Kontak Tembak Kian Meluas, Ribuan Warga Tripoli Mulai Diungsikan

PBB mulai membahas mandat gencatan senjata

Pertempuran yang memperebutkan Tripoli kian mengkhawatirkan. Kantor berita Reuters melaporkan bahwa pada hari Rabu (10/4/2019) jika ribuan penduduk ibukota mulai melakukan eksodus dengan mengungsi dari ibu kota Libya tersebut.

Faksi pemberontak LNA (Libya National Army) milik Jenderal Khalifa Haftar perlahan-lahan merangsek dari arah selatan, sekitar 11 km dari pusat kota. Menurut pengamatan, pesawat tempur milik kelompok yang menguasai wilayah timur Libya tersebut berlalu lalang di langit ibukota di tengah tembakan peluru anti-pesawat.

Berbagai macam penghalang terpasang di sejumlah ruas jalan menuju kota sebagai cara membendung mobilitas LNA. Ada kontainer pengiriman, penghalang pasir, dan truk terbuka dengan senapan mesin. Baku tembak masih terdengar di bekas bandara internasional dan wilayah distrik Ain Zara, tenggara Tripoli.

1. Meski ribuan orang sudah mengungsi, masih ada yang terjebak di area pertempuran

Kontak Tembak Kian Meluas, Ribuan Warga Tripoli Mulai DiungsikanMiddleEastMonitor.com

PBB dalam rilisan terbaru menyebut jika ada sekitar 4.500 penduduk telah yang telah mengungsi. Sebagian besar di antaranya ialah penduduk wilayah pusat baku tembak yakni Ain Zara dan Wadi Raba. Meski begitu, masih banyak yang terjebak.

"Bentrokan semakin gawat. Kami takut meninggalkan rumah," kata seorang warga yang masih terkepung di antara pertempuran kepada AFP. Turut dilaporkan jika jalan-jalan turut diblokir, menghalangi upaya warga sipil untuk melarikan diri. Data pemerintah Libya menyebut bahwa jumlah korban tewas telah mencapai 35 orang. Adapun dari kubu LNA, 14 milisi disebut meregang nyawa akibat terjangan timah panas.

Pihak Bulan Sabit Merah Libya mengatakan telah mengevakuasi tiga puluh keluarga pada Rabu (10/4/2019) pagi waktu setempat. Mereka dipindahkan ke pusat pengungsian atau rumah kerabat yang jauh dari pertempuran. Namun mereka sejauh ini hanya memiliki akses ke zona tempur yang dikuasai GNA, tentara milik pemerintah sah Libya.

Baca Juga: Ketegangan Tak Berujung, Kashmir dan Akar Konflik India-Pakistan

2. Meski jumlah korban sejauh ini belum terhitung tinggi, eskalasi konflik bisa menjadi mimpi buruk bagi penduduk Tripoli

Kontak Tembak Kian Meluas, Ribuan Warga Tripoli Mulai DiungsikanTheNational.ae

Khawatir dengan eskalasi konflik, Dewan Keamanan PBB mulai mengadakan rapat tertutup untuk mempertimbangkan opsi perundingan gencatan senjata. "Kami sepakat dengan Sekjen Antonio Guterrs bahwa harus ada gencatan senjata, namun saat ini kami belum merancang proposal mandat," ujar Duta Besar Inggris untuk PBB, Karen Pierce, sesaat sebelum pertemuan.

Di sisi lain Kepala NATO Jens Stoltenberg menyuarakan rasa prihatinnya atas operasi militer dan situasi Libya terkini.

UNICEF menyebut jika hampir setengah juta anak-anak di Tripoli dan puluhan ribu lainnya yang tinggal di wilayah barat dikhawatirkan bakal terkena dampak pertempuran. Meskipun sejauh ini korban masih terhitung kecil, International Crisis Group memperingatkan eskalasi konflik dapat memicu krisis kemanusiaan.

"Jika terjadi, serangan skala penuh antara kedua kubu bakal berujung jatuhnya banyak korban serta kehancuran besar-besaran," tulis ICG dalam rilisan pada Rabu (10/4/2019) kemarin.

3. Perebutan Tripoli membuat pembicaraan damai antar faksi tertunda hingga batas waktu yang belum ditentukan

Kontak Tembak Kian Meluas, Ribuan Warga Tripoli Mulai DiungsikanReuters/Hani Amara

Pasukan LNA bergerak dari markas mereka di timur untuk mengambil alih wilayah selatan yang berpenduduk namun kaya minyak pada awal tahun ini. Ofensif mereka ke Tripoli, kota tempat pemerintahan yang diakui oleh PBB berpusat, bahkan baru berumur sepekan.

Sejak diktator Muammar Ghaddafi digulingkan pada 2011 silam, Libya kini terpecah belah. Sejumlah faksi bersenjata saling berperang memperebutkan wilayah. Ada GNA (Government of National Accord) sebagai pemerintahan transisi yang diakui secara internasional, LNA yang berpusat di Tobruk, kelompok milisi Islam garis keras hingga sejumlah faksi berbasis suku.

Selepas tahun 2014, Libya bahkan dipegang oleh dua pemerintahan yang berbeda baik di barat (GNA) dan timur (LNA). Sebuah konferensi nasional telah dijadwalkan pada 14-16 April mendatang. Pertemuan tersebut mendudukkan seluruh faksi untuk membahas tanggal Pemilu legislatif dan presiden serta konstitusi baru. Namun, konflik terbaru tampaknya membuat kedamaian di Libya melambung jauh dari amatan.

Baca Juga: PBB Minta Brunei Batalkan Undang-undang Antihomoseksual

Achmad Hidayat Alsair Photo Verified Writer Achmad Hidayat Alsair

Separuh penulis, separuh orang-orangan sawah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indra Zakaria

Berita Terkini Lainnya