Kisah Perempuan Afghanistan: Dipukuli dan Diancam Dibunuh Taliban 

Pernikahan anak juga meningkat di bawah Taliban

Jakata, IDN Times - Afghanistan telah mengalami lonjakan kekerasan terhadap perempuan, pernikahan anak, dan pernikahan paksa sejak Taliban mengambil alih kekuasaan. Hal tersebut dinyatakan oleh Amnesty International dalam laporan terbarunya yang dirilis pada Rabu (27/7/2022). 

Laporan itu juga mengungkap bagaimana perempuan yang ditangkap karena pelanggaran 'korupsi moral' yang didefinisikan secara ambigu. Para perempuan Afghanistan dikabarkan telah dipukuli, disiksa, dan diancam sebagai bentuk pembungkaman. 

1. Taliban melakukan penyiksaan terhadap perempuan yang tak didampingi mahramnya

Kisah Perempuan Afghanistan: Dipukuli dan Diancam Dibunuh Taliban ilustrasi penyiksaan (pixabay.com/pixundfertig)

Laporan Amnesty International berjudul “Kematian secara Perlahan: Perempuan dan Anak Perempuan di Bawah Pemerintahan Taliban”. Laporan ini menyoroti tingkat pelecehan dan pembatasan yang dihadapi perempuan dan anak perempuan di Afghanistan saat ini. 

"Anggota Taliban mulai menyetrum saya di bahu, wajah, leher saya, di mana pun mereka bisa,” kata mahasiswa Afghanistan.

Perempuan tersebut diancam dan dipukuli setelah ditangkap tahun ini karena tampil di depan umum tanpa pendamping laki-laki, yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai mahram.

“Mereka menyebut saya pelacur. Yang memegang pistol berkata ‘saya akan membunuh kamu, dan tidak ada yang akan dapat menemukan tubuh kamu’,” katanya kepada Amnesty International.

Baca Juga: Taliban Keluarkan Larangan Mengkritik Pemerintah Afghanistan

2. Taliban ancam akan membunuh keluarga perempuan yang melakukan protes

Kisah Perempuan Afghanistan: Dipukuli dan Diancam Dibunuh Taliban Ilustrasi Pistol (IDN Times/Mardya Shakti)

Amnesty International mewawancarai seorang pengunjuk rasa yang ditangkap dan ditahan selama beberapa hari pada 2022.

Dia mengatakan kepada Amnesty International:

“(Para penjaga Taliban) terus datang ke kamar saya dan menunjukkan foto-foto keluarga saya. Mereka terus mengulang ‘kami bisa membunuh mereka, semuanya, dan kamu tidak akan bisa melakukan apa-apa'," kata dia mengulang kata-kata penjaga Taliban

"Jangan menangis, jangan membuat keributan. Setelah memprotes, kamu seharusnya mengharapkan hari-hari seperti ini," tambah dia. 

Dia juga dipukuli dengan kejam dengan mengatakan, “mereka mengunci pintu. Mereka mulai meneriaki saya (Salah satu anggota Taliban) berkata ‘kamu wanita jahat, Amerika tidak memberi kami uang karena kalian bajingan'."

'Lalu dia menendang saya. Itu sangat kuat hingga punggungku terluka, dan dia juga menendang daguku. Aku masih merasakan sakit di mulutku. Rasanya sakit setiap kali saya ingin berbicara," tambah dia. 

Kesaksian lainnya menunjukkan Taliban melakukan pelecehan dan penyiksaan terhadap seorang perempuan Afghanistan.

"Seorang tentara yang berjalan di sebelah saya memukul dada saya, dan dia berkata, 'saya bisa membunuhmu sekarang, dan tidak ada yang akan mengatakan apa-apa'."

3. Makin banyak perempuan dan anak perempuan yang dipenjara karena pelanggaran ringan

Kisah Perempuan Afghanistan: Dipukuli dan Diancam Dibunuh Taliban ilustrasi penjara (unsplash.com/Ye Jinghan)

Menurut empat pelapor dari pusat penahanan yang dikelola Taliban, semakin banyak perempuan dan anak perempuan yang ditangkap dan ditahan karena pelanggaran ringan. Salah satu pelanggaran yang dimaksud adalah pelanggaran terhadap aturan mahram. 

Selain melarang perempuan tampil di depan umum tanpa pendamping laki-laki, beberapa juga dihukum karena pergi ke tempat-tempat dengan teman laki-laki atau rekan kerja. Pada umumnya, hanya kerabat dekat laki-laki yang boleh mendampingi perempuan.

“Kadang-kadang mereka membawa anak laki-laki dan perempuan dari kedai kopi (atau) jika mereka melihat seorang wanita yang tidak bersama mahram, dia bisa ditangkap,” kata seorang anggota staf penjara, dilansir South China Morning Post.

“Sebelumnya kasus seperti ini tidak ada di penjara. Jumlahnya meningkat setiap bulan," tambahnya.

Pelapor juga mengatakan bahwa banyak korban kekerasan dalam rumah tangga sekarang berada di pusat-pusat penahanan.

Terlepas dari janji awal Taliban untuk menegakkan hak-hak perempuan dan anak perempuan, diskriminasi sistematis terhadap perempuan telah meningkat. Para perempuan Afghanistan telah dilukai, baik secara fisik maupun psikologis.

4. Pernikahan anak meningkat di bawah pemerintahan Taliban

Penelitian Amnesty International juga mengungkap, tingkat pernikahan anak dan nikah paksa di Afghanistan melonjak di bawah pemerintahan Taliban. Faktor penyebab utama peningkatan pernikahan anak tersebut adalah krisis ekonomi dan kemanusiaan, kurangnya prospek pendidikan dan pekerjaan bagi perempuan dan anak perempuan.

Ada juga keluarga yang memaksa perempuan dan anak perempuan untuk menikah dengan anggota Taliban. Bukan tanpa sebab, anggota Taliban memaksa perempuan dan anak perempuan untuk menikahi mereka melalui keluarganya. 

Saat ini, berstatus sebagai anggota Taliban memberikan privilege yang menjanjikan. Namun, Taliban dianggap gagal dalam mengatasi permlasahan ekonomi, krisis pangan, dan diskriminasi terhadap perempuan yang dituntut oleh dunia internasional. 

Baca Juga: Taliban Minta Dunia Kucurkan Bantuan ke Afghanistan

Anoraga Ilafi Photo Verified Writer Anoraga Ilafi

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya