Abaikan China, Filipina Minta Nelayannya Melaut di LCS

Hubungan antara Manila dan Beijing jadi kian panas

Manila, IDN Times - Pemerintah Filipina secara terang-terangan menolak patuh pada larangan nelayan untuk menangkap ikan di Laut China Selatan. Peraturan tersebut diberlakukan oleh pemerintah China sejak tahun 1999, dan berlangsung dari 1 Mei hingga 16 Agustus setiap tahunnya.

"Larangan penangkapan ikan ini tidak berlaku bagi para nelayan kami," demikian petikan pernyataan satuan tugas Filipina untuk Laut China Selatan pada Selasa malam (4/5/2021), seperti dikutip Reuters.

Khusus tahun ini, mereka menentang larangan China di kawasan laut yang masih masuk dalam wilayah yurisdiksi Filipina. "Kami mendorong nelayan untuk pergi melaut dan menangkap ikan di perairan kami di Laut Filipina Barat (West Philippine Sea/WPS)," sambung pernyataan tersebut.

1. Tindakan "provokasi" di Kepulauan Spratly pada 27 April silam jadi pemantik ketegangan bary

Laut Filipina Barat, nama versi Filipina untuk wilayah Laut China Selatan yang menjadi pusat sengketa, jadi pemicu panasnya poros Beijing-Manila selama beberapa hari terakhir. Yang terbaru pada Senin kemarin (3/5/2021), saat Kementerian Urusan Luar Negeri Filipina mengecam tindakan "provokasi" armada penjaga pantai China.

Dilansir CNBC, mereka mengecam "ajakan berperang" terhadap personel Angkatan Laut Filipina di wilayah perairan Bajo de Masinloc (Scarborough Shoal). Penjaga pantai China pun pun disebut terlibat dalam kegiatan "pengintaian, memblokir, manuver berbahaya dan tantangan lewat radio" kepada AL pada 24 hingga 25 April silam.

Lantaran geram, Menteri Urusan Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr. mencuit di Twitter bahwa China lebih baik "enyah saja" ("get the f--k out") di hari yang sama. Locsin meminta maaf pada Menteri Luar Negeri China Wang Yi pada Selasa (4/5/2021) setelah panen kecaman.

2. Menurut laporan pemerintah, sejumlah "armada maritim China" terlihat di LCS akhir April silam

Abaikan China, Filipina Minta Nelayannya Melaut di LCSPersonel penjaga pantai Filipina sedang melakukan latihan rutin di daerah Laut Filipina Barat yang disengketakan pada 25 April 2021. (Facebook.com/Philippines Coast Guard)

Laporan lain juga dirilis Satgas Filipina untuk Laut China Selatan Selasa kemarin (4/5/2021). Mereka mengatakan melihat tujuh "armada maritim China" melintas di daerah beting (dangkalan) Sabina, Kepulauan Spratly, pada 27 April lalu. Kapal milisi China tersebut bubar setelah "diadang" oleh kapal penjaga pantai Filipina.

Beting Sabrina, yang berada di dalam LCS, terletak 209 kilometer arah barat dari garis pantai Pulau Palawan. Laporan tersebut juga mengatakan bahwa ada lima kapal militer China yang kembali terlihat dua hari berselang. Tetapi mereka dilaporkan pergi setelah penjaga pantai Filipina tiba di kawasan tersebut.

"Filipina tidak tergoyahkan demi membela kepentingan nasional, warisan, dan martabat kami sebagai rakyat dengan semua yang kami miliki," sebut mereka dalam laporan resmi.

Baca Juga: Typhoon Surigae Masih Kuat di Filipina, Ini Dampaknya di Indonesia

3. Meski begitu, pernyataan terbaru Presiden Rodrigo Duterte justru memantik kebingungan

Abaikan China, Filipina Minta Nelayannya Melaut di LCSPresiden Filipina Rodrigo Duterte berbicara dalam sebuah konferensi pers pada 9 Februari 2021. (Facebook.com/Presidential Communications (Government of the Philippines))

Meski Mahkamah Arbitrase Antarbangsa (PCA) telah membatalkan klaim atas LSA, China menolak patuh pada putusan tersebut. Alhasil, armada penjaga pantai mereka kerap bersitegang dengan Filipina. Pemerintah Presiden Rodrigo Duterte bahkan telah mengirim 78 surat protes resmi ke Beijing sejak 2016.

Meski diwarnai "perang kata-kata" dan "provokasi", Duterte secara terbuka mengaku enggan terlibat konfrontasi dengan China. Ia bahkan menyatakan masih menghormati hubungan poros Manila-Beijing.

"China tetap menjadi dermawan kami. Hanya karena kita memiliki konflik dengan China, bukan berarti kami harus bersikap kasar dan tidak hormat," kata Duterte dalam jumpa pers Senin malam (3/4/2021), seperti dilansir Al-Jazeera.

Dalam sesi tersebut, ia bahkan memohon China agar "dengan senang hati mengizinkan nelayan kami untuk menangkap ikan dengan damai" di perairan yang telah dinyatakan sebagai Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina. Pernyataan itu lantas berujung pada kebingungan publik dalam negeri.

Baca Juga: Filipina Perpanjang Lockdown Akibat Lonjakan COVID-19

Achmad Hidayat Alsair Photo Verified Writer Achmad Hidayat Alsair

Separuh penulis, separuh orang-orangan sawah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya