Pengamat: Pemilu 2024 Jadi Momentum Politik bagi Anak Muda Indonesia

Politikus muda perlu mengubah strategi pemenangan elektoral

Jakarta, IDN Times - Pengamat Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago menilai Pemilu 2024 jadi momentum politik yang tepat bagi anak muda di Indonesia. 

Dia mengatakan, momentum Pemilu serentak di Februari 2024 dan Pilkada serentak di November 2024 mendatang, jadi peluang besar bagi figur muda yang telah aktif diberbagai organisasi untuk maju di legislatif dan kepala daerah. 

Baca Juga: Duet Puan-Yusril Dinilai Akan Pupuskan Harapan Hattrick di Pemilu 2024

1. Jadi pertandingan terakhir generasi boomers

Pengamat: Pemilu 2024 Jadi Momentum Politik bagi Anak Muda IndonesiaIlustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Arifki menuturkan, tahun 2024 boleh akan jadi pertandingan terakhir generasi Boomers. Generasi yang lahir dari tahun 1946 sampai 1964 ini memaksimalkan kesempatan terakhir atau mempersiapkan kaderiasi sebagai penerus jalannya di politik. 

“Anak-anak muda potensial di Indonesia sudah seharusnya segera mengambil tempat di tahun 2024. Peluangnya ada di legislatif dan Pilkada. Di tahun 2024 nanti kita melihat peluang anak-anak muda sebagai anggota DPRD atau DPR RI. Selain itu, kesempatan untuk maju di politik seharusnya dimanfaatkan dengan baik dengan adanya media digital," ujar Arifki kepada IDN Times, Kamis (2/1/2023).

Baca Juga: Studi: Milenial Lebih Rentan Meninggal Dunia akibat Stroke

2. Politikus muda perlu pakai pendekatan baru

Pengamat: Pemilu 2024 Jadi Momentum Politik bagi Anak Muda Indonesiailustrasi milenial (IDN Times/Nathan Manaloe)

Kendati begitu, anak-anak muda yang berlatar belakang OKP, HIPMI, pengusaha, dan kelompok aktivis lainnya ingin memaksimalkan peluang ini di 2024, tentu perlu menggunakan pendekatan baru. 

Pertama, generasi muda harus berubah dari politisi lama. Berubah bukan berarti membentuk antitesa sendiri, tetapi beradaptasi dengan hal baru untuk mendekatkan diri kepada pemilih baru yang secara isu dan budayanya juga sudah berbeda. 

"Kedua, pemahaman politik generasi pemilih juga ikut menentukan anak-anak muda yang terjun ke dunia politik diterima atau tidak. Meskipun politisi generasi X (kelahiran 1965-1976) masih eksis di politik dan memiliki infrastruktur politik yang kuat. Jika berjauhan dengan anak-anak muda, maka juga harus siap ditinggalkan pemilih di tahun 2024," ucap dia.

Baca Juga: Respons Jokowi soal Usulan Cak Imin Hapus Pemilu Gubernur

3. Dinamika strategi pemanfaatan media bergeser

Pengamat: Pemilu 2024 Jadi Momentum Politik bagi Anak Muda IndonesiaIlustrasi Pemilu (IDN Times/Mardya Shakti)

Selain itu, pemanfaatan media dan strategi politiknya juga perlu berubah. Anak muda terutama generasi Y dan Z sangat menyukai kemerdekaan, kebebasan, dan kesetaran. 

Jika maju sebagai tokoh muda di politik tetapi masih sangat elitis dan susah dihubungi. Maka, tidak ada ubahnya politisi generasi Y dengan kehawatiran anak-anak muda terhadap politisi yang berjarak dengan masyarakat dan anak-anak muda.

“Perubahan strategi dan cara pandang politik akan menjadi peluang besar bagi anak-anak muda Indonesia yang maju di politik tahun 2024. Cara pandang itu tidak melawan sesuatu yang sudah ada, tetapi beradaptasi dengan zaman dan kebutuhan dari pemilih itu sendiri sangat penting," imbuh Arifki.

Sebelumnya, Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS) juga menilai bahwa pemilih di Indonesia akan memasuki era baru pada Pemilu 2024. Hal itu lantaran karakter pemilih muda dinilai lebih dinamis, adaptif, dan memberikan perhatian pada isu-isu domestik.

Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Arya Fernandes, mengatakan perubahan karakter pemilih tersebut tentu bakal mengubah arah kebijakan politik setelah Pemilu 2024.

Arya mengatakan, dalam survei yang digelar CSIS, ekonomi masih menjadi isu strategis bagi pemilih muda, sehingga masalah ini perlu mendapat perhatian dalam Pemilu 2024.

Tercatat 44,4 persen anak muda masih memperhatikan terkait kesejahteraan masyarakat, disusul 21,3 persen isu lapangan kerja, dan 15, 9 persen isu terkait pemberantasan korupsi. Kemudian, disusul 8,8 persen isu demokrasi dan kebebasan sipil, 6,2 persen isu kesehatan, serta 2,3 persen isu lingkungan hidup.

“Isunya juga menurut kami juga di level-level, isu ekonomi, masih strategis bagi anak muda. Misalnya, soal kesejahteraan masyarakat, akses kepada lapangan kerja dan isu job security ke depan juga tentu akan strategis, selain juga pemberantasan korupsi,” ujar dia di Auditorium CSIS, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (26/9/2022).

Topik:

  • Hana Adi Perdana
  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya