FBI Tuduh Korea Utara Retas Kripto Axie Infinity hingga Rp7 Triliun

Hasil peretasan diduga untuk danai program nuklir

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat menuduh peretas asal Korea Utara (Korut) melakukan pencurian mata uang kripto senilai jutaan dolar pada Maret lalu. Aset yang diduga telah dicuri adalah kripto Axie Infinity yang populer bagi kalangan pecinta permainan virtual.

Peretasan terhadap proyek Blockchain Ronin adalah salah satu yang terbesar yang menghantam dunia kripto. Akibat peretasan ini, banyak publik yang bertanya terkait keamanan di industri blockchain.

1. Lazarous Group dituduh bertanggung jawab atas pencurian aset kripto ini

FBI mengumumkan, terdapat dua grup peretas yang berkaitan dengan seseorang di Korut, yang dianggap bertanggung jawab atas pencurian ini. 

"Melalui investigasi kami, kami dapat mengonfirmasi Lazarus Group dan APT38, aktor siber yang terkait dengan (Korea Utara), bertanggung jawab atas pencurian itu," kata FBI dalam sebuah pernyataan, dilansir Al Jazeera

Sebagai tambahan informasi, Lazarus Group merupakan kelompok peretas yang dipercaya dikelola oleh Pemerintah Korea Utara. Lazarus Group menjadi terkenal pada 2014 ketika dituduh meretas Sony Pictures Entertainment sebagai balas dendam untuk "The Interview," sebuah film satir yang mengejek pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. 

DPRK, nama resmi Korut, dianggap sudah tak segan-segan lagi melakukan kejahatan di dunia maya.

“Amerika Serikat sadar bahwa DPRK semakin mengandalkan kegiatan terlarang, termasuk kejahatan dunia maya, untuk menghasilkan pendapatan untuk senjata pemusnah massal dan program rudal balistiknya, saat mencoba menghindari sanksi AS dan PBB yang kuat,” kata juru bicara Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS). 

Baca Juga: PBB Sebut Korut Danai Program Pengembangan Nuklir Hasil Meretas Kripto

2. Lazarous Group diduga telah curi aset senilai Rp7,76 triliun

Lazarous Group dipercaya telah mencuri aset Axie Infinity sebesar 540 juta dolar AS, dilansir The Wall Street Journal. Jika disetarakan ke rupaih, jumlah tersebut setara Rp7,76 triliun (1 dolar AS = Rp14.378). Ini merupakan yang pertama kali Lazarous Group berulah. 

Sejak 2017 lalu, Lazarous Group dipercaya bertanggung jawab atas peretasan aset kripto sebesar 2 miliar dolar AS. Program peretasan Pyongyang dimulai setidaknya pada pertengahan 1990-an.

Program tersebut telah berkembang menjadi unit perang siber berkekuatan 6 ribu orang, yang dikenal sebagai Bureau 121. Unit tersebut beroperasi dari beberapa negara, termasuk Belarus, China, India, Malaysia, dan Rusia menurut laporan tahun 2020 milik militer AS.

3. AS dorong Dewan Keamanan PBB untuk bekukan aset Lazarous Group

Pemerintah AS sebenarnya sudah menaruh perhatian terkait ancaman keamanan siber yang telah dilakukan Lazarous Group. Belakangan ini, AS mendorong Dewan Keamanan PBB untuk memasukkan Lazarous Group ke daftar hitam dan membekukan asetnya. 

Lazarous Group, yang dikaitkan dengan Pemerintah Korut, telah memanaskan tensi hubungan diplomatik antara Washington-Pyongyang. Hubungan AS dengan Korut kembali memanas setelah beberapa rudal milik Korut diluncurkan dan hampir memasuki Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) negara lainnya. 

Sejauh ini, belum ada laporan kredibel bahwa hasil peretasan Lazarous Group masuk ke pendanaan Pemerintah Korut. Walau begitu, terdapat kemungkinan bahwa Lazarous Group memang merupakan alat perang siber milik Korea Utara yang dinamai 414 Liaison Office. 

Baca Juga: Korut Bakal Luncurkan Satelit Pengintai, Pantau AS dan Sekutunya

Anoraga Ilafi Photo Verified Writer Anoraga Ilafi

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya