehingga kita memilih yang paling strategis, yang paling terdampak dan sangat urgen untuk dibantu.

Karena dana terbatas dan masalah banyak, kami juga berkolaborasi data dengan pemerintah, bekerja sama dengan kelompok-kelompok masyarakat untuk lebih cepat menyalurkan bantuan.

Bagaimana dengan tren zakat di kalangan millennial?

[WANSUS] Di Masa Corona, Millennial Justru Banyak Berzakat ke BaznasWarga menunaikan pembayaran zakat fitrah di Masjid Nurul Huda, Kebagusan, Jakarta, Minggu (17/5). (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Banyak sekali millennial yang berzakat. Lebih dari 50 persen yang berzakat di Baznas adalah anak muda, generasi milenial. Karena kami membuka seluruh kanal digital, semua pasar online yang Anda tahu ada baznas di sana.

Kami sudah kerja sama dengan 40 lebih kanal digital untuk bisa memudahkan orang-orang yang modern untuk bisa berzakat ke Baznas. Ini kunci kenapa kami dapat survive ketika harus kerja dengan cara yang berbeda, karena Baznas mengembangkan zakat digital dan online, maka kemarin zakat online kami naik dua kali lipat dari yang direncanakan.

Anak muda zakatnya memang tidak sebesar orang-orang tua yang mapan, tapi anak-anak muda berinfak sedikit tapi jumlah penyumbangnya banyak. Akhir Ramadan saja satu hari bisa sampai 40 ribu orang yang menyumbang ke Baznas dengan angka yang beragam.

Tidak sedikit millennial yang lupa dengan kewajiban berzakat. Bagaimana Baznas mengkampanyekan zakat di kalangan millennial?

Minimal kami sudah mencoba sejak 2017 sampai sekarang. Kami mengajak mereka melalui kanal yang mereka sukai, yaitu digital. Sekarang ini kami memiliki konsumsi digital, misalnya chat box, toko online, game digital yang bisa diakses anak-anak muda agar zakat populer, karena zakat ini kesannya jadul.

Saya melihat anak-anak muda kita sangat relijius, ini jauh lebih hebat dari generasi saya. Jadi ini saatnya bagi Baznas untuk kampanye lebih baik. Memang kalau ekonomi baik akan lebih baik lagi, kalau kehidupan baik saya yakin infak dan sedekah makin nyata.

Bagaimana cara Baznas memverifikasi penerimanya?

Kami punya list masyarakat, data Dukcapil (data pencatatan sipil), data kemiskinan Kemensos, kemudian kami cek dengan kondisi lapangan. Kalau kita punya NIK (Nomor Induk Kependudukan) seseorang, kita bisa tahu mereka punya apa, punya cicilan apa, punya tanah gak.

Kemudian kami cek, mereka membutuhkan gak sesuai check list kami. Kalau sesuai check list terpenuhi, maka mereka mustahik. Tapi ada juga yang tidak masuk check list tapi hari itu mereka kepepet, maka hari itu kita bantu pakai dana lain, misal hari itu kecopetan atau gak bisa pulang, ya kami bantu.

Bagaimana dengan laporan dari masyarakat?

Ya bisa juga, banyak sekali. Dari nomor (pengaduan) itu kami berikan ke tim pendistribusian, terus dibantu. Bahkan ada orang di media yang kelaparan, yang mungkin sampai makan gedebong pisang, itu langsung kita bantu.

Oleh sebab itu, kami kembangkan layanan aktif Baznas, ada 5 sampai 10 orang yang menangani kasus-kasus tertentu, karena gak boleh ada orang mati kelaparan di dekat kantor Baznas, karena pasti rasa bersalahnya besar.

Tahun lalu kita sempat diramaikan dengan wacana Perpres Zakat untuk PNS. Sudah sejauh mana prosesnya?

[WANSUS] Di Masa Corona, Millennial Justru Banyak Berzakat ke BaznasMasjid Agung Al-Azhar Jakarta membuka layanan pembayaran zakat fitrah sistem drive thru selama pandemik COVID-19 dengan memberlakukan protokol kesehatan dan keselamatan. (ANTARA FOTO/Galih Pradipt)

Perpres masih di Presiden, kami belum dapat informasi kalau itu sudah ditandatangani, kami berharap segera ditandatangani.

Jadi idenya gaji bukan dipotong zakat, tapi Baznas memfasilitasi PNS yang mau bayar zakat. Kalau orang gak berzakat gak masalah, zakat itu tidak seperti pajak, undang-undang zakat kita belum memaksakan orang berzakat.

Yang kedua, Perpres yang diwacanakan agar PNS (pegawai negeri sipil) yang Islam dan sudah mampu berzakat, itu zakatnya dilayani ke Baznas. Jadi beda sekali dengan pemotongan pajak.

Bagaimana yang tidak mau zakat ke Baznas? Kami hargai, tidak apa-apa. Sayangnya hari ini belum dilanjutkan (Perpresnya), jadi kami mengajak kementerian-kementerian berzakat, tanpa Perpres pun kami datangi.

Terakhir, apa yang ingin Anda katakan supaya semakin banyak orang gemar berzakat?

Kalau orang-orang tahu betapa bahagianya melihat orang yang menerima sedekah, mereka itu menangis, matanya berkaca-kaca, padahal kami hanya dititipi. Saya bayangkan seandainya donatur tahu apa yang orang ini rasakan, apa yang orang ini katakan, getar suaranya, pasti donator akan terus berzakat.

Ada yang namanya sedekah, yang bisa kami berdayakan untuk berbagai program Baznas. Jangan ragu, sedikit atau banyak, itu sampainya sama kepada mereka. Barangkali kita biasa ngopi hanya Rp50 ribu, tapi kalau didonasikan dan menjadi sembako, itu yang menerimanya luar biasa, sampai menangis-nangis.

Percayalah, berzakat akan membuat kita terus bersyukur. Kalau kita ketemu donatur yang uangnya banyak tapi mereka berzakat, kita akan merasa kecil, kita belum apa-apa. Ketika kita menyumbangkan zakat dan bertemu dengan mereka yang tidak mampu, kita akan merasa sangat bersyukur. Jadi memang Allah itu tidak mewajibkan zakat, sehingga kita menjadi orang yang susah.

Baca Juga: Baznas: 50 Persen Lebih Donatur Zakat adalah Millennial

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Sunariyah
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya