Telat Vaksinasi, RD Kongo Bakal Kehilangan Sekitar 1,3 Juta Dosis

Disalurkan ke negara Afrika lain sebelum kedaluwarsa

Dakar, IDN Times - Sekitar 75 persen dari total 1,7 juta dosis vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca alokasi untuk Republik Demokratik Kongo akan dialokasi ulang ke negara-negara Afrika lain.

Langkah ini diambil setelah pemerintah Kongo sempat menunda proses vaksinasi, dan baru dimulai pekan lalu. Alhasil, jutaan dosis terancam tak digunakan hingga akhirnya kedaluwarsa pada 24 Juni mendatang.

Menurut Susie Villeneuve, ahli kesehatan senior UNICEF di Afrika Barat dan Tengah, akan ada 1,3 juta dosis sisa segera menjadi milik beberapa negara. Antara lain Ghana, Senegal dan Togo.

"Proses untuk melakukan realokasi terhadap dosis-dosis ini ke negara-negara lain di Afrika tengah berjalan," ungkap Villeneuve pada Senin (26/4/2021) waktu Ghana, seperti  dilansir Reuters.

1. Pemerintah Republik Demokratik Kongo baru memulai program vaksinasi pada 19 April silam

Telat Vaksinasi, RD Kongo Bakal Kehilangan Sekitar 1,3 Juta DosisRelawan Red Cross sedang memperingatkan warga Kinshasa ibu kota RD Kongo tentang pentingnya mematuhi protokol kesehatan pada medio Juli 2020. (ICRC.org/Jonathan Busasi Nsalimbi)

RD Kongo menerima 1,7 dosis vaksin hasil program global COVAX, yang mayoritas buatan AstraZeneca, pada 2 Maret silam. Tetapi, distribusinya ditunda selama beberapa pekan. Ini lantaran menyeruaknya laporan dari negara-negara Eropa bahwa ada beberapa penerima vaksin mengalami pembekuan darah, meski potensi terjadinya "sangat jarang."

Alhasil, program vaksinasi di negara terpadat keempat Afrika itu baru dimulai pada Senin pekan lalu (19/4/2021), atau lebih dari sebulan setelah 1,7 dosis vaksin tiba di Kinshasa, ibu kota RD Kongo. Lampu hijau diberi setelah otoritas kesehatan mengonfirmasi vaksin AstraZeneca yang tiba tak berpotensi mengancam.

Menurut laporan otoritas riset biomedis nasional pada Sabtu silam (24/4/2021), baru 1.262 orang yang menerima dosis vaksin tahap pertama. Atau 0,0014 persen dari total 85 juta penduduk.

Tak cuma RD Kongo, langkah menunda penggunaan vaksin AstraZeneca juga dilakukan oleh Malawi, Sudan Selatan, Ghana dan Sierra Leone.

2. Sebelumnya, CDC Afrika membatalkan pesanan vaksin AstraZeneca dari Serum Institute of India

Telat Vaksinasi, RD Kongo Bakal Kehilangan Sekitar 1,3 Juta DosisDirektur Africa's Centre for Disease Control and Prevention (CDC), John Nkengasong, saat berbicara kepada wartawan. (Facebook.com/Africa CDC)

Sebelumnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika) --salah satu badan Uni Afrika-- membatalkan rencana mengamankan pasokan vaksin AstraZeneca buatan Serum Institute of India pada awal April silam.

Namun, laporan pembekuan darah bukan alasan utamanya. Dilansir Reuters, John Nkengasong selaku Kepala CDC Afrika menjelaskan bahwa ini ditempuh guna menghindari penumpukan dan duplikasi persediaan vaksin AstraZeneca. Terlebih mereka telah mendapat alokasi vaksin yang dikembangkan di Inggris itu melalui program global COVAX.

John Nkengasong juga menegaskan bahwa manfaat vaksin jauh lebih besar ketimbang dampak negatifnya.

"Saya sangat yakin bahwa ini tidak ada hubungannya dengan keraguan atas keamanan dan pertimbangan lain pada vaksin AstraZeneca. Ini murni sebagai sikap bahwa ada tantangan dengan volume vaksin yang tersedia," paparnya.

Baca Juga: Meski Diboikot Oposisi, Kongo Tetap Gelar Pilpres

3. Melalui inisiatif global COVAX, Afrika ditargetkan menerima 600 juta dosis vaksin selama tahun 2021

Telat Vaksinasi, RD Kongo Bakal Kehilangan Sekitar 1,3 Juta DosisIlustrasi kemasan vaksin hasil program global COVAX yang segera disalurkan. (WHO.int)

Menurut BBC, inisiatif COVAX --yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO-- menargetkan pengiriman 600 juta dosis vaksis ke seluruh 40 negara Afrika pada tahun ini. Cukup untuk menyuntik 20 persen dari total populasi benua tersebut.

Dipilihnya AstraZeneca sebagai jenis vaksin paling banyak dilandasi atas dua faktor. Pertama, harganya paling murah yakni US$3 atau sekitar Rp43.500. Kedua, lantaran tak butuh fasilitas pendingin mutakhir saat disimpan dan didistribusikan. Sangat cocok untuk kemampuan finansial dan teknologi negara berkembang yang jadi mitra COVAX.

Menyikapi kekhawatiran di beberapa negara Afrika, seperti yang dialami RD Kongo, WHO menyarankan mereka lebih baik menyimpan vaksin tersebut hingga ada hasil penelitian lebih lanjut ketimbang membuangnya.

Serum Institute of India sebelumnya mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca masih bisa dipakai hingga tiga bulan lewat dari tanggal kedaluwarsa. Tetapi WHO belum mendukung klaim tersebut.

Baca Juga: Parlemen Kongo Pilih Copot Perdana Menteri Sylvestre Ilunga

Achmad Hidayat Alsair Photo Verified Writer Achmad Hidayat Alsair

Separuh penulis, separuh orang-orangan sawah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya