Korea Selatan, Jepang, dan AS Akan Kumpul Bahas Nuklir Korea Utara

Korea Utara disebut masih aktif mengembangkan nuklir

Jakarta, IDN Times – Pejabat dari Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, dan Jepang akan bertemu di Tokyo pekan depan membahas tentang Korea Utara. Keterangan itu disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Korea Selatan pada Jumat (10/9/2021).

Ketiga negara secara intensif berupaya memecahkan kebuntuan dengan Pyongyang terkait program pengembangan nuklir dan rudal balistik, yang menjadi alasan bagi komunitas internasional untuk menjatuhkan sanksi.

Baca Juga: Wow! Korea Utara Kembangkan Alat PCR COVID-19

1. Pertemuan akan bahas Korea Utara dan kerja sama negara mitra

Korea Selatan, Jepang, dan AS Akan Kumpul Bahas Nuklir Korea UtaraANTARA FOTO/KCNA via REUTERS

Dilansir dari Channel News Asia, utusan khusus Seoul untuk perdamaian dan keamanan semenanjung Korea, Noh Kyu-duk, akan melakukan perjalanan ke Jepang selama tiga hari pada Minggu (12/9/2021).

Selama di sana, ia akan bertemu dengan utusan AS untuk Korea Utara, Sung Kim, dan Dirjen Biro Urusan Asia dan Oseania Kementerian Luar Negeri Jepang, Takehiro Funakoshi. Pertemuan trilateral akan membahas masalah nuklir Korea Utara dan kerja sama di antara ketiga negara tersebut.

"Ketiga negara diharapkan untuk melakukan diskusi mendalam tentang cara-cara untuk mempromosikan kerja sama, untuk mengelola situasi di semenanjung Korea secara stabil, dan melanjutkan proses perdamaian semenanjung pada tanggal awal," demikian keterangan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Korea Selatan.

2. Korea Utara ogah berdialog kalau AS masih latihan bersama Korea Selatan

Korea Selatan, Jepang, dan AS Akan Kumpul Bahas Nuklir Korea UtaraPertemuan Kim Jong-un didampingi adiknya, Kim Yo-jong, bersama Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di Panmunjom untuk membahas perdamaian Semenjung Korea, pada 27 April 2018. twitter.com/BonicMichael

Sebelumnya, pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengatakan, mereka akan mengeksplorasi segala instrumen diplomasi untuk mencapai denuklirasai Korea Utara. Tidak menutup kemungkinan Washington akan melonggarkan sanksi jika Pyongyang sepakat dengan gagasan AS.  

Selama kunjungan ke Seoul pada Agustus, Sung Kim mengatakan dia siap untuk bertemu dengan pejabat Korea Utara "di mana saja dan kapan saja".

Pyongyang juga mengatakan terbuka untuk diplomasi. Tapi, Korea Utara tidak melihat itikad baik AS untuk mengawali negosiasi. Pernyataan itu merupakan kritik Pyongyang atas latihan militer bersama Washinton dengan Seoul.

Baca Juga: Korea Utara Minta AS Cabut Sanksi Sebelum Bahas Denuklirisasi

3. Korea Utara disebut memulai kembali program pengembangan nuklir

Korea Selatan, Jepang, dan AS Akan Kumpul Bahas Nuklir Korea UtaraSeorang kritikus dari Korea Utara mengecam Amerika Serikat telah menerapkan standar ganda saat berusaha melarang Korea Utara dalam mengembangkan rudal balistik. (Twitter.com/CFTNI)

Dalam laporan tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebagaimana diberitakan Reuters, Korea Utara telah memulai kembali program pengembangan reaktor nuklir yang diyakini mampu menghasilkan plutonium untuk senjata nuklir.  

Tanda-tanda operasi reaktor 5 megawatt (MW), yang dipandang mampu menghasilkan plutonium tingkat senjata, pertama kali terlihat sejak akhir 2018, demikian laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang diserahkan kepada PBB pada 27 Agustus 2021 lalu.

"Sejak awal Juli 2021, ada indikasi konsisten terkait operasi (pengembangan nuklir), termasuk pembuangan air pendingin," kata laporan tersebut.

Presiden Institut Sains dan Keamanan Internasional, David Albright, menjelaskan bahwa semakin banyak plutonium, maka Korea Utara semakin mudah untuk membuat senjata nuklir yang lebih kecil agar sesuai dengan rudal balistiknya.

"Intinya Korea Utara ingin meningkatkan jumlah dan kualitas senjata nuklirnya," ucap dia.

Albright menduga Korea Utara memiliki kapasitas untuk memproduksi empat hingga enam bom nuklir dalam setahun. Sayangnya, dugaan itu sulit dikonfirmasi karena keterbatasan informasi.

IAEA juga tidak memiliki akses ke Korea Utara sejak Pyongyang mengusir inspekturnya pada 2009. Negara itu kemudian melanjutkan program pengembangan senjata dan melanjutkan uji coba nuklir, dengan uji coba terakhir terjadi pada 2017.

IAEA sekarang memantau Korea Utara dari jauh memanfaatkan citra satelit.

Baca Juga: Korea Utara Hadapi Krisis Pangan Terburuk dalam Satu Dekade Terakhir

Andi IR Photo Verified Writer Andi IR

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya