China Longgarkan Lockdown COVID-19, IMF: Kebangkitan Ekonomi Dunia!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Dana Moneter Internasional (IMF) memuji langkah China melonggarkan kebijakan nol COVID-19. Pujian itu disampaikan pada Jumat (9/12/2022), ketika IMF dengan kepala lembaga ekonomi besar lainnya menggelar konferensi pers.
"Kami sangat menyambut baik tindakan tegas yang diambil oleh otoritas China untuk mengkalibrasi ulang kebijakan COVID guna menciptakan dorongan yang lebih baik untuk kebangkitan pertumbuhan (ekonomi) di China," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, saat mengunjungi Huangshan, dikutip dari The Straits Times.
1. Berharap jadi momentum kebangkitan ekonomi
Sebagai informasi, pada Rabu (7/12/2022) Beijing telah melonggarkan pendekatan tanpa toleransinya terhadap virus corona. Dengan demikian, China mengakhiri penguncian skala besar (lockdown) dan mengizinkan beberapa kasus positif untuk diisolasi di rumah
Georgieva kembali mengingatkan pentingnya vaksinasi untuk menekan penularan virus ini.
“(Meningkatkan angka vaksinasi) sangat baik bukan hanya untuk rakyat China, tapi juga untuk Asia dan seluruh dunia,” katanya.
Sebagai salah satu raksasa ekonomi, lockdown di China praktis berdampak terhadap ekonomi global. Georgieva berharap kebijakan terbaru Beijing dapat membantu dunia untuk keluar dari krisis global.
“Kinerja China penting (tidak hanya) bagi China, juga penting bagi ekonomi dunia,” tambahnya.
Baca Juga: Usai China, Kini Hong Kong Longgarkan Kebijakan COVID-19
2. Kebangkitan ekonomi China akan berdampak terhadap dunia
Belum pulih dunia dari pandemik COVID-19, ekonomi global makin terguncang akibat perang Rusia-Ukraina yang pecah pada 24 Februari 20220. Kelaparan, inflasi, dan krisis biaya hidup terjadi di banyak negara.
Dirjen Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Ngozi Okonjo-Iweala menyampaikan, pelonggaran atas kebijakan nol COVID-19 dapat membantu dunia menghilangkan serangkaian ketidakpastian ekonomi.
Sekjen Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) Mathias Cormann menambahkan, penyesuaian kebijakan COVID-19 akan mendukung kekuatan pemulihan baik di China dan dunia.
3. Kondisi pandemik COVID-19 di China
Demonstrasi yang sangat jarang di China telah meluas ke berbagai provinsi. Masyarakat yang muak dengan lockdown turun ke jalan dan menyuarakan untuk mengakhiri kebijakan nol COVID-19. Aspirasi pun meluas hingga muncul seruan untuk mendepak Presiden Xi Jinping yang belum lama ini mengamankan periode ketiganya.
Dilansir Worldometers, akumulasi infeksi COVID-19 di China telah mencapai 357.652 kasus per Jumat. Angka kematian mencapai 5.235 dan angka sembuh mencapai 309.259 kasus. Puncak infeksi, dari gelombang terbaru, terjadi pada 6 Desember 2022, ketika dalam satu hari ada 5.046 orang terinfeksi corona.
Kendati virus corona pertama kali ditemukan di China, tapi sekarang negara ini menempati peringkat ke-98 sebagai negara dengan infeksi terbanyak di dunia.
Baca Juga: Tok! Arab Saudi-China Sepakati 34 Perjanjian Investasi
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.