Taliban: Kami Tidak Ingin Ada Tentara Turki di Afghanistan

Taliban gak perlu pasukan asing untuk mengamankan negeri

Jakarta, IDN Times - Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, menolak rencana Turki untuk menempatkan tentaranya di Bandara Hamid Karzai, Kabul. Mujahid menegaskan bahwa mereka tidak lagi membutuhkan pasukan asing dan pasukan Turki.

“Kami ingin hubungan baik dengan Turki, tetapi kami tidak ingin tentara mereka di Afghanistan. Tidak perlu pasukan Turki di Afghanistan, kami lebih dari mampu mengamankan bandara Kabul sendiri,” kata Mujahid pada Selasa (24/8/2021), dikutip dari Middle East Eye.

Baca Juga: Taliban ke PNS Afghanistan: Jangan Panik, Ayo Kembali Bekerja!

1. Turki terlibat dalam operasi pengamanan bandara selama beberapa tahun

Taliban: Kami Tidak Ingin Ada Tentara Turki di AfghanistanAnggota layanan Departemen Pertahanan AS membela pesawat di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Selasa, 17 Agustus 2021. (ANTARA FOTO/U.S. Air Force/Senior Airman Taylor Crul/Handout via REUTERS)

Selama beberapa tahun terakhir, Turki telah mengambil bagian dari operasi militer yang mengamankan bandara dari serangan eksternal. Pada awal musim panas, Ankara hampir mencapai kesepakatan dengan Amerika Serikat (AS) untuk melanjutkan misi pengamanan, tapi rencana itu gagal karena manuver Taliban mengubah situasi Kabul secara drastis.

Pejabat Turki telah mencari cara untuk mempertahankan kehadiran mereka di Afghanistan. Mereka bernegosiasi dengan Taliban dalam upaya untuk melindungi kepentingan komersial dan politik Turki.

Seorang pejabat Turki mengatakan, terlalu dini untuk mengeluarkan komentar atas pernyataan Taliban. Menurut dia, pertemuan antara pejabat Turki dengan pemimpin Taliban dapat mendamaikan dan mencairkan hubungan kedua pihak.

Baca Juga: Fasilitas Pengungsi Afghanistan di Qatar Dipenuhi Urin dan Kutu Tikus

2. Presiden Erdogan siap berdialog dengan Taliban

Taliban: Kami Tidak Ingin Ada Tentara Turki di AfghanistanANTARA FOTO/Oksuz/Presidential Press Office/Handout via REUTERS

Pekan lalu, Erdogan secara terang-terangan menyatakan kesiapannya untuk bertemu dan berdialog dengan pemimpin Taliban. Turki berkomitmen untuk mencapai kesepakatan dengan pihak berwenang, siapapun yang nantinya memegang kekuasaan.

"Kami menyambut baik pernyataan yang terkendali dan moderat yang dibuat oleh Taliban," ujar Erdogan sebagaimana dilaporkan AFP.

"Kami bertujuan untuk memastikan keamanan bandara dan berkontribusi pada keamanan negara ini setelah penarikan (pasukan) AS. Kami mempertahankan niat ini. Demi ketenganan rakyat Afghanistan, kesejahteraan kerabat Turki yang tinggal di sana, dan melindungi kepentingan negara kami, kami terbuka untuk kerja sama apapun,” tambahnya.

Namun, publik Turki mewaspadai misi dan ungkapan seperti itu. Hasil jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa dua pertiga responden menolak penempatan pasukan Turki di Afghanistan.

Baca Juga: Kisah Pilu dari Afghanistan: "Dunia Meninggalkan Kami Sendirian"

3. Turki mengandalkan Rusia untuk menjadikan Taliban sebagai pemerintahan inklusif

Taliban: Kami Tidak Ingin Ada Tentara Turki di AfghanistanPresiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat keduanya bertemu di resor laut Hitam Sochi, Rusia, pada 22 Oktober 2019. ANTARA FOTO/Sputnik/Mikhail Metzel/Kremlin via REUTERS

Pada Sabtu (21/8/2021), Erdogan juga mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mempertahankan komunikasi dengan Taliban. Erdogan berharap Rusia dapat mengambil peran lebih terkait hubungannya dengan penguasa baru Afghanistan.

"Kita harus menjaga saluran dialog terbuka dengan Taliban dan mengejar keterlibatan bertahap, daripada (memilih) pendekatan berdasarkan kondisi sulit," ujar Erdogan saat berkomunikasi dengan Putin melalui sambungan telepon.

Selain Turki, Inggris juga berharap Rusia bersama Tiongkok, dapat mempengaruhi Taliban untuk membentuk pemerintahan yang inklusif dan moderat.

“Kami harus membawa negara-negara dengan pengaruh yang berpotensi memoderatkan, seperti Rusia dan China, betapa pun tidak nyamannya itu," kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, dikutip dari The Sunday Telegraph.

Kendati Taliban telah menyampaikan beberapa komitmen reformasi, yang membedakan mereka dari kepemimpinan terakhir periode 1996-2001, komunitas internasional dan warga Afghanistan masih skeptis.

"Retorika dan kenyataan sama sekali tidak cocok, saya pikir retorika (Taliban) hanya kebohongan belaka,” kata Brian Castner, penasihat senior di Amnesty International.

Andi IR Photo Verified Writer Andi IR

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya