Upaya Mengoptimalkan Pencegahan HIV pada Pekerja Seks
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Penutupan lokalisasi disertai dengan sikap pemangku kepentingan yaitu pemerintah lokal yang menganggap penutupan lokalisasi sama dengan tidak adanya pekerja seks, membuat pendekatan penanggulangan Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada pekerja seks perempuan, yang selama ini berbasis lokasi menjadi tidak dapat dijalankan lagi.
1. Kesulitan menjangkau keberadaan pekerja seks oleh petugas LSM dan kesehatan
Keberadaan pekerja seks menyebar ke berbagai tempat baru yang sulit dijangkau oleh petugas Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan kesehatan. Padahal sebelum lokalisasi ditutup, intervensi perubahan perilaku dilakukan LSM dengan memberikan informasi dasar HIV dan Infeksi Menular Seksual. Tidak hanya itu, penjangkauan dan pendampingan menggunakan kondom setiap transaksi seksual, serta membuka akses pada Anti Retro Viral (ARV) bagi pekerja seks yang terinfeksi HIV.
2. Bentuk perbekalan kesehatan untuk para pekerja seks
Editor’s picks
Pemeriksaan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan tes HIV pada pekerja seks dapat rutin dilakukan di lokalisasi oleh petugas puskesmas yang ada di sekitar lokalisasi melalui layanan mobile clinic atau dokter keliling. Sehingga pekerja seks perempuan tidak lagi mempunyai akses pada alat pencegahan untuk mencegah transmisi HIV, terutama pekerja seks perempuan yang miskin, yang bekerja sendiri, dan berada pada relasi kuasa tidak setara dengan mucikari dan kliennya. Hal ini menyebabkan kerentanan pekerja seks perempuan terhadap resiko infeksi HIV semakin tinggi. Akibatnya pekerja seks dengan IMS semakin sulit terdiagnosis.
3. Sejauh ini, pencegahan apa yang dapat dilakukan dan bagaimana pemerintah menanggapi kasus ini
Upaya pencegahan sekunder melalui pengobatan ARV tidak dapat dijalankan sehingga ada risiko yang lebih tinggi bagi pekerja seks tertular HIV dan atau menularkan HIV.
Karena itu pemerintah perlu memberikan fasilitas dan perlindungan, agar penjangkauan pekerja seks pasca pembubaran lokalisasi tetap dapat dilakukan. Upaya ini bisa dilakukan dengan memberikan fasilitas bagi komunitas pekerja seks untuk memperkuat kapasitas tokoh sebaya untuk melakukan penjangkauan, serta pengembangan sistem informasi serta pendataan.
Pemerintah juga perlu memperkuat program penanggulangan HIV dan Infeksi Menular Seksual hingga tingkat Rukun Tetangga di masyarakat, karena sangat penting untuk memberikan pemahaman tentang HIV dari sisi kesehatan lebih komprehensif.