Hybrid e-Learning Pariwisata Lebih Prioritaskan Praktik daripada Teori

Persentasenya yakni 70 persen praktik, 30 persen teori

Medan, IDN Times - Chief Executive Officer Ajar.id Solikin mengatakan, hybrid e-learning pariwisata merupakan metode baru yang menggunakan standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) dan standar ASEAN. 

"Di negara Eropa, seperti Prancis dan Dubai (Uni Emirat Arab) serta Kamboja. Namun, di Indonesia (hybrid e-learning pariwisata) belum populer karena masih terkendala pada regulasi," ujar Solikin.

Solikin menjelaskan, sistem ini lebih memprioritaskan praktik daripada teori, yakni 70 persen peserta melaksanakan praktik dan sisanya 30 persen teori. "Peserta proaktif, lebih banyak praktik dan berdiskusi sehingga sangat efektif. Teorinya bisa dilaksanakan lewat video," ujar Solikin.

Salah seorang peserta workshop, Parrakittry Penomena, mengakui pelatihan hybrid e-learning pariwisata yang diikuti 16 instruktur dengan memadukan pembelajaran online dan offline di BBPLK Medan, Sumut, Selasa (12/11), tersebut sangat bermanfaat karena memperkenalkan metode baru dalam pelaksanaan pelatihan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informatika.

"Sebelum datang, peserta sudah dibekali materi persiapan untuk praktik dan diberi akses dan akun di website untuk belajar mandiri sehingga para peserta diharapkan akan mendapatkan cara mengaplikasikan sistem pelatihan e-learning pariwisata ke depannya," ujar Parrakittry.

Pelatihan Hybrid e-Learning Pariwisata berlangsung selama 5 hari. Dalam pelatihan tersebut para peserta akan melaksanakan teori praktik, aplikasi pengajaran, metode, cara sistem kerja, dan cara menginput data secara online dan offline.

Topik:

  • Marwan Fitranansya

Berita Terkini Lainnya