Peringatan Dua Tahun Kudeta Myanmar, Warga Lakukan Silent Strikes

Jalan-jalan di seluruh kota terpantau sepi

Jakarta, IDN Times - Warga Myanmar memperingati dua tahun kudeta militer dengan melakukan silent strikes pada Rabu (1/2/2023). Aksi itu dilakukan dengan meminta orang-orang agar tidak keluar rumah, membiarkan jalan-jalan kosong, dan menutup bisnis mereka selama beberapa jam. 

Beberapa foto yang diunggah media lokal menunjukkan suasana jalan di penjuru kota yang terpantau sepi. Selain itu, indikator lalu lintas Google Maps di Yangon dan Mandalay juga berubah menjadi hijau. 

Mengutip The Guardian, aksi itu diserukan sebagai bentuk solidaritas untuk menentang rezim junta yang berkuasa. Mereka juga mengatakan, saat ini aksi protes di daerah perkotaan tidak aman untuk dilakukan karena ancaman militer. 

1. Sekutu Barat tambah sanksi ke Myanmar

Sehari sebelum peringatan, Amerika Serikat (AS), Kanada, Inggris, dan Australia menjatuhkan sanksi terbaru kepada Myanmar. 

Washington menargetkan sanksinya kepada pemimpin senior Kementerian Energi Myanmar, Perusahaan Minyak dan Gas Myanmar (MOGE), angkatan udara, pedagang senjata dan anggota keluarga dari rekan bisnis militer, serta Komisi Pemilihan Umum. 

Sementara itu, Ottawa dan London menargetkan ekspor, penjualan, pasokan atau pengiriman bahan bakar penerbangan ke negara yang dipimpin junta tersebut.

Inggris memfokuskan sanksinya pada perusahaan dan individu yang terkait dengan grup Asia Sun. Grup itu diduga memasok bahan bakar ke militer yang memungkinkan terjadinya serangan udara. 

"Hingga saat ini, kelambanan pemerintah telah memungkinkan militer Myanmar menggunakan bahan bakar penerbangan impor untuk melancarkan serangan udara yang menghancurkan keluarga dan meneror warga sipil," kata Peneliti Bisnis dan HAM Amnesti Internasional, Montse Ferrer. 

Sedangkan, Canberra menargetkan 16 tokoh Myanmar, termasuk kepala junta Min Aung Hlaing dan wakilnya Soe Win.

Baca Juga: Junta Myanmar Diundang ke Forum Militer AS-ASEAN

2. Massa pengunjuk rasa menyerbu kedutaan Myanmar di Bangkok, Thailand

Protes yang digelar menentang dua hal, yakni kekerasan yang telah meningkat hingga memicu perang saudara, terutama di daerah pedesaan, serta menentang penahanan sebagian besar jenderal yang berkuasa sebelumnya. 

Selain itu, aksi juga digelar di beberapa negara. Di Thailand, ratusan pengunjuk rasa menyerbu kedutaan Myanmar di Bangkok. Hal yang sama juga digelar para aktivis di Manila, ibu kota Filipina.

"Kami adalah rakyat, kami memiliki masa depan. Revolusi harus menang," teriak para pengunjuk rasa, dikutip dari Reuters. 

3. Ribuan orang telah ditangkap dan dibunuh junta

Peringatan Dua Tahun Kudeta Myanmar, Warga Lakukan Silent Strikesbendera Myanmar (pixabay.com/adamlapunik)

Kekejaman yang dilakukan junta telah menyebabkan krisis kemanusiaan. Asosiasi Bantuan independen untuk Tahanan Politik melaporkan, sejak awal kudeta sekitar 2.940 warga sipil telah dibunuh. Sedangkan 17.572 lainnya ditangkap, termasuk 13.763 di antaranya masih ditahan.

"Skala pembunuhan dan kerusakan yang ditimbulkan terhadap warga sipil telah menghancurkan, dan tidak seperti apa pun yang telah kita lihat di negara ini dalam ingatan baru-baru ini," kata pendiri Institut Perdamaian dan Keamanan Myanmar, Min Zaw Oo. 

Dalam laporan Associated Press, pemerintahan Min Aung Hlaing telah menjadwalkan pemilu tahun ini sebagai solusi politik atas krisis yang ditimbulkannya. Namun, partai Suu Kyi menilai pemungutan suara tersebut tidak akan berjalan secara bebas dan adil. 

Baca Juga: Pasukan Lokal Myanmar dan Junta Bentrok, Ribuan Warga Melarikan Diri

Angga Kurnia Saputra Photo Verified Writer Angga Kurnia Saputra

Self-proclaimed foreign policy enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya