Perang Antarsuku di Pulau Cinta Papua Nugini Menewaskan 32 Orang

15 orang lainnya dikabarkan masih hilang

Jakarta, IDN Times - Perang antarsuku di Pulau Kiriwina atau Pulau Cinta telah menyebabkan 32 orang tewas dan 15 lainnya dinyatakan hilang. Hal ini disampaikan oleh kepolisian Papua Nugini pada Selasa (25/10/2022).

Pertempuran dimulai pada hari Senin (24/10/2022) antara Suku Kulumata dan Suku Kuboma di pulau itu. Sebuah tim polisi dari ibu kota negara, Port Moresby, telah dikerahkan pada untuk mengatasi situasi tersebut. 

Baca Juga: Indonesia Minta Penjelasan Papua Nugini soal Penembakan Nelayan

1. Perang dikabarkan dipicu oleh sebuah pertandingan sepak bola

Perang Antarsuku di Pulau Cinta Papua Nugini Menewaskan 32 Orangilustrasi bola (unsplash.com/Felipe Correia)

Tim kepolisian ditugaskan ke Pulau Cinta untuk membawa misi perdamaian bagi kedua suku. “Tim kepolisian yang dikerahkan hari ini ke pulau itu telah diinstruksikan untuk menjaga dan menjaga ketertiban di daerah itu, memberikan arahan di lapangan untuk membantu memulai proses perdamaian,” kata Peter Tsiamalili sebagai Menteri Keamanan Dalam Negeri Papua Nugini, dilansir The Guardian.

Pemerintah Papua Nugini sendiri sebenarnya belum merilis jumlah korban tewas resmi karena masih berpotensi untuk bertambah. Sebuah sumber anonim, yang tidak ingin memberikan nama mereka karena takut akan keamanannya, mengatakan bahwa perkelahian dimulai sejak September 2022 lalu.

Asal mula perang antarsuku itu dimulai dari seorang pria dari Desa Bwetalu yang merupakan Suku Kuboma tewas dalam perkelahian di pertandingan sepak bola. Dia mengatakan sekelompok Suku Kuboma diduga membalas dengan menghancurkan kebun ubi di desa milik Suku Kulumata.

Ketika penduduk sekelompok Suku Kulumata pergi ke pihak berwajib untuk mengadu, mereka bertemu dengan sekelompok Suku Kuboma yang terlibat dan terjadilah perkelahian.

Baca Juga: PM Papua Nugini Menyangkal Keterlibatan Politik Uang saat Pemilu

2. Perang antarsuku seperti ini merupakan hal baru di Pulau Cinta

Perang Antarsuku di Pulau Cinta Papua Nugini Menewaskan 32 Orangilustrasi perang (pixabay.com/ha11ok)

Warga lokal lainnya mengatakan sangat takut melihat perang besar yang belum pernah terjadi di Pulau Cinta tersebut. Menurut wanita itu, kedua suku biasanya melakukan prosesi tradisional jika ada anggota salah satu suku terbunuh oleh suku lainnya.

“Perkelahian suku selalu menjadi bagian dari kehidupan dan budaya kami, tetapi biasanya ketika seseorang terbunuh, pertempuran berhenti, mereka berhenti menembak dan memulai proses tradisional untuk menangani pembunuhan itu, dan mereka tidak melanjutkan pertempuran seperti ini,” dia berkata, dilansir The Irish Times.

“Orang-orang Kulumata dan Kuboma semuanya memiliki hubungan satu sama lain dan sangat memilukan bagi kami sebagai ibu, saudara perempuan, anak perempuan untuk menyaksikan orang-orang kami berkelahi seperti ini," tambahnya.

Dia mengatakan kekerasan itu mengerikan. “Kami melarikan diri dengan anak-anak kami, mereka tidak akan menyakiti wanita dan anak-anak tetapi terlalu menakutkan untuk ditonton sehingga kami melarikan diri,” katanya.

Baca Juga: Surprise, Tumbuhan Paku Baru Ditemukan di Papua Nugini!

3. Pemerintah Papua Nugini dinilai lamban dalam menengahi permasalahan tersebut

Komandan Polisi Provinsi, Peter Barkie, mengatakan dalam pesan Whatsapp bahwa kepolisian setempat tidak memiliki perahu yang memadai untuk pergi ke pulau tersebut dalam skala besar. “Ya menerima info siang hari hari ini tentang pertempuran di pulau itu tetapi polisi tidak memiliki perahu, hanya perahu kecil jadi kami mengamankan perahu NMSA," kata Peter, dilansir Pacific News Service.

"Tidak aman untuk bepergian di malam hari sehingga tim polisi akan melakukan perjalanan pukul 5.00 pagi di East Cape ke Losuia," tambah Peter.

Aktivis perempuan asal Papua Nugini yang bernama Joyce Grant buka suara terkait insiden ini. Dia mengatakan bahwa “Meskipun saya bukan pemimpin yang diamanatkan, namun sebagai pemimpin komunitas yang peduli, dengan hati yang paling sedih saya menulis surat ke kantor pusat untuk memohon dan meminta intervensi pemerintah"

Pemerintah Papua Nugini dikabarkan lamban dalam menangani perang antarsuku di Pulau Cinta tersebut. “Namun, tidak ada pejabat pemerintah yang turun tangan untuk menengahi masalah tersebut termasuk tidak adanya komite hukum dan pihak kepolisian karena jumlahnya yang terbatas," tambah Joyce.

Anoraga Ilafi Photo Verified Writer Anoraga Ilafi

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya