Miris, Warga di Kampung ini Puluhan Tahun Hidup Tanpa Sinyal

Kepala Kampung Teluk Sumbang mau mengadu ke Gubernur Isran

Berau, IDN Times - Wajah kecewa Arditya Abdul Azis tak bisa disembunyikan. Dia terus saja memainkan gawainya. Ponselnya itu tanpa sinyal, tepat di pojok kiri layar telepon genggamannya tertulis no service.

Semua penyedia jaringan ketika itu mati sinyal. Sambil menurunkan tas dari mobil, wajahnya ditekuk. Maklum saja, setelah menempuh jarak 300 kilometer dengan waktu delapan jam, kepala sedikit pusing karena jalur aspal berlubang dan tanah kerikil. Dua lintasan tersebut meminta penumpang "berdisko" dadakan di dalam mobil. Ditambah sinyal tak ada, lengkaplah derita.

"Gimana mau nelepon istri sama anak ini," keluhnya sambil naik ke atas tangga penginapan.

1. Ketiadaan sinyal diganti dengan lanskap yang menawan

Miris, Warga di Kampung ini Puluhan Tahun Hidup Tanpa SinyalSuasana di Teluk Sumbang, Biduk-Biduk, Berau pada siang hari (IDN Times/Yuda Almerio)

Meski demikian, kecewa pewarta media dalam jaringan (online), Kaltimkece.id ini cepat bersalin tawa. Terlebih saat melihat muka kecewa rekan-rekannya yang lain. Sebab bukan hanya Azis saja yang mengalami, termasuk jurnalis IDN Times, semua tim Social Expert FCPF Carbon Fund World Bank, Pemprov Kaltim bersama jurnalis lainnya juga punya nasib sama. Berangkat siang dari Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, rombongan ini tiba di Teluk Sumbang, Kecamatan Biduk-Biduk pada Senin (4/11) malam. 

Lamat-lamat dari arah utara rumah penginapan terdengar deburan ombak saling memburu, pantai begitu dekat. Malam berlalu cepat, tatkala pagi tiba, mentari yang dinanti ternyata tak menyapa dari garis laut timur Teluk Sumbang, tapi muncul perlahan dari balik gunung, sehingga sinar indahnya tak bisa dinikmati.

Rombongan jurnalis yang hendak melihat fenomena matahari menanjak alias sunrise pun harus bersabar. Namun, itu tak menjadi soal sebab, pemandangan Teluk Sumbang lebih menawan hati.

Dari atas penginapan terlihat jalanan menurun, di bawahnya rumah warga tersusun rapi, sementara di belakangnya ada pegunungan tinggi. Warga setempat menyebutnya Gunung Hantu. Hingga sekarang alasan di balik penamaan belum jelas.

"Bagusnya ya. Coba lihat, ada gunung, ada pantai pasir putih dan mataharinya tak terlalu menyengat," seru Yoyok Sudarmanto, wartawan dari media KlikKaltim.com

Baca Juga: Mengikuti Migrasi IKN, Samarinda  Ikut Memindahkan Pusat Pemerintahan

2. Banyak yang datang ke Teluk Sumbang namun sedikit yang kembali membawa kabar baik.

Miris, Warga di Kampung ini Puluhan Tahun Hidup Tanpa SinyalKepala Kampung Teluk Sumbang, Abdul Karim saat memberikan penjelasan mengenai kondisi Teluk Sumbang (IDN Times/Yuda Almerio)

Lantaran terbiasa dengan sinyal dan media sosial. Sejumlah anggota rombongan tak bisa menyimpan wajah sedihnya. Mereka hanya bisa berbaring di tempat tidur sambil bermain gim offline.

Tiba-tiba saja, Ahmad Wijaya, consultant Social Expert Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) Carbon Fund berbicara, "Kalau sudah enggak ada jaringan seperti ini, ya, saling bercengkerama saja." 

Perkataan itu ada benarnya, sebab sebagian besar rombongan lesu, lemas dan tak bertenaga karena tak ada sinyal. Tiba-tiba saja salah satu sopir yang mengantar rombongan mengatakan sinyal ada tapi satu batang saja dan yang bisa menerima hanya telepon genggam seri lama. Orang-orang menyebutnya hape senter. 

Tak lama setelah itu, Kepala Kampung Teluk Sumbang, Abdul Karim datang bertamu. Setelah menyapa dan bersalaman, dia mulai berkisah. Dia mengakui, banyak yang datang ke Teluk Sumbang namun sedikit sekali yang kembali membawa kabar baik.

Tujuannya mengambil data pun tak jelas. Intinya itu bisa digunakan untuk mengembangkan ekonomi atau tidak?

"Itu maksud kami, selalu saja, data, data, data, yang masuk di kampung ini meminta dan hingga saat ini, belum ada kejelasan mengenai orang orang yang mengambil data tersebut," akunya.

3. Hendak mengadu ke Gubernur Isran mengenai susah sinyal

Miris, Warga di Kampung ini Puluhan Tahun Hidup Tanpa SinyalNelayan di Teluk Sumbang, Biduk-Biduk, Berau pada siang hari (IDN Times/Yuda Almerio)

Sambil mengisap sigaret, Abdul kembali bercerita. Padahal yang dibutuhkan di kampung ini sangat jelas, yakni sinyal telekomunikasi. Kondisi itu tentu dirasakan puluhan tahun.

Sementara listrik bukan jadi kendala utama sebab sejak tahun lalu, Teluk Sumbang mengembangkan perusahaan listrik komunal berbasis tenaga surya. Di kawasan ini setrum mengalir 24 jam, tak lagi 12 jam atau enam jam saja. Gara-gara sinyal itu, terkadang kabar dari kabupaten atau kecamatan telat diterima.

"Makanya kami sangat perlu sekali sinyal, karena itu komunikasi. Menelepon ke luar saja susah apalagi menghubungi kami di Teluk Sumbang," imbuhnya.

Warga Teluk Sumbang bukannya berpangku tangan, mereka sudah berusaha meminta baik lewat Dinas Komunikasi dan Informatika Berau atau Dinas Komunikasi dan Informatika Kaltim sewaktu Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak berkuasa. Namun hingga sekarang belum juga ada respons.

Pernah salah satu provider ternama melakukan kajian di Kampung Teluk Sumbang, kira-kira enam bulan lalu namun hingga sekarang hilang tanpa kabar, padahal besar sekali harapan warga kampung paling ujung di Benua Etam ini mendapat tower sinyal.

"Saya dengan Pak Isran belum ketemu lagi. Bulan ini atau kalau gak bulan depan, saya akan ke pemprov lagi, menjajaki soal usulan tower sinyal karena kami sangat butuh sekali," akunya.

4. Warga Teluk Sumbang sudah menyiapkan lahan gratis untuk tower sinyal

Miris, Warga di Kampung ini Puluhan Tahun Hidup Tanpa SinyalPantai di Teluk Sumbang, Biduk-Biduk, Berau pada siang hari (IDN Times/Yuda Almerio)

Dia menambahkan, demi menggaransi para provider , warga kampung sudah menyediakan lahan khusus untuk pembangunan tower base transceiver station (BTS). Sebab jika tower sinyal tak kunjung dibangun yang ditakutkan daerah ini sepi dengan kunjungan. Warga yang berkunjung ke kawasan wisata pasti ingin mengabadikan momen, terlebih era digital dan media sosial saat ini. Sayang Teluk Sumbang belum dapat predikat kampung wisata karena syaratnya banyak.

"Kami butuh kepastiannya, ini daerah paling ujung bertetangga dengan Landas di Kutim (Kutai Timur). Mudahan-mudahan pihak kominfo bisa memikirkan," pungkasnya.

Baca Juga: Kumuh, DPRD Samarinda Minta Balai Kota Pindah ke Kegubernuran Kaltim

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya