Dianggap Politis, Netizen Cibir Khotbah Idul Adha dari Dosen Ini

Coba kamu simak isinya...

Isi Khotbah salat Idul Adha Khaidir Sulaiman Jumat (1/9) di Masjid Al Muta’Alimin, Pondok Gede, Jakarta Timur, menuai kritik dan protes di media sosial Twitter. Selain itu isi pesan dakwah Dosen Komunikasi Islam di Universitas Muhammadiyah Jakarta tersebut dinilai mengandung materi politik dan tidak sesuai dengan konteks hari raya.

Bahkan isi khotbah salat Idul Adha di Pondok Gede, Jakarta Timur, itu masih ramai dibahas di Twitter untuk saat ini. Menariknya di dalam cuitan yang viral tersebut sudah disebarkan hampir 1.000 akun lebih dan akan bertambah suatu saat nanti.

Dianggap provokatif & politis, netizen ini unggah teks khotbah di twitternya

Dianggap Politis, Netizen Cibir Khotbah Idul Adha dari Dosen IniTwitter/@myusufmusa

Teks khotbah tersebut diunggah pertama kali oleh pemilik akun Twitter @myusufmusa pada Jumat (1/9), yang sekaligus me-mention Presiden Joko Widodo dan Menag Lukman Hakim Saifuddin. Seperti ini cuitannya di dalam unggahan beberapa foto tersebut.

“Yth Presiden @jokowi & Menteri @lukmansaifudin, saya udh capek mendengan khotbah provokatif seperti ini cc: @na_dirs @sahaL_AS,” tulis Yusuf dalam cuitannya di Twitter.

Menariknya, salah satu bagian khotbah Khaidir diduga membahas masalah ekonomi pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Namun  kotbah itu memberi porsi khusus mengenai soal perbandingan laju pertumbuhan ekonomi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan  masa pemerintahan Jokowi. Laju pertumbuhan, dituliskan dalam isi khotbah, menurun dari angka 6,53% (2012) menjadi 5,11% (2015). 

Selain itu, khotbah tersebut juga menyinggung soal jumlah ekspor, serapan pendapatan daerah, dan realisasi anggaran di DKI Jakarta dari zaman Fauzi Bowo (Foke) hingga dipimpin Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Salah satu data yang dipaparkan adalah indeks pertumbuhan pembangunan yang menurun dari 6,73% (2011), 6,11% (2013), hingga 5,11% (2015).

Khotbah itu turut menyinggung kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty). Kebijakan tersebut dinilai telah merugikan masyarakat. Ada pula pembahasan soal partai Islam di khotbah tersebut. Dalam teks, disebutkan bahwa partai-partai Islam jauh terpuruk dibanding sebelumnya.

Masih penasaran? Seperti inilah isi kotbah yang sudah berhasil discreenshoot oleh salah satu umat yang menghadiri salat Idul Adha tersebut. 

Generasi Muda Ismail, Bangkitlah! seperti itulah judul Kotbah Idul Adha tersebut

Dianggap Politis, Netizen Cibir Khotbah Idul Adha dari Dosen IniTwitter/@myusufmusa

Inilah isi kotbah mengenai soal perbandingan laju pertumbuhan ekonomi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan  masa pemerintahan Jokowi

Dianggap Politis, Netizen Cibir Khotbah Idul Adha dari Dosen IniTwitter/@myusufmusa

Di dalam kotbah ini menyinggung soal jumlah ekspor, serapan pendapatan daerah, dan realisasi anggaran di DKI Jakarta dari zaman Fauzi Bowo (Foke) hingga dipimpin Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)

Dianggap Politis, Netizen Cibir Khotbah Idul Adha dari Dosen IniTwitter/@myusufmusa

Menyinggung pembahasan soal partai Islam di khotbah tersebut. Dalam teks, disebutkan bahwa partai-partai Islam jauh terpuruk dibanding sebelumnya.

Dianggap Politis, Netizen Cibir Khotbah Idul Adha dari Dosen IniTwitter/@myusufmusa

Ini bagian kelimanya. Menurut postinganya dalam screenshoot ini disinggung dengan pencamtuman ayat

Dianggap Politis, Netizen Cibir Khotbah Idul Adha dari Dosen IniTwitter/@myusufmusa

Khotbah ini turut menyinggung kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty). Kebijakan tersebut dinilai telah merugikan masyarakat

Dianggap Politis, Netizen Cibir Khotbah Idul Adha dari Dosen IniTwitter/@myusufmusa

Isi khotbah salat Idul Adha di Pondok Gede, Jakarta Timur, ramai dibahas di Twitter karena dianggap tidak sesuai dengan tempatnya. Hal itu ditepis khatib yang menyampaikan khotbah tersebut bahkan ia mengaku terkejut dengan pemberitaan terkait dirinya.

“Saya rasa tidak ada muatan politis. Saya tidak berniat melakukan provokasi. Saya dakwah karena Allah,” katanya kepada Tempo.co pada Jumat, 1 September 2017.

Menurut Khaidir, dia menyampaikan dakwah yang isinya antara lain mengutip data Badan Pusat Statistik. “Mungkin gaya saya berkhotbah seperti orang berorasi yang akhirnya dikira provokasi,” ucapnya. Bahkan dengan tegas Khaidir menyebutkan bahwa isi kotbah tersebut tidak ada unsur provokasi dalam buklet khotbah Idul Adha miliknya.

“Saya hanya menyampaikan data-data yang saya temukan, karena dakwah sifatnya mendidik dan menyampaikan kebenaran.” Dia lantas menjelaskan, buklet dakwah tersebut dia berikan kepada Panitia Idul Adha Masjid Al Muta’Alimin kemudian mereka gandakan menjadi 500 eksemplar untuk dibagikan kepada warga sekitar seminggu sebelum Idul Adha. “Kalau ada yang tidak suka dengan dahwah saya, seharusnya ada yang protes sebelum saya khotbah," kata Khaidir.

Wah. semakin panas saja nih respon netizen terhadap isi kotbah Khaidir Sulaiman menuai pro kontra ini. Wah, kalau menurutmu sendiri gimana nih perihal isi kotbah Khaidir Sulaiman saat salat Idul Adha di Pondok Gede, Jakarta Timur? Apa benar isi kotbah Khaidir Sulaiman dianggap muatan politis dan provokatif seperti yang dilontarkan oleh Muhammad Yusuf Musa yang memiliki akun twitter bernama @myusufmusa tersebut? Tulis pendapatmu di kolom komentar ya.

Zother Veregrent Photo Verified Writer Zother Veregrent

Pria musim semi yang Ambivert

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya