Gagal Bujuk Turki, Keanggotaan Swedia di NATO Masih Menggantung
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO, Jens Stoltenberg, gagal menyepakati keanggotaan Swedia dalam aliansi pertahanan Barat pada pembicaraannya dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pada Minggu (4/6/2023).
Ankara menuduh Stockholm terlalu toleran terhadap organisasi teror dan ancaman keamanan, termasuk kelompok militan Kurdi dan orang-orang yang terkait dengan upaya kudeta pada 2016.
Meski begitu, Stoltenberg mengatakan bahwa Swedia telah memenuhi persyaratan yang diajukan Turki untuk keanggotaannya. Negara Nordik itu telah mengamandemen konstitusi, memperkuat undang-undang antiteror, dan mencabut embargo senjata terhadap Ankara sejak pengajuan keanggotaannya setahun lalu.
Baca Juga: Rusia Usir 5 Diplomat Swedia dan Tutup Konsulat
1. Swedia ditargetkan dapat bergabung sebelum KTT NATO Juli mendatang
Stoltenberg mengungkapkan pejabat dari Turki, Swedia, dan Finlandia akan menggelar pertemuan pada pertengahan bulan ini. Ini dibentuk dalam mekanisme bersama permanen untuk mengatasi keberatan Ankara dan Hungaria terkait keanggotaan Swedia di NATO.
NATO menargetkan keanggotaan Stockholm dapat selesai tepat waktu sebelum pertemuan para pemimpin aliansi itu digelar pada pertengahan Juli mendatang. Stoltenberg menyebut bahwa penting untuk menggunakan waktu yang tersisa untuk mencapai kesepakatan.
"Keanggotaan akan membuat Swedia lebih aman tetapi juga membuat NATO dan Turki lebih kuat. Saya berharap untuk menyelesaikan aksesi Swedia sesegera mungkin," tutur Stoltenberg, dikutip Al Jazeera.
Baca Juga: Sekjen NATO Bakal Temui Presiden Turki Bahas Keanggotaan Swedia
2. Turki dan Hungaria jadi hambatan Swedia untuk gabung ke NATO
Editor’s picks
Swedia dan Finlandia mengajukan keanggotaan NATO pada tahun lalu, setelah Rusia melancarkan invasinya ke Ukraina. Khawatir akan menjadi sasaran Moskow, kedua negara itu meninggalkan kebijakan nonblok militer yang telah lama dipegangnya, untuk mencari perlindungan di bawah payung keamanan NATO.
Aliansi pertahanan Barat itu memiliki pakta pertahanan kolektif, yang berarti serangan terhadap satu anggota dianggap sebagai serangan terhadap seluruh anggota. Namun, kebulatan suara dari seluruh anggota aliansi diperlukan untuk menjadi anggota.
Meski Finlandia telah secara resmi bergabung pada bulan lalu, keanggotaan Swedia hingga saat ini masih terhalang persetujuan Turki dan Hungaria.
Ankara menuduh Stockholm menampung anggota kelompok militan yang dianggapnya teroris. Hal ini diperparah dengan insiden pembakaran Al-Qur'an di negara itu, yang memperkuat sikap keras pemerintahan Erdogan terhadap aksesi keanggotaan Swedia.
3. Massa di Swedia gelar unjuk rasa menentang NATO
Bersamaan dengan pembicaraan NATO-Turki, ratusan massa, termasuk massa pro-Kurdi, menggelar unjuk rasa di Stockholm menentang rencana keanggotaan Swedia di NATO. Aksi tersebut diikuti sekitar 500 orang.
Aksi unjuk rasa itu dilakukan di bawah Aliansi Melawan NATO, yakni sebuah payung untuk organisasi Kurdi, kelompok kiri, anarkis, pemuda dan aktivis iklim, serta orang-orang yang menentang undang-undang antiteror Swedia yang baru.
Menyusul unjuk rasa tersebut, Stoltenberg menegaskan bahwa seluruh pihak tidak boleh membiarkan aksi yang menurutnya ingin melemahkan NATO tersebut berhasil.
"Saya mengerti sulit melihat demonstrasi menentang Turki dan NATO di Swedia. Tapi izinkan saya menjelaskan, kebebasan berkumpul dan berekspresi adalah nilai inti dalam masyarakat demokratis kita. Hak tersebut harus dilindungi dan dijunjung tinggi," ungkap Stoltenberg.
"Ingat mengapa demonstrasi ini terjadi. Penyelenggara ingin menghentikan Swedia bergabung dengan NATO. Mereka ingin memblokir kerja sama kontraterorisme Swedia dengan Turki, dan mereka ingin melemahkan NATO. Kita seharusnya tidak membiarkan mereka berhasil," sambungnya dikutip Associated Press.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.