11 Rumor Tentang Malcolm X yang Ada di Masyarakat

Nyatanya, Malcolm X bukan bagian dari gerakan hak-hak sipil 

Malcolm X masih menjadi salah satu tokoh paling kompleks dan kontroversial dalam sejarah Amerika. Dirinya selalu dikaitkan dengan tokoh yang lebih terkenal seperti Dr. Martin Luther King Jr. Malcolm X memperjuangkan hal-hal yang berhubungan dengan ras dan perjuangan orang kulit hitam Amerika untuk mencapai kesetaraan.

Namun, karena kerumitan dan pandangannya yang berubah-ubah, ada banyak rumor tentang Malcolm X, mulai dari sikapnya terhadap kekerasan hingga kehidupan pribadinya. Berikut adalah beberapa hal keliru yang mungkin kita yakini tentang Malcolm X. 

1. Malcolm X sepenuhnya rasis

11 Rumor Tentang Malcolm X yang Ada di Masyarakattime.com

Salah satu rumor yang paling buruk tentang Malcolm X adalah bahwa dia seorang rasis yang membenci orang kulit putih. Seperti yang dicatat oleh situs web Black Muslim Sapelo Square, memang benar bahwa salah satu kutipan paling terkenal dari Malcolm X, blak-blakan menyatakan, "Orang kulit putih adalah iblis."

Nyatanya, pernyataannya dipengaruhi oleh organisasi yang diikutinya. Nation of Islam adalah organisasi rasis yang secara eksplisit menyatakan bahwa orang kulit hitam lebih unggul dari pada orang kulit putih, menurut Southern Poverty Law Center. Namun, setelah dia melakukan perjalanan ke Mekah dan menghabiskan beberapa bulan di sana untuk mendalami agama dan beribadah, Malcolm X sepenuhnya berubah.

Seperti yang dilaporkan The New York Times, dari sana, dia memiliki perspektif yang baru - dan secara tegas menolak ajaran rasisme dari organisasi sebelumnya. Dia menulis, "Saya menolak filosofi rasis Elijah Muhammad, label 'Islam' hanya untuk membodohi dan disalahgunakan untuk menipu orang, karena dia membodohi saya."

2. Malcolm X bagian dari gerakan hak-hak sipil

11 Rumor Tentang Malcolm X yang Ada di Masyarakatnewyorker.com

Banyak yang menyamakan Malcolm X dengan para pemimpin hak sipil terkenal lainnya seperti Martin Luther King Jr. atau John R. Lewis. Pada 1960-an, ketika gerakan hak-hak sipil menjadi berita nasional, Malcolm X menjadi bagian dari tajuk utama yang menginginkan perubahan. Tapi kenyataannya, meski karier Malcolm X sama dengan gerakan hak-hak sipil, dia sebenarnya tidak terkait dengan hal tersebut. Dia lebih dari seorang revolusioner. History melaporkan bahwa dia meremehkan taktik non-kekerasan Martin Luther King Jr.

Malcolm X percaya bahwa integrasi rasial tidak akan pernah berhasil. Dia mengadvokasi nasionalisme dan segregasi kulit hitam, jauh dari tujuan gerakan hak-hak sipil formal. Bahkan, dia mengkritik gerakan tersebut karena fokus domestiknya yang sempit, dengan alasan bahwa orang kulit hitam harus mendorong "hak asasi manusia" di seluruh dunia daripada "hak sipil" di satu negara. 

3. Malcolm X ingin melakukan revolusi dengan kekerasan

11 Rumor Tentang Malcolm X yang Ada di Masyarakatallthatsinteresting.com

Ada salah satu foto Malcolm X yang paling terkenal, di mana dia mengintip dari tirai rumahnya di Queens, New York, sambil memegang sebuah M1 Carbine. Majalah Ebony memberikan penjelasan terkait foto tersebut, foto itu dimaksudkan Malcolm X hanya untuk melindungi keluarganya. Hal ini benar, tidak lama kemudian, rumahnya dibom di tengah malam - tak lama sebelum dia dibunuh.

Gambar-gambar ini dikombinasikan dengan beberapa kutipan Malcolm yang dibumbui pesan kekerasan, seolah dia ingin menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya - dan bahkan mungkin memicu revolusi untuk mencapai tujuan nasionalis kulit hitamnya. 

Seperti yang ditulis The Boston Review, Malcolm X sebenarnya tidak mengizinkan adanya kekerasan ofensif dalam aksi unjuk rasanya. Tetapi, kekerasan itu dibolehkan jika dirinya merasa terancam dan untuk pembelaan diri. Seperti yang dia katakan, "Saya tidak menentang penggunaan kekerasan untuk membela diri." Hal ini jelas berbeda, kekerasan yang digunakan untuk membela diri versus kekerasan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

4. Malcolm X pernah menjadi terpidana kekerasan

11 Rumor Tentang Malcolm X yang Ada di Masyarakattimetoast.com

Malcolm X kehilangan ayahnya saat masih kecil, tumbuh dalam kemiskinan, dan menjalani hukuman di penjara sebelum muncul sebagai orang yang memeluk agama Islam. Seperti yang dijelaskan History, Malcolm X terlahir dengan nama Malcolm Little, ayahnya dibunuh tak lama setelah keluarganya pindah ke Michigan, dan ibunya mengalami gangguan mental. Malcolm akhirnya didaftarkan di sekolah menengah pertama yang didominasi siswa kulit putih.

Malcolm sering mencuri dari toko-toko setempat untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya. Terlepas dari trauma yang dia alami, dia justru anak yang pandai di sekolah. Malcolm Little pernah mengungkapkan cita-citanya untuk menjadi seorang pengacara. Salah satu gurunya dengan tegas mematahkan semangatnya, mengatakan bahwa orang kulit hitam tidak mungkin menjadi seorang pengacara.

Malcolm pun putus sekolah tidak lama setelah kejadian itu. Dia akhirnya pindah ke New York, di mana dia ditangkap karena berbagai tindakan pencurian dan perampokan bersenjata yang menjebloskannya ke penjara selama lebih dari enam tahun - tetapi ia tidak pernah melakukan tindak kekerasan. 

5. Malcolm X dibunuh oleh rasis kulit putih

11 Rumor Tentang Malcolm X yang Ada di Masyarakatthejuicyreport.com

Tahun 1960-an adalah era yang penuh gejolak dan kekerasan dalam sejarah Amerika, ditandai dengan beberapa pembunuhan pemimpin hak-hak sipil oleh orang kulit putih. Jadi, banyak yang berasumsi bahwa Malcolm X dibunuh oleh kulit putih, tapi kenyataannya jauh lebih rumit.  Dia dibunuh oleh anggota Nation of Islam.

Seperti yang dilaporkan Time, tiga anggota Nation of Islam dihukum karena pembunuhan Malcolm X: Talmadge Hayer (atau Thomas Hagan, juga dikenal sebagai Mujahid Abdul Halim), Norman Butler (alias Muhammad Abdul Aziz) dan Thomas Johnson (alias Khalil Islam). Hal ini tercetus ketika Malcolm X memutuskan hubungan dengan organisasi Nation of Islam dan pemimpinnya, Elijah Muhammad.

Faktanya, Malcolm X tidak meninggalkan organisasi tersebut begitu saja - awalnya, dia mengecam semua yang dia perjuangkan terkait organisasi ini dan menyebut Elijah Muhammad sebagai seorang rasis. Hal ini pun menimbulkan amarah dari anggota lainnya, dan Malcolm mulai menerima ancaman pembunuhan.  

Hayer ditangkap di tempat kejadian oleh kerumunan orang dan mengakui kesalahannya. Sementara Butler dan Johnson, tidak pernah mengakui kesalahannya. Hayer mengkonfirmasi bahwa ada empat pria berbeda yang menjadi rekan konspiratornya. Ini membuka fakta bahwa ada lebih banyak rencana pembunuhan Malcolm X karena mengkhianati Nation of Islam.

Baca Juga: 5 Fakta Malcolm X, Aktivis Muslim Paling Berpengaruh di Amerika!

6. Pembunuhan Malcolm X sepenuhnya adalah hal yang tak terduga

https://www.youtube.com/embed/jAUgjGSLMio

Pembunuhan tokoh publik seperti Malcolm X, yang dilakukan di hadapan banyak orang, dianggap sebagai pembunuhan yang direncanakan secara rahasia. Kecuali, seperti yang dilaporkan The Baltimore Sun, FBI mengakui bahwa mereka mengawasi Malcolm X dan Nation of Islam selama bertahun-tahun. Program COINTELPRO FBI yang dianggap ilegal itu berusaha menyusup ke organisasi subversif tersebut untuk menumbangkan mereka dari dalam. 

Dan seperti yang dicatat oleh The Atlantic, direktur FBI J. Edgar Hoover secara khusus memerintahkan agen rahasia mereka untuk menargetkan aktivis dan organisasi Kulit Hitam. Banyak yang menduga bahwa FBI mempunyai informan yang memiliki kedudukan tinggi di Nation of Islam dan menggunakan informan tersebut untuk membuat perpecahan antara Malcolm X dan pemimpin Nation, Elijah Muhammad. Itu berarti FBI tidak melakukan apa pun untuk menghentikan pembunuhan itu. 

7. Malcolm X diperkenalkan dan menjadi politik nasionalisme kulit hitam di penjara

11 Rumor Tentang Malcolm X yang Ada di Masyarakatibw21.org

Malcolm X sebenarnya memiliki latar belakang yang kuat dalam nasionalisme kulit hitam melalui orang tuanya, Earl dan Louise Little - yang berjuang bersama sebagai aktivis. Seperti yang dilaporkan PBS, orang tua Malcolm X adalah anggota aktif dari Universal Negro Improvement Association (UNIA), kelompok yang didirikan oleh Marcus Garvey dalam memperjuangkan ras dan kemakmuran ekonomi kulit hitam, dengan tujuan membentuk negara merdeka di Afrika untuk orang kulit hitam Amerika.

Earl terkadang membawa Malcolm yang masih kecil ke pertemuan UNIA bersamanya, memaparkannya konsep dasar Nasionalisme Hitam. Namun keluarga Little mengalami pelecehan yang kejam di tangan Ku Klux Klan, dan Malcolm X percaya bahwa ayahnya telah dibunuh oleh KKK. 

8. Malcolm X tidak memiliki sekutu supremasi kulit putih

11 Rumor Tentang Malcolm X yang Ada di Masyarakatrenegadetribune.com

Sebelum pindah agama ke Islam pada tahun 1964, retorikanya diwarnai dengan kekerasan dan perlawanan terhadap supremasi kulit putih. Namun, seperti yang dilaporkan Vice, pada tahun 1961, Malcolm X, dalam perannya sebagai perwakilan nasional Nation of Islam, bertemu dengan perwakilan dari Ku Klux Klan dan Partai Nazi Amerika (ANP). Pemimpin ANP, George Lincoln Rockwell, bahkan menghadiri rapat umum Nation of Islam di Washington, DC, dan mendengarkan pidato yang diberikan oleh Malcolm X serta menyumbangkan sejumlah uang. 

Pertemuan dengan KKK itu pragmatis: Nation of Islam meminta jaminan keamanan untuk masjid setempat, dan sebagai gantinya, mereka menawarkan dukungan politik. Tetapi pertemuan dengan ANP diketahui bahwa mereka ingin menjalin kerja sama untuk memisahkan ras secara resmi. Baik Malcolm X dan Nazi Amerika, ingin orang kulit putih dan orang kulit hitam dipisahkan.

9. Malcolm X hanya dikenal dengan nama Malcolm X

11 Rumor Tentang Malcolm X yang Ada di Masyarakatmalcolm-x.it

Malcolm Little memilih nama "Malcolm X" ketika dia masuk Islam di penjara, dan bergabung bersama Nation of Islam. Dia memilih nama belakang "X" untuk melambangkan nama keturunan Afrika yang tidak pernah dia ketahui. Dia menganggap bahwa nama "Little" adalah nama yang diberikan dari keluarganya oleh pemilik budak. "Malcolm X" menjadi nama yang ikonik dan menarik perhatian, dan juga memiliki makna yang kuat tentang buruknya institusi perbudakan. 

Seperti yang dijelaskan Majalah Smithsonian, dia mengubah namanya untuk kedua kalinya pada tahun 1964, menjadi El-Hajj Malik El-Shabazz. Sebagaimana catatan The Baltimore Sun, istrinya, Betty, dan anak-anaknya menggunakan nama Shabazz. Nama Shabazz disematkan setelah ia mengunjungi Mekah, di mana dia menyadari bahwa sikap rasisnya terhadap orang kulit putih adalah salah.

Sekembalinya dari perjalanan itu, Malcolm X mengundurkan diri dari Nation of Islam, menolak ajaran pemimpinnya, Elijah Muhammad, dan mengambil nama baru untuk melambangkan perpindahannya dari Nation of Islam.

10. Malcolm X adalah pemimpin gerakan Nation of Islam

11 Rumor Tentang Malcolm X yang Ada di Masyarakatlatintimes.com

Malcolm X menjadi salah satu pria paling dikenal dalam sejarah Amerika modern. Banyak yang menganggap bahwa dia adalah pemimpin Nation of Islam, sebuah organisasi yang mempromosikan nasionalisme dan separatisme kulit hitam. Kebenarannya, dia bukan pemimpinnya. Wallace Fard Muhammad mendirikan Nation of Islam pada tahun 1930, dan pemimpinnya adalah Elijah Muhammad, yang mengepalai organisasi tersebut dari tahun 1934 sampai kematiannya pada tahun 1975.

Malcolm X memulai korespondensi dengan Elijah Muhammad dari penjara, dan setelah dibebaskan, dia resmi bergabung dengan Nation of Islam. Dari awal, Elijah Muhammad sudah melihat potensi Malcolm X. Seperti yang dilaporkan PBS, dia menunjuk Malcolm untuk menjadi perwakilan nasional agar namanya ikut terkenal. 

Sebagai perwakilan nasional, Malcolm X menjadi ikon wajah Nation of Islam - tapi dia bukan pewaris resmi posisi Elijah Muhammad atau bahkan menjadi orang kedua. Faktanya, dia adalah sosok yang kontroversial, karena beberapa anggota menganggapnya sebagai orang yang sangat antusias dari gerakan tersebut. Banyak yang berspekulasi bahwa keretakan antara Elijah Muhammad dan Malcolm X terjadi karena Elijah Muhammad iri dengan popularitas Malcolm X. 

11. Malcolm X dan Martin Luther King bekerja sama dalam menegakan tujuan mereka

11 Rumor Tentang Malcolm X yang Ada di Masyarakatrakuten.com

Beberapa dekade kemudian, gerakan hak-hak sipil tahun 1960-an diyakini sebagai organisasi monolitik atau Malcolm X dan Martin Luther King, dua orang kulit hitam paling terkenal dari periode tersebut, mereka dianggap sekutu dekat yang bekerja sama dalam perjuangannya. Tapi itu tidak benar sama sekali. Kedua pria tersebut memiliki tujuan dan metode yang sangat berbeda, dan mereka hanya bertemu sekali.  

Seperti yang dilaporkan The Washington Post, keduanya bertemu pada 26 Maret 1964, di Washington, DC, saat menghadiri sidang Senat. Mereka mengobrol sebentar dan berpisah. Mereka tidak pernah berkolaborasi atau bekerja sama. Malcolm X bahkan sering mengkritik gerakan Martin Luther  King dalam memperjuangkan kesetaraan - History melaporkan bahwa ia menggambarkan pidato terkenal "I Havea Dream" King sebagai "Farce on Washington" (Pertunjukan lawak). 

Sementara itu, King berkata tentang Malcolm X, "Saya sama sekali tidak setuju dengan banyak pandangan politik dan filosofisnya." Tragisnya, pada pertemuan mereka, Malcolm X ingin terlibat lebih jauh dengan gerakan hak-hak sipil bersama King, yang akhirnya menimbulkan pertanyaan, apa yang mungkin terjadi jika kedua pria ini tidak dibunuh.

Malcolm X sering dianggap radikal karena pernyataannya ditafsirkan sebagai kekerasan, oleh sebab itu, Malcolm X masih disalahpahami lebih dari lima dekade setelah kematiannya. Jadi, sudah tahu kan kebenaran dari rumor yang mungkin kamu yakini terkait Malcolm X. 

Baca Juga: 5 Fakta Malcolm X, Aktivis Muslim Paling Berpengaruh di Amerika!

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya