Pengamat Nilai Erick Thohir Cawapres Potensial Dambaan Pemilih Muda

Mayoritas pemilih di 2024 berasal dari anak muda

Jakarta, IDN Times - Pengamat Politik Universitas Indonesia (UI) Meidi Kosandi menilai, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir merupakan sosok yang disukai anak muda alias milenial.

Meidi menilai, pemilih muda melihat Erick Thohir sebagai pemimpin yang konsisten bekerja demi rakyat.

Baca Juga: Survei: Mayoritas Masyarakat Tak Setuju Jabatan Presiden Diperpanjang

1. Erick Thohir sosok potensial di 2024

Pengamat Nilai Erick Thohir Cawapres Potensial Dambaan Pemilih MudaMenteri BUMN, Erick Thohir diangkat sebagai anak oleh suku bangsa Batak dalam upacara adat Mangain Anak dan Mangalahat Horbo. (dok. Kementerian BUMN)

Selain itu, kata dia, kerja nyata yang konsisten ditunjukkan Erick Thohir mendorong pemilih muda memberi dukungan untuk maju sebagai calon pemimpin, terutama cawapres. 

Terlebih lagi sejumlah kebijakan yang diluncurkan Erick Thohir berdampak positif di masyarakat. Menurut Meidi, arah politik pemilih muda di 2024 menyukai tokoh yang kerja nyata.

Oleh sebabnya, kata Meidi, faktor-faktor itu membuka peluang untuk Erick Thohir berpartisipasi dalam Pilpres 2024. Menurutnya, bukan tidak mungkin dia akan banyak dapat dukungan dari kalangan milenial Tanah Air.

"Erick Thohir kemungkinan berebut suara pada basis yang sama, yaitu milenial, netizen dan pemilih muda," kata Meidi, kepada IDN Times, Jumat (3/2/2023).

Kondisi demikian, dilengkapi dengan penilaian milenial terhadap kinerja Erick Thohir yang berdampak langsung bagi kehidupan masyarakat. Bahkan karenanya membuat peningkatan perekonomian masyarakat.  

Sebagai contoh, terlihat pada kebijakan Pendirian Holding Ultra Mikro (UMi). Peran besar Holding UMi untuk mencapai target tersebut adalah sebesar 70 persen pada 2024 konsisten menunjukkan hasil positif. Capaian Holding UMi sampai akhir tahun 2022 lalu tercatat jumlah nasabah yang telah diintegrasikan mencapai 23,5 juta nasabah dengan total outstanding pembiayaan sebesar Rp183,9 triliun.

Situasi tersebut, membuat daya tarik pada sosok mantan Presiden Inter Milan ini semakin kuat. 

"Sehingga kian memperbesar peluang keterpilihan Erick Thohir pada ceruk pemilih milenial. Erick Thohir mungkin pada kelompok identitas dan pelaku pasar," imbuh Meidi.

 

Baca Juga: Survei Algoritma: Puan Capres Paling Tak Bakal Dipilih di 2024

2. Pemilu 2024 jadi momentum politik bagi anak muda

Pengamat Nilai Erick Thohir Cawapres Potensial Dambaan Pemilih Mudailustrasi gen Z (IDN Times/Indonesia Gen Z Report 2022)

Sementara itu, Pengamat Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago menilai Pemilu 2024 jadi momentum politik yang tepat bagi anak muda di Indonesia. 

Dia mengatakan, momentum Pemilu serentak di Februari 2024 dan Pilkada serentak di November 2024 mendatang, jadi peluang besar bagi figur muda yang telah aktif diberbagai organisasi untuk maju di legislatif dan kepala daerah. 

Arifki menuturkan, tahun 2024 m akan jadi pertandingan terakhir generasi Boomers. Generasi yang lahir dari tahun 1946 sampai 1964 ini memaksimalkan kesempatan terakhir atau mempersiapkan kaderiasi sebagai penerus jalannya di politik. 

“Anak-anak muda potensial di Indonesia sudah seharusnya segera mengambil tempat di tahun 2024. Peluangnya ada di legislatif dan Pilkada. Di tahun 2024 nanti kita melihat peluang anak-anak muda sebagai anggota DPRD atau DPR RI. Selain itu, kesempatan untuk maju di politik seharusnya dimanfaatkan dengan baik dengan adanya media digital," ujar Arifki kepada IDN Times, Kamis (2/1/2023).

Kendati begitu, anak-anak muda yang berlatar belakang OKP, HIPMI, pengusaha, dan kelompok aktivis lainnya ingin memaksimalkan peluang ini di 2024, tentu perlu menggunakan pendekatan baru. 

Pertama, generasi muda harus berubah dari politisi lama. Berubah bukan berarti membentuk antitesa sendiri, tetapi beradaptasi dengan hal baru untuk mendekatkan diri kepada pemilih baru yang secara isu dan budayanya juga sudah berbeda. 

"Kedua, pemahaman politik generasi pemilih juga ikut menentukan anak-anak muda yang terjun ke dunia politik diterima atau tidak. Meskipun politisi generasi X (kelahiran 1965-1976) masih eksis di politik dan memiliki infrastruktur politik yang kuat. Jika berjauhan dengan anak-anak muda, maka juga harus siap ditinggalkan pemilih di tahun 2024," ucap dia.

Baca Juga: Survei Algoritma: Elektabilitas PDIP Tertinggi, NasDem Kalahkan Golkar

3. Survei: Mayoritas Gen Z siap gunakan hak pilihnya pada Pemilu 2024

Pengamat Nilai Erick Thohir Cawapres Potensial Dambaan Pemilih Mudailustrasi survei (IDN Times/Aditya Pratama)

Sebanyak 71 persen Gen Z mengatakan mereka siap menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum (Pemilu) 2024. Gaung wacana tentang penundaan Pemilu 2024, juga dianggap menjadi isu penting bagi Gen Z.

Demikian hasil riset IDN Research Institute bekerja sama dengan Populix dalam riset berjudul Indonesia Gen Z Report 2022. Riset ini dirilis secara rutin berbararengan dengan agenda tahunan Indonesia Millennial & Gen-Z Summit (IMGS) by IDN Media yang dihelat pada 29-30 September 2022.

Survei ini digelar pada 27 Januari - 7 Maret 2022 dengan melibatkan 1.000 responden di 12 kota dan daerah aglomerasi di Indonesia, dengan metode survei multistage random sampling. Sementara, margin of error survei ini kurang dari 5 persen.

Klaim Menteri Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, soal penundaan pemilu dengan mengatakan didukung 110 juta netizen, telah dibantah para ahli.

Lantas, apakah Gen Z siap menggunakan haknya pada Pemilu 2024? Di antara populasi sampel riset ini menunjukkan sebanyak 41 persen menyatakan siap, 30 persen menyatakan netral, dan 29 persen menyatakan tidak peduli.

Sebanyak 82,83 persen pemilih pada Pemilu 2019 siap memilih kembali pada Pemilu 2024--menunjukkan partisipasi aktif. Mereka yang mengatakan tidak tertarik pada pemilu, bisa merasakan urgensi untuk pergi ke tempat pemungutan suara (TPS) dan memberikan suara mereka.

Gen Z juga telah menunjukkan partisipasi aktif dalam politik dengan berdemonstrasi mahasiswa. Ini menjadi optimistis karena ketika Gen Z menganggap pemilu hal penting, mereka akan melakukan kewajiban sipil mereka dengan membantu menjaga demokrasi yang sehat.

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya