Cegah Kebocoran Informasi, Rusia Larang Tentaranya Posting Status ke Medsos

Berkembangnya kemajuan teknologi ternyata sangat merugikan sistim keamanan sebuah negara. Bahkan dampaknya bisa merugikan bagi para prajuritnya. 

Oleh karena itulah, Rusia merancang sebuah Undang-undang yang melarang seluruh tentara profesional mereka untuk mem-posting segala aktivitas mereka dalam ketentaraan. 

Sebagaimana dilansir BBC, setiap foto dan video maupun materi lainnya yang diunggak ke media sosial dapat mengungkap informasi yang sangat berguna untuk musuh, 

Meski demikian, RUU ini hanya mengikat tentara yang dikirim bertugas ke luar negeri saja. Bukan para wajib militer dalam negeri.

Beberapa kali pihak yang berkonflik dengan Rusia mengetahui taktik dan kegiatan mereka hanya melalui Facebook atau Twitter.

Sebagai contoh, pada bulan Juli 2014 lalu seorang tentara Rusia yang dengan bangga mengunggah gambar iring-iringan truk pembawa roket Grad untuk pemberontak pro-Rusia di Ukraina.

Rusia mencaplok daerah semenanjung Krimea dari Ukraina pada bulan Maret 2014, membuat hubungan dua negara tersebut tidak akur. 

Hingga saat ini, daerah tersebut dan sekitarnya menjadi medan perang antara tentara Ukraina dengan kelompok pemberontak pro-Rusia.

Ukraina dan negara-negara Barat menuduh Rusia memasok senjata berat dan tentara ke pemberontak. 

Rusia mengakui bahwa beberapa "sukarelawan" Rusia memang datang membantu pemberontak, namun menolak tuduhan mengirim pasukan reguler.

Sementara itu, Agustus 2014 sebuah artikel dari tim investigasi Bellingcat mengatakan seorang tentara Rusia melalui akun media sosial pribadinya mengonfirmasi kematian 40 anggota resimen ke-76 Angkatan Udara Rusia di Ukraina Timur.

Larangan ini bukanlah hal baru. Sebelumnya, FSB dan FSO, dua organisasi keamanan dalam negeri Rusia telah melarang seluruh anggotanya mem-posting hal-hal yang berhubungan dengan diri mereka atau pekerjaan mereka di media sosial.

Diperkirakan, larangan ini akan berlaku efektif mulai Januari 2018.