Cerita Musisi Densky9, Pangkas Sekat dengan Mandiri Urus Royalti

- Musisi Densky9 mengurus royalti secara mandiri lewat aggregator, publishing, dan hak intelektual.
- Ia mengaku sistem royalti di Indonesia rumit karena banyak sub-divisi, sehingga memilih memangkas 2–4 sekat dengan mengelola sendiri.
- Densky9 berharap ada keterbukaan sistem royalti agar musisi mendapat hak adil tanpa terkesan seperti pungutan.
Yogyakarta, IDN Times – Musisi asal Jambi, Miftahus Surrur atau yang dikenal dengan nama Densky9, menceritakan bagaimana dirinya mengurus royalti musik. Sumber royalti karyanya didapat dari aggregator, publishing, dan hak intelektual.
“Aggregator menyangkut semua rilisan saya dalam bentuk digital, publishing menyangkut hal-hal yang di luar distribusi musik dan penggunaan lainnya, hak Intelektual penggunaan Densky9 pada produk yang sudah disepakati,” ujar Densky9, Sabtu (30/8/2025).
1. Mengurus royalti secara mandiri

Densky9 mengatakan untuk agregator dan publisher mengaku dari awal memulai karier musik secara serius, ia berkomitmen untuk mengurus semua sendiri tanpa campur tangan pihak terlalu banyak. Pemilihan jasa yang mengurusnya juga sudah ditentukan sendiri dari riset pribadi dan forum-forum musisi Independen mancanegara yang ia ikuti.
“Walaupun tetap dalam payung label musik yang besar, tapi mereka cukup profesional dalam hal report tertulis yang menyangkut karya saya. Untuk hak intelektual biasanya sudah terjadi hitam di atas putih dengan pihak terkait yang menginginkan kerja sama dengan saya,” ungkapnya.
2. Banyak sub royalti

Densky9 mengaku dirinya kurang memahami tentang sistem royalti pada musik di Indonesia karena dari sumber seperti podcast, mini blog personal beberapa musisi, royalti di Indonesia punya banyak sub-divisi yang terpisah (Mechanical dan Performance). Juga dalam performance ada beberapa sub royalti lagi (Write Share dan Publisher Share) dan itu menurut informasi yang ia dapat dari sumber podcast Soleh Solihun bersama Ari Lasso dan Badai itu sudah berbeda-beda
“Karena saya kebetulan mengurus sendiri segala bentuk royalti saya, rasanya terlihat ribet dan gak tahu sumbernya dari mana saja. Dengan kasus saya sendiri royalti saya ambil dari aggregator sebagai distributor rilisan digital, publisher sebagai kolektor di luar musik sebagai produk distribusi dan Intellectual property (merchandise),” kata Densky9.
3. Royalti penting bagi musisi ketika sekat dihancurkan

Densky9 mengatakan royalti menjadi penting saat sekat-sekat royaltinya dihancurkan. Sepengetahuan dirinya, royalti itu turun melalui banyak sekat sebelum sampai pada artisnya pribadi. Biasanya dimungkinkan kerja sama dengan label raksasa dan mereka punya divisi yang terrpisah dengan rate yang terpisah juga, oleh sebab itu keuntungan untuk musisi mungkin dirasa kecil.
“Dengan saya mengurus sendiri semuanya, saya sudah menghilangkan mungkin 2-4 sekat sebelum royalti itu turun. Isitlahnya saya ingin sifat royalti ini B2B dengan saya, walau memang ada sekat-sekat minor tapi tidak terlalu merugikan saya pribadi sebagai musisi independen,” kata Densky9.
Dirinya berharap semua musisi yang akhirnya terlibat dalam dunia digital ini mendapatkan haknya yang adil dan jelas. Keterbukaan bagaimana sistem royalti di Indonesia dihitung dan didapatkan. “Sistem collect-nya jangan terkesan seperti pungutan. Sudah ada sistem yang lahir di luar sana dan bisa diadopsikan secara baik di Indonesia. Pertanyaannya mau atau tidak saja sekarang,” tutup Densky9.