Detektor Tsunami Buoy Mandek karena Anggaran, Ini Penjelasan BRIN

Detektor tsunami Buoy masih dalam tahap riset

Jakarta, IDN Times - Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika BRIN, Budi Prawara menjelaskan duduk permasalahan riset detektor tsunami yang dikabarkan berhenti. Diketahui alat tersebut bernama Buoy dan termasuk salah satu komponen yang rencana akan dipasang pada program Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS).

Budi menjelaskan, sejak tahun 2021 hingga sekarang BRIN sudah memasang beberapa Buoy sebagai uji coba. Namun Buoy yang masih dalam tahap riset itu sudah memasuki masa habis daya. Batrei pada Buoy sendiri mampu bertahan satu setengah hingga dua tahun. Sehingga pemakaiannya harus diganti secara berkala.

"Jadi sampai dengan saat ini, kami kan sudah memasang beberapa Buoy, itu sejak tahun 2021. Itu sekarang umurnya sudah di luar dayanya ya, itu kan pakai batrei dan ada waktu hidupnya, sehingga dia sudah habis. Itu setiap satu setengah sampai dua tahun harus diganti," kata dia saat dihubungi IDN Times.

Baca Juga: Komisi VII DPR Minta Kepala BRIN Laksana Tri Handoko Dicopot

1. Status Buoy masih riset

Detektor Tsunami Buoy Mandek karena Anggaran, Ini Penjelasan BRINGedung Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) (brin.go.id)

Budi memaparkan, Buoy sendiri merupakan salah satu teknologi yang digunakan untuk mendeteksi tsunami. Saat ini statusnya masih riset sehingga belum operasional. Jika riset itu rampung, rencananya akan dipakai sejumlah pihak terkait untuk kepentingan penelitian dan pemantauan bencana di Tanah Air.

"Kalau sudah operasional tentu akan dimanfaatkan oleh stakeholder kita yang terkait seperti BMKG. Karena ini statusnya masih riset dan ada beberapa parameter yang memang belum terpenuhi, ya kita belum operasional," ucap dia.

Baca Juga: BRIN Hentikan Program Deteksi Tsunami, PDIP: Sedang Konsolidasi

2. Biaya operasional Buoy besar

Detektor Tsunami Buoy Mandek karena Anggaran, Ini Penjelasan BRINIlustrasi aliran dana dan anggaran (IDN Times/Aditya Pratama)

Pihaknya tak memungkiri riset Buoy ini memakan biaya operasional yang besar. Alat canggih pendeteksi tsunami yang mengapung di laut ini juga belum memenuhi beberapa parameter untuk kemudian keberadaannya bisa dimanfaatkan pemerintah. Kendati demikian, Buoy sudah berfungsi sebagian untuk merekam merekam data yang diperlukan.

"Jadi yang kita setop adalah deployment, itu artinya pemasangan yang baru. karena memang kita terkendala biaya operasional. Operasional yang besar, kehandalan sistem untuk identifikasi tsunami itu sendiri masih belum provent karena memang masih ada beberapa parameter yang perlu diperbaiki," tutur Budi.

Sebagaimana diketahui, sebelumnya pemberitaan salah satu media menyinggung ketiadaan aktivitas di ruangan pemantau Indonesia Tsunami Observation Center (Ina-TOC) di Gedung Soedjono Poesponegoro, di Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat. Sontak kabar itu menimbulkan pertanyaan publik terkait kinerja BRIN yang belakangan disorot usai dikritik dalam rapat dengar pendapat BRIN bersama Komisi VII DPR RI. 

Baca Juga: BRIN Ungkap Penyebab Komisi VII DPR Desak Kepala BRIN Dicopot

3. Sistem InaTews masih beroperasi

Detektor Tsunami Buoy Mandek karena Anggaran, Ini Penjelasan BRINSistem peringatan dini InaTEWS. (slideplayer.com)

Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menjelaskan, meski Buoy kini sudah dinonaktifkan, namun sistem peringatan dini tsunami, InaTEWS masih beroperasi.

Mengingat sesuai dengan amanat Undang-Undang 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, BMKG ditugaskan untuk melakukan pelayanan peringatan dini tsunami.

"Bukan berarti program Buoy-nya BRIN disetop, InaTEWS-nya bubar, itu gak ya. Pun yang (Buoy) BRIN masuk secara terintegrasi dengan sistem yang dikelola BMKG. Secara mandat UU, regulasi, lembaga pemerintahan yang berwenang mengeluarkan dini tsunami itu cuma satu cuma BMKG," ucap dia saat dihubungi IDN Times, Kamis (2/1/2023).

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya