Jelang Imlek, WHO dan China Kerja Sama Cegah Lonjakan COVID-19  

WHO minta China lebih transparan soal data kasus COVID-19

Jakarta, IDN Times - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pihaknya tengah bekerja sama dengan China untuk mengelola risiko lonjakan kasus COVID-19, menyusul meningkatnya para pelaku perjalanan di musim libur Tahun Baru Imlek.

Namun, organisasi itu mengaku kurangnya informasi data mengenai situasi pandemik di negara itu, menyulitkannya untuk melakukan penilaian penuh terhadap bahaya gelombang COVID-19. 

Pada Rabu (11/1/2023), WHO memperbarui seruannya agar negara yang bekerja sama dengannya itu memberi lebih banyak data COVID-19, sekaligus menekankan perlunya melakukan sharing informasi. 

"Kami telah bekerja dengan rekan China kami, tetapi untuk memahami lebih baik, kami membutuhkan data (kasus COVID-19) itu," kata Direktur Departemen Koordinasi WHO, Abdi Rahman Mahamud, dikutip dari Reuters. 

Baca Juga: Kurangnya Data COVID-19 China Persulit Kelola Kasus

1. China setop laporkan kasus harian 

Jelang Imlek, WHO dan China Kerja Sama Cegah Lonjakan COVID-19   ilustrasi laporan jumlah pertambahan kasus (unsplash.com/KOBU Agency)

Kekhawatiran dunia akan persebaran kasus COVID-19 China telah meningkat dalam beberapa hari terakhir. Pasalnya, negara itu belum memperbarui laporan jumlah kasus hariannya hingga kini. 

Mengutip laporan The Straits Times, dalam laporan terakhirnya pada Senin lalu, negara itu mencatat 7.557 kasus parah secara nasional, yang meningkat lebih dari 1.100 dari hari sebelumnya.

Meskipun belum ada informasi resmi terkait penghentian laporan harian tersebut, tetapi pada Desember 2022 lalu, seorang pejabat kesehatan mengatakan Beijing akan menggantinya menjadi laporan bulanan, sebagai bagian dari penurunan tingkat manajemen virus.

Meskipun begitu, Abdi mengklaim saat ini Beijing telah memiliki sejumlah strategi mengenai aturan bepergian, tes COVID, dan pengaturan klinik. 

Baca Juga: China Tangguhkan Sementara Visa untuk Warga Jepang 

2. WHO peringatkan penyebaran varian baru COVID-19

Pada Selasa lalu, WHO memberikan peringatan terhadap penyebaran subvarian Omicron terbaru, yakni XBB.1.5. Pihaknya mengklaim jenis virus ini merupakan yang paling menular, dan telah menyebar di Amerika Serikat dan Eropa. 

Meskipun belum jelas apakah varian terbaru ini akan menciptakan gelombang infeksi baru, laporan terakhir menunjukkan 27 persen kasus COVID-19 di AS merupakan jenis varian tersebut. 

Kekhawatiran akan penyebaran terus meningkat, seiring dengan lonjakan kasus di China, setelah negara itu mulai melonggarkan kebijakan nol-COVID yang ketat. Menurut data analisis otoritas setempat infeksi lokal didominasi varian BA.5.2 dan BF.7.

Baca Juga: Balas Dendam, China Tangguhkan Visa untuk Warga Korsel 

3. Minta seluruh pelancong tetap gunakan masker

Jelang Imlek, WHO dan China Kerja Sama Cegah Lonjakan COVID-19   ilustrasi penggunaan masker (unsplash.com/Kobby Mendez)

Menanggapi penyebaran varian baru tersebut, petugas darurat senior WHO untuk Eropa, Catherine Smallwood, menganjurkan kepada orang yang melakukan aktivitas berisiko tinggi, seperti melakukan penerbangan jarak jauh, agar tetap mengunakan masker. Dia juga meminta agar anjuran ini dikeluarkan kepada penumpang pesawat yang tiba. 

"Ini (penggunaan masker) harus menjadi rekomendasi yang dikeluarkan untuk penumpang yang datang dari mana saja di mana ada penularan COVID-19 yang meluas," katanya, dikutip dari The Jakarta Post.

Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) dan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) menyarankan untuk melakukan tes acak pada sampel penumpang yang tiba, serta pembersihan dan disinfeksi pesawat yang melayani rute antara China dan Uni Eropa. 

Angga Kurnia Saputra Photo Verified Writer Angga Kurnia Saputra

Self-proclaimed foreign policy enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya