Taiwan Ngaku Sudah Siap jika Tiba-tiba Diserang China

Taiwan wanti-wanti ancaman saat Presiden Tsai ke luar negeri

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Pertahanan Taiwan, Po Horng-huei, mengatakan pihaknya telah menyiapkan rencana darurat untuk menanggapi setiap tindakan China selama kunjungan luar negeri Presiden Tsai Ing-wen pekan depan. 

Beijing telah melanjutkan tindakan agresifnya melalui serangkaian latihan militer berskala besar di sekitar negara itu, setelah kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) pada Agustus 2022. Po mengatakan bahwa angkatan bersenjata telah bersiap dengan semua skenario buruk.

"Mengenai apa yang telah dilakukan komunis China di masa lalu, Kementerian Pertahanan dapat memahaminya, dan akan mempertimbangkan skenario yang lebih buruk," ungkap Po pada Rabu (21/3/2023). 

"Selama kunjungan presiden ke luar negeri, Kementerian Pertahanan memiliki rencana darurat untuk semua tindakan (oleh China)," sambungnya, dikutip Reuters. 

1. China kecam lawatan Presiden Tsai ke AS

Taiwan Ngaku Sudah Siap jika Tiba-tiba Diserang Chinailustrasi bendera China (pixabay.com/glaborde7)

Pada Selasa (20/3/2023), kantor kepresidenan Taiwan mengonfirmasi kunjungan luar negeri Tsai ke Guatemala dan Belize di Amerika Tengah. Kunjungan tersebut dijadwalkan berlangsung selama 10 hari, termasuk kunjungan tidak resmi di New York dan Los Angeles, AS. 

Tsai diperkirakan akan bertemu Ketua DPR AS, Kevin McCarthy, selama pemberhentiannya di California. Pertemuan tersebut menjadi bagian paling sensitif dalam perjalanan Tsai. Meski begitu, kantor presiden menolak untuk memberikan konfirmasi terkait hal itu. 

Pada kesempatan yang sama, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, menegaskan kembali penolakan negaranya terhadap lawatan dan pertemuan Tsai dengan pejabat AS.  

"Kami dengan tegas menentang segala bentuk pertukaran resmi antara AS dan Taiwan. China telah membuat pernyataan serius kepada AS dalam hal ini," terang Wang, dikutip The Guardian. 

Baca Juga: Momen Bersejarah, Mantan Presiden Taiwan Akan Kunjungi China

2. AS minta China tidak bereaksi berlebihan

Taiwan Ngaku Sudah Siap jika Tiba-tiba Diserang ChinaGedung Putih di Washington, Amerika Serikat (unsplash.com/Saul Rodriguez)

Dilansir Associated Press, Gedung Putih mengatakan bahwa rencana transit Tsai di negaranya sejalan dengan preseden baru-baru ini, sehingga tidak boleh digunakan sebagai dalih oleh China untuk meningkatkan agresivitasnya di Selat Taiwan. 

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby, mengatakan kunjungan yang ditekankan tidak resmi itu adalah hal yang biasa dan konsisten dengan kebijakan AS yang sudah berlangsung lama, sehingga tidak ada alasan bagi Beijing untuk bereaksi berlebihan.

Menurut seorang pejabat senior, kunjungan semacam itu rutin dilakukan selama beberapa tahun. Dalam lawatannya, Tsai bertemu dengan anggota Kongres dan diaspora Taiwan. Dia juga disambut oleh ketua American Institute di Taiwan dan organisasi nirlaba pemerintah AS yang memiliki hubungan tidak resmi dengan Taipei. 

Hal senada juga disuarakan wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel. Dia menyebut lawatan tersebut tidak akan mengubah pendirian negaranya pada kebijakan satu China. 

"Transit dilakukan dengan mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan serta kemudahan dan martabat penumpang dan konsisten dengan kebijakan Satu China kami, yang juga tetap tidak berubah," ungkap Patel. 

3. Lawatan Tsai dinilai penting untuk menjaga dukungan sekutu Amerika Tengah

Amerika Latin telah menjadi arena pertempuran diplomatik utama antara China dan Taiwan, sejak keduanya berpisah pada 1949. Belize dan Guatemala adalah dua dari 14 negara yang secara resmi memiliki hubungan diplomatik dengan Taipei. 

Tsai dijadwalkan akan bertemu dengan mitranya dari Guatemala, Alejandro Giammattei, dan Perdana Menteri Belize, Johnny Briceno.

Lawatan tersebut dilakukan di saat kritis bagi Taiwan, setelah presiden Honduras Xiomara Castro pada pekan lalu mengalihkan hubungan resminya kepada China, yang mengakibatkan pemutusan hubungan resmi dengan Taipei.

Pemutusan hubungan Honduras itu melanjutkan tren di kawasan, setelah Nikaragua, El Salvador, Panama, Republik Dominika, dan Kosta Rika telah lebih dulu mengalihkan pengakuan diplomatiknya ke Beijing dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: Sempat Hilang Sepekan, Tentara Taiwan Ditemukan di China 

Angga Kurnia Saputra Photo Verified Writer Angga Kurnia Saputra

Self-proclaimed foreign policy enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya