Jelang Pemilu, PM Hungaria Angkat Isu Anti-Islam dan Imigran

Gelombang politik nasionalis sedang "laku" di Eropa...

Budapest, IDN Times - Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orbán, mengeluarkan retorika populis jelang Pemilu pada April mendatang. Dia mengklaim bahwa "masalah sudah membesar" dan negaranya adalah benteng terakhir dalam perang melawan "Islamisasi" Eropa.

Dalam pidato kenegaraan tahunannya pada hari Minggu (18/2/2018), Orbán yang sudah menjabat selama dua periode, mengungkit kesuksesannya menangkal ancaman terhadap cara hidup Hungaria alias gelombang pengungsi yang tidak dilakukan oleh "politisi Brussels, Berlin dan Paris".

Dilansir oleh The Guardian, pidatonya lebih banyak membahas tentang ancaman imigrasi dan hanya sedikit menyinggung tentang kemajuan ekonomi yang telah mereka capai meski kerap beda pendapat dengan Uni Eropa dan PBB. Orbán mengatakan bahwa negara-negara Barat telah "melakukan pembiaran bagi kemunduran budaya Kristen dan ekspansi Islam" sembari menegaskan bahwa pemerintahannya telah "mencegah Islam membanjiri kami dari selatan".

1. Viktor Orbán, Perdana Menteri Hungaria, dinobatkan sebagai "Pria Paling Berpengaruh di Eropa" atas paham nasionalisnya yang kemudian menyebar di kawasan Eropa Timur

Jelang Pemilu, PM Hungaria Angkat Isu Anti-Islam dan ImigranDaily News Hungary

Sambil membeberkan statistik yang oleh sebagian pengamat dianggap meragukan, Orbán berkata: "Kami adalah orang-orang yang berpikir bahwa harapan terakhir Eropa adalah Kekristenan. Jika ratusan juta anak muda (imigran) diizinkan pindah ke utara, akan ada tekanan besar di Eropa. Jika semua ini terus berlanjut, akan ada mayoritas Muslin di kota-kota besar Eropa."

Lebih jauh dia mengatakan imigrasi tidak lagi membantu pembangunan nasional suatu negara dibanding “influenza yang berkontribusi terhadap kesehatan tubuh manusia”.

Sosok berusia 54 tahun itu secara luas dikenal atas jasanya memulihkan ekonomi Hungaria dan mengendalikan keuangan negara pasca krisis ekonomi dunia tahun 2008.

Namun selama menjabat, dirinya menggunakan gaya memerintah yang oleh para kritikus disebut otoriter, dan memilih berselisih dengan mitranya di Uni Eropa. Pemimpin negara-negara Eropa Timur, terutama di Polandia, telah mengikuti gaya pemerintahannya.

2. Politik Hungaria sebenarnya cukup menarik sebab Jobbik, partai kanan jauh yang disebut sebagai "neo-Nazi" dan punya agenda yang sama dengan Orbán, malah memilih jadi oposisi

Jelang Pemilu, PM Hungaria Angkat Isu Anti-Islam dan ImigranIBTimes

Dalam pidato yang sama, pemimpin partai sayap kanan Fidesz itu kembali menyerang pebisnis-filantropis AS-Hungaria kenamaan, George Soros. Dia menuduh Soros menggunakan kekayaannya tidak hanya untuk mendapat pengaruh di Uni Eropa dan negara-negara Eropa Barat, tapi juga di PBB. Baginya ada persekongkolan untuk menciptakan "Homo sorosensus, tipe manusia Soros" yang harus ditangkal.

Menurut laporan Reuters, Orbán selama bertahun-tahun telah mengecam George Soros yang mendorong keterbukaan secara ekonomi dan budaya. Hal itu bertolak belakang dengan penolakan kuatnya terhadap multikulturalisme.

Soros sendiri membandingkan Orbán dengan pemerintahan Nazi maupun Komunis dan lebih menindas daripada pendudukan Soviet pada Perang Dingin. Orbán sendiri mengawasi dengan ketat aktivitas berbagai organisasi non-pemerintah, terutama yang didanai oleh Soros, dan pernah berusaha menutup sebuah universitas terkemuka yang didanai oleh Soros.

3. Ketika krisis pengungsi mencapai puncaknya pada tahun 2015, Hungaria adalah negara pertama yang membangun pagar kawat berduri untuk mencegah masuknya para pengungsi

Jelang Pemilu, PM Hungaria Angkat Isu Anti-Islam dan ImigranYourNewsWire

Orbán telah lama menganjurkan "homogenitas etnis" alias dominasi mayoritas dan menyebut Soros sebagai kambing hitam untuk gelombang imigran dari Afrika dan Timur Tengah ke Eropa untuk melemahkan segi budaya dan ekonominya. Jika terpilih kembali, Orbán menjanjikan solidaritas pemerintahannya dengan "orang-orang Eropa Barat dan pemimpin yang ingin menyelamatkan negara dan budaya Kristen mereka".

"Kami menunggu Pemilu Italia, agar Silvio Berlusconi bisa kembali menduduki posisi tertinggi di pemerintahan," ujarnya.

Di sisi lain, Gyula Molnár dari kubu partai sosialis MSZP mengatakan pidato tersebut sebagai “produk dari manajer perusahaan level menengah dengan beberapa ilusi palsu". Partai Fidesz yang sedang menguasai pemerintahan Hungaria mendapat dukungan lebih dari 40% jumlah pemilih.

Achmad Hidayat Alsair Photo Verified Writer Achmad Hidayat Alsair

Separuh penulis, separuh orang-orangan sawah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya