Antisipasi Kekeringan Sawah, Kementan Pantau Sejumlah Wilayah Kebumen

Beberapa upaya telah dilakukan Kementan

Kebumen, IDN Times - Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) memantau kekeringan tanaman padi di Kabupaten Kebumen. Di sana ditemukan beberapa lokasi yang terancam kekeringan, antara lain di Kecamatan Bulus Pesantren dan Petanahan.

Luas tanaman padi sawah (standing crop) yang terancam kekeringan pada Musim Tanam kedua (MT II) 213 Ha, meliputi Desa Indrosari 6 Ha, Desa Sangubanyu 30 Ha, Desa Ambalkumolo 9 Ha, Desa Bocor 14 Ha, Desa Waluyo 4 Ha, dan Desa Sidomoro 160 Ha.

Saat ini umur tanaman padi 30 hari setelah tanam (HST). Di Kecamatan Bulus Pesantren, pantauan dilakukan di Desa Sidomoro, Desa Tanjungsari, dan Desa Bocor.

Berdasarkan pantauan, Desa Sidomoro Gapoktan Mitra Tani merupakan desa paling luas standing crop yang terancam kekeringan.

"Penyebab kekeringan yang melanda Kecamatan Bulus Pesantren karena pengurangan suplai air dari Waduk Wadaslintang (intake Kedungsamak) ke jaringan irigasi. Juga karena musim kemarau yang maju, bulan April curah hujan rendah dan Mei sudah tidak ada hujan. Sementara awal masa tanam yang mengalami kemunduran," tutur Direktur Jenderal PSP, Sarwo Edhy, Senin (17/6).

1. Upaya penyelamatan tanaman padi yang mengalami kekeringan telah dilakukan

Antisipasi Kekeringan Sawah, Kementan Pantau Sejumlah Wilayah KebumenIDN Times/Kementan

Sarwo Edhy mengatakan, upaya penyelamatan tanaman padi yang mengalami kekeringan telah dilakukan, antara lain melalui sistem gilir giring selama 6 hari mendapatkan 1 hari untuk pengairan, memaksimalkan pemanfaatan pompa bantuan pemerintah tahun 2018 dengan (3 inci) untuk mengairi sawah yang rawan kekeringan, dan anggota P3A/Gapoktan menjaga pengaturan pemakaian air secara bergiliran.

Pada TA 2018 Kabupaten Kebumen mendapatkan alokasi pompa air (dana TP) sebanyak 15 unit (3 inci). Semuanya terdistribusi secara merata di daerah-daerah yang berpotensi mengalami kekeringan.

"Akan diupayakan pompa dengan kapasitas yang lebih besar (6 inci) agar dapat mengalirkan air sari saluran irigasi di Desa Tanjungsari ke saluran irigasi tersier yang menuju Desa Sidomoro sehingga dapat menambah ketersediaan air," tutur Sarwo.

2. Di Desa Bocor, kekeringan disebabkan suplai air dari saluran air tidak bisa mencapai desa tersebut

Antisipasi Kekeringan Sawah, Kementan Pantau Sejumlah Wilayah KebumenANTARA FOTO/Adeng Bustomi

Adapun di Desa Bocor, standing crop digunakan pada lahan mengalami kekeringan mencapai 14 Ha. Kekeringan tersebut disebabkan suplai air dari saluran irigasi Wadaslintang tidak bisa mencapai Desa Bocor.

Namun, saat ini, pemanfaatan air permukaan Sungai Kedungbener (JIAP=Jaringan Irigasi Air Permukaan) dengan kapasitas pompa 213 ubin mesin dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi.

3. Kekeringan juga terjadi di daerah yang terkenal paling berpotensi dan subur

Antisipasi Kekeringan Sawah, Kementan Pantau Sejumlah Wilayah Kebumenfakta.news

Sementara itu, di Kecamatan Petanahan, luas standing crop yang mengalami kekeringan mencapai 20 Ha, pada umur tanaman 12 HST. Kekeringan tersebut baru pertama kali terjadi di Kecamatan Petanahan yang terkenal paling berpotensi dan subur. Pada Februari 2019, daerah/blok yang terkena kekeringan tersebut terkena kebanjiran.

"Kekeringan tanaman padi pada Kecamatan Petanahan ini disebabkan kondisi iklim di mana musim kemarau maju, masa tanam mundur, air irigasi dari DI Wadaslintang tidak bisa mencapai Petanahan karena kondisi saluran irigasi tersier belum permanen sehingga banyak terjadi kehilangan air, dan tidak bisa menggunakan air tanah karena air berminyak dan asin," tutur Sarwo.

Solusi yang diupayakan meliputi sistem gilir giring setiap 6 hari sekali mendapat giliran 1 hari untuk pengairan. Selain itu, rehabilitasi saluran irigasi tersier sejauh 300 m juga dilakukan.

Topik:

  • Ezri T Suro

Berita Terkini Lainnya