Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Masinis kereta MRT Jakarta, Tiara Alincia Fitri (Dok. Istimewa)

Jakarta, IDN Times - Bias gender di dunia kerja membuka mata bahwa perempuan bisa mendobrak batasan-batasan yang selama ini telah menjadi stereotip di kalangan masyarakat. Pekerjaan yang ‘berat’ selalu dilekatkan kepada seorang laki-laki.

IDN Times berkesempatan untuk mewawancarai salah satu Masinis Perempuan MRT Jakarta. Berikut hasil wawancara kami bersama Tiara Alincia Fitri yang sudah menjadi masinis sejak 2019 silam dan sudah memiliki sertifikasi masinis dari Kementerian Perhubungan.

Tiara Alincia Fitri mendobrak kesenjangan itu dengan memilih menjadi seorang masinis perempuan di MRT Jakarta.

Keputusan itu diambilnya setelah lulus dari studinya di Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun pada 2017 silam. Saat itu Tiara mengambil D3 Manajemen Perkeretaapian. Namun, ia baru menjaadi masinis di tahun kedua bergabung di MRT Jakarta, tepatnya pada 2019.

Di awal kariernya, Tiara mengaku sempat kurang percaya diri mengingat ada sejumlah keahlian yang masih perlu ia pelajari sebagai seorang masinis MRT Jakarta. Pada awal kariernya, dia mengaku belum bisa memahami teknis mesin. Namun, seiring berjalannya waktu, Tiara mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan pekerjaannya.

Bagaimana awal mula Tiara menjadi masinis MRT Jakarta?

Masinis MRT Jakarta, Tiara Alincia Fitri, dalam acara Suara Perempuan: OTW Ruang Kerja Bebas Pelecehan. (IDN Times/Aryodamar)

Saya lulus dari Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun pada tahun 2017 silam. Setelah itu, saya langsung bergabung di MRT Jakarta, salah satu perusahaan kereta cepat di Indonesia.

Sebelum menjadi seorang masinis, saya sempat mengikuti pelatihan di dalam dan di luar negeri. Saya sempat menimba ilmu di Malaysia dalam kurun waktu tiga bulan untuk mempelajari proses pengoperasian kereta cepat di negara tersebut.

Selain itu, saya juga sempat mengikuti pelatihan di PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) dan belajar mengenai pengoperasian Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek.

Setelah itu, saya mendapatkan sertifikasi dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sebagai seorang masinis di MRT Jakarta.

Sebagai seorang masinis perempuan, apakah ada perlakuan khusus dari perusahaan atau pemerintah?

Masinis MRT Jakarta, Tiara Alincia Fitri, dalam acara Suara Perempuan: OTW Ruang Kerja Bebas Pelecehan. (IDN Times/Aryodamar)

Pada dasarnya tidak ada perlakuan khusus yang diterima oleh para masinis MRT Jakarta meskipun ada perbedaan gender. Semua masinis di MRT Jakarta harus mengikuti masa training baik di dalam atau di luar negeri.

Namun, memang di awal berkarier, saya sempat tidak percaya diri karena belum memiliki pemahaman lebih di bidang teknik mesin. Karena semnagat untuk belajar memahami profesi yang saya kerjakan saat ini, maka lambat laun saya bisa mulai beradaptasi.

Apa yang Anda rasakan setelah menjadi masinis perempuan di MRT Jakarta?

Masinis MRT Jakarta, Tiara Alincia Fitri, dalam acara Suara Perempuan: OTW Ruang Kerja Bebas Pelecehan. (IDN Times/Aryodamar)

Saya ingin mengucapkan terima kasih karena MRT Jakarta telah memberikan kesempatan yang besar kepada kami, para kaum wanita untuk bekerja sebagai seorang masinis. Saat ini memang porsi pekerjaan masinis perempuan masih sangat sedikit dan masih didoniminasi oleh kaum laki-laki.

Tugas seorang masinis MRT itu bukan sekadar membuka dan menutup pintu seperti yang sering dibicarakan masyarakat di luar sana.

Kita juga bertanggung jawab ketika kereta sedang dalam keadaan darurat. Sebab MRT tidak sepenuhnya dijalankan secara otomotis dan tetap masih dikendalikan oleh manusia. Jadi pekerjaan sebagai seorang masinis itu memang tidak semudah seperti yang dibayangkan.

Kalau masyatakat masih ingat dulu pernah ada peristiwa mati lampu sehingga berdampak terhadap pengoperasian kereta, maka itu juga menjadi salah satu tanggung jawab seorang masinis.

Apa risiko terbesar yang menjadi tantangan bagi seorang masinis MRT?

ilustrasi MRT (instagram.com/mrtjkt)

Salah satu risiko terbesar adalah kerusakan kereta misalnya faktor eksternal ada serangan dari luar. Kita kan tidak bisa meminimalisir itu. Tapi alhamdulillah selama ini belum ada peristiwa seperti itu.

Pekerjaan yang sekarang Anda jalani sangat tidak mudah, apa tantangan yang Anda alami selama menjadi masinis MRT?

Kereta MRT Jakarta (IDN Times/Aryodamar)

Setelah tiga tahun menjadi seorang masinis ada banyak pengalaman yang saya alami baik suka ataupun duka.

Selain adaptasi dengan pemahaman teknis perkeretaapian, hal lain yang membuatnya sangat berat untuk menjalanin profesinya adalah pada saat harus bekerja di Hari Raya.

MRT Jakarta rute HI-Lebak Bulus itu kan melewati masjid Al-Azhar, pada momen lebaran yang sebentar lagi akan kita hadapi, sering kali saya melihat masyarakat sedang melaksanakan salat Idul Fitri.

Hal itu membuat saya merasa sedih karena tidak bisa berkumpul bersama keluarga besar. Lebih beratnya lagi setelah sekarang menjadi seorang ibu karena harus menyesuaikan waktu saya antara pekerjaan saya dan tugas saya sebagai seorang ibu. Awalnya susah dan berat ternyata sekarang sudah terbiasa.

Belum lama ini kita baru saja merayakan International Women Day 2023, apakah ada pesan khusus yang ingin Anda sampaikan?

ilustrasi perempuan (IDN Times/Arief Rahmat)

Bagi perempuan hebat di luar sana apapun profesi yang kalian pikul semoga selalu bahagia, selalu sehat, dan pantang menyerah. Jangan lupa istirahat kita harus seimbang juga.

Kita sudah hebat sampai sejauh ini. Saya mau mengucapkan bahwa kamu sudah hebat sudah berada sejauh ini. Jadi kita harus saling mendukung satu sama lain, seperti pepatah supporting women, supporting each other.

Bagaimana Anda mendorong supaya masyarakat mau menggunakan transportasi publik?

Instagram/mrtjakarta

MRT Jakarta memang terus berupaya untuk menghadirkan layanan yang maksimal bagi masyarakat di ibu kota. Kita memiliki slogan in reasing mobility, yaitu upaya untuk meningkatkan mobilitas masyarakat di ibu kota dengan menggunakan transportasi publik yang nyaman.

Dengan menggunakan transportasi publik seperti MRT Jakarta, maka kita sudah bisa berkontribusi dalam upaya menurunkan emisi karbon di ibu kota. Selain itu, kita juga bisa berperan untuk mengurangi kemacetan di Jakarta.

Apa tantangan terbesar mengubah paradigma di masyarakat supaya mau beralih ke transportasi publik seperti MRT Jakarta?

Antrean penumpang yang hendak menaiki kereta MRT Jakarta. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

Menurut saya, untuk merubah paradigma seperti itu memang harus dimulai dari pikiran kita sendiri. Sebab, kami perusahan atau operator sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyediakan layanan yang terbaik bagi masyarakat.

Jadi kembali lagi ke diri kita sendiri, apakah kita mau beralih menggunakan transportasi publik. Menurut saya dengan menggunakan transportasi publik ada banyak pengalaman baru yang dapat kita temui.

Tetapi memang kita juga harus meningkatkan kewaspadaan diri saat akan menggunakan transportasi publik untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak kita inginkan.

Namun, dengan adanya gerbong wanita itu juga memberikan ruang bagi perempuan untuk tetap merasa aman selama menggunakan transportasi publik. Jadi menurut saya, mulai sekarang harus mencoba menggunakan transportasi publik.

Editorial Team