Partai Gelora Optimistis Timnas Bangkit Setelah Tragedi Kanjuruhan

Pengamanan pertandingan diminta diperbarui dan lebih humanis

Jakarta, IDN Times - Partai Gelombang Rakyat (Gelora) optimistis sepak bola di Indonesia akan semakin maju setelah tragedi di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang.

Ketua Bidang Gaya Hidup, Hobi dan Olahraga (Gahora) DPN Partai Gelora Kumalasari Kartini menilai tragedi Kanjuruan akan menjadi momentum perbaikan persepakbolaan Indonesia di segala lini, mulai dari fasilitas stadion, pembinaan suporter dan wasit, pengamanan pertandingan, hingga perekrutan pemain Timnas Indonesia.

"Partai Gelora optimistis masa depan sepak bola Indonesia akan semakin maju, apalagi kalau melihat bibit-bibit Timnas yang ada saat ini. Mereka memiliki mental yang keras dan bisa berprestasi," kata Kumalasari, dalam Gelora Talk 'Duka Sepak Bola Tanah Air, Duka untuk Indonesia', Kamis (6/10/2022).

Baca Juga: Ini Catatan Jokowi soal Tragedi Kanjuruhan yang Telan Ratusan Nyawa

1. Timnas Indonesia bangkit di bawah asuhan Shin Tae Yong hingga Bima Sakti

Partai Gelora Optimistis Timnas Bangkit Setelah Tragedi KanjuruhanShin Tae-yong saat memimpin latihan Timnas Indonesia (IDN Times/Herka Yanis)

Menurut Kumalasari, Timnas Indonesia di bawah asuhan pelatih Bima Sakti untuk U-17 dan Shin Tae Yong untuk U-19, U-23 dan Timnas Senior memiliki mental juara.

"Kita melihat sepak terjang pelatih Shin Tae yong dan Bima Sakti, Timnas memiliki mental yang keras. Dan ternyata kita bisa lho berprestasi," ujar dia.

Baca Juga: Ketua PSSI Akui Fasilitas Kanjuruhan Banyak Kekurangan 

2. Pemerintah diharapkan tak terlalu lama berhentikan kompetisi

Partai Gelora Optimistis Timnas Bangkit Setelah Tragedi KanjuruhanSuasana Stadion Kanjuruhan pada Senin (3/10/2022). (IDN Times/Gilang Pandutanaya)

Hal senada disampaikan eks pemain Timnas Indonesia asal Papua Oktovianus 'Okto' Maniani. Okto menilai pemain sepak bola Indonesia memiliki kualitas dan talenta seperti pemain Eropa, terutama dari Indonesia Timur.

Oleh sebab itu itu, Okto mendorong pemain Indonesia semakin banyak bermain di luar negeri untuk meningkatkan kualitas dan skillnya. Ia berharap tragedi Kanjuruhan tidak memadamkan semangat pemain sepak bola Indonesia untuk bermain di luar negeri.

"Bermain bola itu jangan sampai padam, motivasinya harus tinggi. Kalau ada tawaran keluar dari Indonesia, silakan itu diambil. Itu akan membuat karakter dan kualitas kalian lebih bagus. Dan bisa mewakili Garuda di luar negeri," kata Okto.

Okto yang kini bermain di PSBS Biak di Liga 2 itu berharap agar kompetisi tidak dihentikan terlalu lama, karena akan mempengaruhi masa depan pemain, menyangkut kualitas bermain dan finansial mereka.

"Tragedi Kanjuruhan cukup mencoreng muka kita. Kita berharap pemerintah tidak menghentikan kompetisi sampai 2 tahun, cukup dua pekan saja karena akan mempengaruhi seluruh pemain. Kita berharap kompetisi tetap dilanjutkan," ucap Okto.

Baca Juga: Komnas HAM: Banyak Korban Kanjuruhan Kurang Oksigen Kena Gas Air Mata

3. Pengamat usul setiap pengamanan pertandingan diperbarui dan lebih humanis

Partai Gelora Optimistis Timnas Bangkit Setelah Tragedi KanjuruhanSuasana Stadion Kanjuruhan pada Senin (3/10/2022). (IDN Times/Gilang Pandutanaya)

Pengamat Sepak Bola dan Tokoh Suporter Nasional Sigit Nugroho juga berharap agar kompetisi tidak dihentikan terlalu lama. Namun dengan catatan jumlah penonton dibatasi dan pengamanan pertandingan harus lebih humanis, serta tidak ada lagi penggunaan gas air mata.

"Sepak bola nasional memang harus direstorasi sebelum kompetisi digulirkan lagi. FIFA perlu turun tangan untuk melakukan investigasi dan perbaikan. Jangan pemerintah, nanti kita bisa kena banned lagi," kata Sigit.

Sigit menilai perhatian PSSI di bawah kepemimpinan Mochamad Iriawan sebagai Ketua Umum PSSI terhadap pembinaan atau edukasi suporter sangat kurang, padahal didukung anggaran yang cukup besar.

"Tapi begitu sekarang ada kejadian di Kanjuruhan, buru-buru mau melakukan edukasi kepada supoter, ini yang kita sayangkan, kenapa baru setelah ada jumlah korban besar, baru memberikan perhatian, serius," katanya.

Sigit lantas membandingkan ketika PSSI di bawah kepemimpinan Djohar Arifin dalam melakukan edukasi kepada suporter. Saat itu, Sigit diminta membina suporter di Bandung, Jakarta, Surabaya dan Malang.

"Jadi kita saat itu membantu PSSI agar suporter tidak brutal dan bisa memahami regulasi. Di Bandung kita berhasil membina Bobotoh Bertakwa, Bonek Hijrah di Surabaya. Dan di Malang sebenarnya juga sudah terkendali dan embrio-embrio kebaikan itu ada," katanya.

Selain itu, Tokoh Suporter Nasional ini juga mengaku saat kepemimpinan Djohar Arifin berhasil mengumpulkan seluruh suporter di tanah air di Puncak, Bogor diberikan pelatihan jurnalistik untuk mengelola website masing-masing klub.

"Jadi kita berikan kegiatan positif untuk supoter sebagai edukasi. Kita dapat apresiasi dari Pak Djohar Arifin karena dianggap telah membantu PSSI saat itu. Tapi sekarang dananya jauh lebih besar, tapi tidak ada perhatian sama sekali," imbuh Sigit.

Baca Juga: Buntut Tragedi Kanjuruhan, Usman Hamid: Kapolda Jatim Layak Dicopot

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya