Perang Dagang, AS Tuding Tiongkok sebagai Manipulator Mata Uang

Trump berang atas kebijakan penghentian impor oleh Tiongkok

Washington, IDN Times -  Pada Senin (5/8), Amerika Serikat mengambil keputusan yang luar biasa. Secara resmi Departemen Keuangan AS di bawah naungan Presiden Donald Trump, menuduh Tiongkok sebagai manipulator mata uang.

Keputusan ini diambil, menandai eskalasi besar dalam perang dagang kedua negara yang meningkat pesat hanya dalam kurun waktu 24 jam. Keputusan tesebut sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah AS sejak dari zaman Bill Clinton.

Dengan sikap yang diambil oleh AS, perang dagang antara dua negara yang sama-sama memiliki kekuatan perdagangan terbesar di dunia ini telah memasuki fase baru. Diperkirakan, dunia akan melihat AS dan Tiongkok meningkatkan retorika dan aksi mereka dalam sengketa perdagangan yang kini sudah berlangsung selama lebih dari satu tahun.

Dikutip dari Washington Post, pada Senin waktu setempat, Wall Street membukukan kerugian akibat serangan harga yang dilakukan oleh Tiongkok. Sebelumnya, banyak yang berharap akan ada resolusi jangka pendek untuk perang dagang selama satu tahun antara dua ekonomi top dunia, namun tampaknya hal itu meluncur keluar dari yang diharapkan.

1. Tiongkok dituding sengaja menyebabkan mata uang AS merosot tajam

Perang Dagang, AS Tuding Tiongkok sebagai Manipulator Mata Uangunsplash.com/Vladimir Solomyani

Berita tentang langkah Departemen Keuangan muncul ke publik kurang dari 24 jam setelah pemerintah Tiongkok mengumumkan penghentian total impor pertanian AS. Lebih penting lagi, Bank of China telah membiarkan nilai mata uang negara itu merosot terhadap dolar AS hingga di atas angka tujuh banding satu. Hal ini dianggap sebagai garis di pasir untuk perdagangan. Terjunnya mata uang AS ini menyulut kemarahan Trump.

Baca Juga: Perang Dagang Semakin Sengit, Jokowi Minta Saran Kadin dan Hipmi

2. Kebijakan perdagangan Tiongkok dinilai membuat petani AS pendukung Trump terpuruk

Perang Dagang, AS Tuding Tiongkok sebagai Manipulator Mata UangPixabay/Jose Antonio Alba

Sikap yang dilakukan Tiongkok memang dinilai sangat cepat dan frontal. Bahkan, secara terang-terangan perusahaan-perusahaan Tiongkok telah menghentikan pembelian produk-produk pertanian Amerika Serikat. Keputusan tersebut menjadi pukulan bagi para petani AS yang merasakan penurunan ekspor akibat perang dagang dari kedua belah pihak lebih dari setahun.

Selain itu, Tiongkok juga dapat mengenakan tarif tambahan pada produk-produk pertanian AS. Kebijakan itu menargetkan negara-negara bagian perdesaan yang mendukung Presiden AS Donald Trump dalam pemilihan 2016.

3. Berikan dampak turbulensi ekonomi global

Perang Dagang, AS Tuding Tiongkok sebagai Manipulator Mata UangANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Langkah yang dilakukan Tiongkok terhadap AS ini dipandang sebagai tindakan balasan menyusul ancaman Trump mematok tarif 10 persen untuk setiap produk Tiongkok senilai 300 miliar dolar AS.

Persaingan dagang antara AS dan Tiongkok yang kian menegang itu diprediksi memberikan dampak guncangan ekonomi global lebih parah dari saat ini. Pertempuran itu telah melemahkan kepercayaan bisnis dan merusak sektor manufaktur kedua negara tepat ketika pelambatan ekonomi dunia semakin memburuk.

Bulan lalu, aktivitas di sektor jasa AS mencapai level terendah dalam tiga tahun terakhir. Bahkan data survei menunjukkan, pada Senin, pertumbuhan ekonomi AS tercatat mengalami penurunan.

4. Pertukaran mata uang 'Weaponized'

Perang Dagang, AS Tuding Tiongkok sebagai Manipulator Mata UangREUTERS via ANTARANEWS

Yuan tidak dapat dikonversi secara bebas dan pemerintah membatasi pergerakannya terhadap dolar AS hingga kisaran 2 persen. Itu terjadi setiap hari di kedua sisi tingkat paritas pusat yang ditetapkan Bank Rakyat China (PBOC) untuk mencerminkan tren pasar dan mengendalikan volatilitas.

Dikutip dari Bloomberg News Ken Cheung, pakar strategi mata uang senior di Mizuho Bank mengungkapkan, "Tampaknya kenaikan tarif menunjukkan kembalinya gerakan tit-for-tat dan penangguhan pembicaraan perdagangan, dan PBOC melihat tidak perlu menjaga yuan stabil dalam waktu dekat."

Dalam sebuah pernyataan pada Senin pagi, PBOC menyebut nilai tukar terhadap dolar AS telah "dipengaruhi oleh tindakan sepihak dan proteksionisme perdagangan dan pengenaan kenaikan tarif pada Tiongkok."

Bank sentral mengatakan yuan tetap "stabil dan kuat terhadap sekeranjang mata uang" dan mengatakan akan "secara tegas menindak spekulasi jangka pendek dan mempertahankan operasi pasar valuta asing yang stabil dan menstabilkan ekspektasi pasar."

Baca Juga: Usai KTT G-20, Perang Dagang AS-Tiongkok Diprediksi Masih Berlanjut 

5. Tiongkok memukul harga saham AS

Perang Dagang, AS Tuding Tiongkok sebagai Manipulator Mata UangANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Sebagai akibat dari perang yang sedang berlangsung ini, aliran investasi ke perusahaan teknologi antarkedua negara telah melambat. Akuisisi dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok telah dibatalkan karena kekhawatiran dari Komite Investasi Asing di AS.

 

Laporan oleh: Kumi Laila

Baca Juga: Dubes Tiongkok Ungkap Hal Tentang Perang Dagang dengan AS

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya