Balas Dendam, Suriah Akhiri Hubungan Diplomatik dengan Ukraina

Hubungan Suriah-Ukraina sudah retak sejak 2018

Jakarta, IDN Times - Suriah pada Rabu (20/7/2022) mengakhiri hubungan diplomatiknya dengan Ukraina dan memilih untuk mendukung Rusia, sekutu dekatnya, di tengah perang yang sedang terjadi. Suriah mengklaim kebijakan itu merupakan tanggapan terhadap hal serupa, yang terlebih dahulu dilakukan Ukraina. 

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, bulan lalu mengumumkan pemutusan hubungannya dengan Suriah. Sebab, Suriah mengambil keputusan untuk mengakui kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk, wilayah di Ukraina timur yang dikuasai oleh separatis pro-Rusia. 

"Republik Arab Suriah memutus hubungan diplomatik dengan Ukraina sesuai dengan prinsip timbal balik," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Suriah, dilansir Al Jazeera.

1. Hubungan Suriah dan Ukraina sudah retak sejak 2018

Kemlu Suriah mengatakan, Ukraina pertama kali mengakhiri hubungan diplomatiknya pada 2018, dengan menolak memvalidasi ulang tempat tinggal staf diplomatiknya di ibu kota Kiev. Hal tersebut membuat pemerintah Suriah kesulitan untuk melaksanakan tugasnya.

Pemerintah Suriah menambahkan, kedutaan Suriah pada waktu itu menangguhkan tugasnya sebagai akibat dari sikap permusuhan Ukraina. Belum diketahui secara pasti mengapa Ukraina menolak validasi tempat tinggal staf diplomat di Kiev.

Pengumuman terbaru ini muncul saat Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad bertemu dengan pejabat Iran di Teheran, atau sehari setelah pertemuan puncak antara para pemimpin Rusia, Iran, dan Turki di ibukota Iran.

Baca Juga: Rusia, Iran, Turki Bakal Bertemu di Teheran Bahas Konflik Suriah

2. Suriah bergantung pada Rusia untuk mengamankan wilayahnya

Balas Dendam, Suriah Akhiri Hubungan Diplomatik dengan UkrainaPresiden Rusia Vladimir Putin (twitter.com/KremlinRussia_E)

Pemerintah Suriah, di bawah Presiden Bashar al Assad, sangat bergantung pada dukungan Rusia dalam perang saudara yang berlangsung selama satu dekade. Tak heran jika Damaskus kemudian mengakui Luhanks dan Donetsk. 

Ini bukan yang pertama kali Suriah mengakui wilayah kelompok separatis, yang didukung Rusia, di negara lain.

Abkhazia dan Ossetia Selatan secara internasional diakui sebagai bagian dari Georgia, yang memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet, pada 1991. Namun, Rusia dan Suriah mengakui kemerdekaan kedua wilayah Georgia itu. 

Pada April, pemerintah Rusia berusaha menarik pejuang Suriah ke Ukraina untuk bergabung dengan pasukannya. Pemerintah Suriah dinilai turut andil dalam pengerahan penduduknya untuk bergabung dengan pasukan Rusia. 

3. Pengerahan pasukan Rusia di Suriah tak lepas dari pengaruh Iran

Balas Dendam, Suriah Akhiri Hubungan Diplomatik dengan UkrainaPemimpin tertinggi Iran Khamenei dan Presiden Rusia Vladimir Putin (twitter.com/khamenei_ir)

Keputusan Rusia untuk campur tangan secara resmi di Suriah tak lepas dari pengaruh dari Iran melalui Jenderal Qassem Soleimani, yang tewas pada awal 2020 akibat operasi yang dilancarkan Amerika Serikat (AS).

Jenderal Iran itu diduga meyakinkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk mengirim pasukannya dan menyelamatkan pemerintah Suriah. Di sisi lain, jatuhnya al-Assad akan mengancam kepentingan Rusia dan melemahkan aliansi di Timur Tengah.

Di Timur Tengah, Rusia sangat dekat dengan Iran dan Turkiye. Walau tak memiliki masalah dengan Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya, aliansi Arab Saudi memiliki sikap permusuhan dengan Iran. 

Pemerintah Suriah memang secara terang-terangan mendukung segala keputusan politik luar negeri Putin. Walau begitu, semua bisa berubah jika pemerintahan Assad runtuh suatu saat nanti. 

Baca Juga: Ukraina Resmi Putus Hubungan Diplomatik dengan Suriah

Anoraga Ilafi Photo Verified Writer Anoraga Ilafi

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya