Ada Boikot, Pelajar Myanmar yang Ujian Matrikulasi Anjlok 80 Persen

Ada aksi boikot pendidikan di Myanmar selama rezim militer

Jakarta, IDN Times - Jumlah siswa Myanmar yang mengikuti ujian matrikulasi pada 2023 ini turun menjadi seperlima. Hal ini turun drastis jika dibandingkan jumlah pada masa pemerintahan sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi sebelum militer merebut kekuasaan pada Februari 2021.

Kementerian Pendidikan Myanmar mengadakan ujian dari 8 hingga 18 Maret 2023 lalu, dan hanya 160.000 siswa yang mengikutinya menurut laporan pada Jumat (24/3/2023). Dalam ujian terakhir yang diadakan sebelum pandemi COVID-19, lebih dari 910 ribu siswa Myanmar berpartisipasi dalam ujian itu. 

Baca Juga: Isu Myanmar Harus Diperhatian Semua Negara Anggota ASEAN 

1. Faktor ekonomi jadi salah satu alasan menurunnya jumlah peserta ujian

Ada Boikot, Pelajar Myanmar yang Ujian Matrikulasi Anjlok 80 Persenilustrasi peralatan sekolah(freepik.com/freepik)

Ujian tahunan diambil oleh siswa di tahun terakhir sekolah menengah atas di Myanmar. Ujian ini dianggap sebagai ujian paling penting bagi siswa Myanmar karena hasilnya menentukan universitas atau perguruan tinggi mana yang dapat mereka masuki.

Nilai ujian itu juga menentukan jurusan mana yang bisa mereka ambil. Setelah kudeta militer, rezim mengadakan ujian matrikulasi pertamanya pada Maret 2022, yang diikuti oleh 280 ribu siswa.

Seorang guru di sebuah sekolah swasta di Yangon menjelaskan bahwa salah satu penyebab penurunan tajam tersebut adalah situasi ekonomi. “Bagi siswa, uang sekolah dan kelas tambahan di luar sekolah tetap penting untuk mendapatkan kelulusan dan nilai tinggi," kata guru tersebut.

"Biaya itu telah menjadi beban bagi banyak keluarga yang menghadapi kesulitan sosial ekonomi akibat COVID-19,” tambahnya, dilansir Nikkei Asia. Sistem pendidikan di Myanmar dinilai tak stabil setelah militer melakukan kudeta. 

Baca Juga: [WANSUS] Menlu Retno Blak-blakan soal ASEAN dan Myanmar

2. Ada 863 pusat ujian yang telah disediakan Pemerintah Myanmar

Menurut pejabat Kementerian Pendidikan Myanmar, tingkat partisipasi tahunan pada 2023 ini sudah maksimal. "Ada 90 persen siswa yang telah mendaftar untuk ujian nasional," kata Thin Nu Nu Sein, seorang pejabat dari Kementerian Pendidikan, dilansir The Star.

Setidaknya da total 863 pusat ujian yang telah disediakan oleh Pemerintah Myanmar. Ada pula lima pusat ujian yang tersedia di luar negeri untuk memfasilitasi pelajarnya yang tidak berada di Myanmar.

Walau begitu, jumlah peserta pada 2023 ini menurun drastis. Belum diketahui apakah ada faktor lain selain ekonomi yang mempengaruhi penurunan partisipasi ujian matrikulasi di Myanmar ini.

Baca Juga: Menlu China Dukung Lima Poin Konsensus Selesaikan Konflik Myanmar

3. Terdapat aksi boikot sistem pendidikan di Myanmar selama rezim militer

Ada Boikot, Pelajar Myanmar yang Ujian Matrikulasi Anjlok 80 Persenilustrasi bendera Myanmar (pixabay.com/adamlapunik)

Beberapa siswa dari keluarga berpenghasilan menengah juga beralih ke sekolah swasta atau internasional untuk memboikot pendidikan publik di bawah rezim militer.

“Saya memboikot sekolah yang dibuka oleh pemerintah militer dan menolak mengikuti ujian matrikulasi mereka. Banyak teman saya melakukan hal yang sama,” kata seorang siswa yang kini bersekolah di sekolah internasional di Yangon, dilansir Nikkei Asia.

Tahun lalu, siswa itu mulai belajar di program yang selaras dengan International General Certificate of Secondary Education (IGCSE), sebuah kualifikasi internasional yang dibuat oleh Universitas Cambridge di Inggris. “Saya ingin melanjutkan studi saya dengan program diploma di bidang teknologi informasi di masa mendatang,” ujarnya.

Ibu siswa itu mendukungnya tetapi untuk alasan yang berbeda. “Menurut saya sekolah umum tidak lagi aman bagi anak-anak kita untuk belajar,” kata ibu tersebut, karena sebagian orang menganggap bersekolah di sekolah umum sebagai tindakan mendukung kekuasaan militer. "Kami tidak ingin menempatkan anak-anak kami dalam bahaya," tambahnya.

Anoraga Ilafi Photo Verified Writer Anoraga Ilafi

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya