CEO TikTok di Parlemen AS: ByteDance Bukan Agen China!

CEO TikTok bantah masalah anak disebabkan aplikasinya

Jakarta, IDN Times - Kepala eksekutif TikTok, Shou Zi Chew, mengelak adanya hubungan antara perusahaannya dengan pemerintah China pada Kamis (23/3/2023). Shou juga menjawab tentang perlindungan bagi pengguna TikTok yang berusia muda.

Sebelumnya, terdapat wacana untuk memblokir TikTok di Amerika Serikat (AS) atas masalah keamanan nasional. Beberapa negara juga menyuarakan hal yang sama seperti Australia dan Inggris. 

1. Shou Chew memberikan kesaksian pertamanya di hadapan parlemen AS

Sidang tersebut menandai penampilan pertama Shou di hadapan anggota parlemen AS. Ini merupakan penampilan yang jarang terjadi untuk Shou yang saat ini masih berusia 40 tahun.

TikTok sekarang menawarkan puluhan juta pengguna AS, tetapi anggota parlemen telah lama menaruh kekhawatiran atas kontrol China atas aplikasi tersebut. Dalam persidangan, Shou telah berulang kali menegaskan bahwa aplikasinya tidak ada hubungannya dengan Partai Komunis China.

“Izinkan saya menyatakan ini dengan tegas, ByteDance bukan agen China atau negara lain mana pun,” kata Chew, dilansir The Guardian.

ByteDance yang merupakan perusahaan induk TikTok dianggap oleh AS telah memiliki hubungan dengan Partai Komunis China.

Baca Juga: AS Ancam Blokir TikTok jika Pemilik China Tidak Lepas Sahamnya

2. TikTok dituduh mempromosikan gangguan makan bagi anak-anak hingga narkoba

CEO TikTok di Parlemen AS: ByteDance Bukan Agen China!layar aplikasi TikTok (unsplash.com/Olivier Bergeron)

Dalam sidang tersebut, TikTok dituduh mempromosikan konten yang mempromosikan gangguan makan di kalangan anak-anak, penjualan obat-obatan terlarang, dan eksploitasi seksual.

"TikTok dapat dirancang untuk meminimalkan bahaya bagi anak-anak, tetapi keputusan dibuat untuk membuat anak-anak kecanduan secara agresif atas nama keuntungan," kata anggota parlemen dari Partai Demokrat, Kathy Castor, dilansir ChannelNewsAsia.

Chew menanggapi banyak pertanyaan tajam dengan mengatakan bahwa masalahnya rumit dan bukan berasal dari TikTok.

Perusahaan telah menghabiskan lebih dari 1,5 miliar dolar AS atau Rp22,7 triliun untuk upaya keamanan data dengan nama Project Texas yang saat ini memiliki hampir 1.500 karyawan tetap, dan dikontrak dengan Oracle Corp untuk menyimpan data pengguna TikTok di AS.

3. Parlemen AS pertanyakan alasan anak CEO TikTok tak menggunakan aplikasinya

Anggota Kongres dari Partai Republik Gus Bilirakis berbagi cerita tentang Chase Nasca, seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang bunuh diri tahun lalu dengan melangkah di depan sebuah kereta api.

Orang tua Nasca, yang telah menggugat ByteDance, mengklaim Chase ditargetkan dengan konten yang tidak diinginkan untuk menyakiti diri sendiri. Orang tuanya muncul di persidangan dan menjadi emosional saat Bilirakis menceritakan kisah putra mereka.

“Saya ingin berterima kasih kepada orang tuanya karena berada di sini hari ini, dan mengizinkan kami menunjukkan ini. Tuan Chew, perusahaan Anda menghancurkan hidup mereka," kata Bilirakis, dilansir The Guardian.

Ada pula pertanyaan dari anggota kongres Nanette Barragán bertanya kepada Chew tentang laporan bahwa dia tidak mengizinkan anak-anaknya sendiri menggunakan aplikasi tersebut.

“Menurut Anda, pada usia berapa anak muda yang pantas menggunakan TikTok?” kata dia.

Chew mengonfirmasi bahwa anak-anaknya sendiri tidak menggunakan TikTok tetapi mengatakan itu karena di Singapura, tempat mereka tinggal, tidak ada versi platform untuk pengguna di bawah usia 13 tahun.

Baca Juga: Belgia Larang Pejabat Pakai TikTok, Dituduh Afiliasi dengan Intelijen

Anoraga Ilafi Photo Verified Writer Anoraga Ilafi

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya