IMF: Warga Miskin Harus Jadi Prioritas Penerima Subsidi Makanan-Energi

Kebanyakan subsidi yang telah diberikan ternyata tak cukup

Jakarta, IDN Times - Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF), Kristalina Georgieva, memberikan saran kepada pemerintah di berbagai penjuru dunia agar memberikan subsidi makanan dan energi kepada masyarakat prasejahtera. 

Kristalina mengakui, sebenarnya banyak pemerintah yang sudah melakukan hal tersebut, namun jumlah yang diberikan tak cukup dengan kebutuhan. Apalagi biaya hidup terus naik setiap waktunya. 

1. Bos IMF menjelaskan kelompok yang seharusnya diprioritaskan mendapatkan subsidi

IMF: Warga Miskin Harus Jadi Prioritas Penerima Subsidi Makanan-EnergiIlustrasi kenaikan harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Kristalina membeberkan kelompok yang diprioritaskan untuk mendapatkan subsidi makanan dan energi di tengah krisis. 

"Ada dua prioritas, satu untuk orang yang sangat miskin, (dan satunya) segmen masyarakat yang sekarang berjuang dengan harga pangan dan energi yang tinggi," katanya dilansir BBC.

Selain itu, Kristalina juga mengimbau pemerintah untuk mendukung bisnis-bisnis yang terdampak oleh perang di Ukraina. Hal tersebut tak lepas dari berbagai sanksi yang diberikan negara-negara Barat kepada Rusia.

Selain itu, Ukraina dan Rusia merupakan salah dua negara eksportir gandum terbesar di dunia. 

Baca Juga: Tentara Rusia Bunuh Pria Ukraina 62 Tahun: Saya Salah, Mohon Dimaafkan

2. Berbagai faktor telah menyebabkan krisis pangan dan energi

Pada awal Mei 2022 lalu, Bank Dunia menyatakan kekhawatirannya terkait meningkatnya tingkat krisis pangan yang terjadi di dunia. Bank Dunia menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi seperti perubahan iklim, konflik, bencana alam, dan hama yang tak terkendali. 

Bank Dunia juga menyebutkan dampak negatif dari Perang Ukraina-Rusia terhadap peningkatan jutaan orang yang mengalami krisis pangan. Apalagi, banyak negara yang saat ini masih dalam masa pemulihan COVID-19. 

Di sebagian negara, terjadi inflasi untuk berbagai komiditas pangan yang diketahui disebabkan oleh devaluasi mata uang, naiknya harga pupuk, hingga kekurangan pekerja. Sedangkan, naiknya harga energi rata-rata disebabkan oleh sanksi yang diberlakukan negara-negara Barat terhadap Rusia akibat invasi. 

3. Para anggota G7 dan IMF sedang mencari jalan keluar

Pada 18-20 Mei 2022, para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara anggota G7 telah melakukan pembicaraan bersama direktur pelaksana IMF di Bonn dan Königswinter. Mereka berdiskusi tentang bantuan yang akan diberikan kepada Ukraina. 

Selain itu, mereka juga membahas rencana yang akan dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan global seperti krisis iklim, pandemik, dan keamanan internasional. Diskusi tersebut juga membahas tentang digitalisasi, termasuk peningkatan stabilitas aset kripto. 

Selain Ukraina, pertemuan tersebut juga membahas bantuan keuangan kepada negara Sri Lanka. Negara di Asia Selatan itu memang sedang menghadapi krisis ekonomi yang berujung pada pergantian perdana menteri. 

Baca Juga: IMF: Rusia Kemungkinan Bisa Hindari Sanksi dengan Menambang Kripto

Anoraga Ilafi Photo Verified Writer Anoraga Ilafi

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya