Rohingnya Tercatat sebagai Etnis Minoritas Paling Teraniaya di Dunia

Sudah 5 tahun sejak eksodus Rohingnya dari Myanmar terjadi

Jakarta, IDN Times - Sudah lima tahun pengungsi Rohingya mengalami eksodus massal dari Myanmar ke Bangladesh akibat tindakan kekerasan oleh militer setempat per 25 Agustus 2022.

Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan negara-negara Barat lainnya berjanji untuk terus mendukung pencarian keadilan di pengadilan internasional.

Bangladesh menampung lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar dalam beberapa dekade terakhir.

Namun, eksodus pada Agustus 2017 merupakan yang terbesar, di mana sekitar 740 ribu pengungsi Myanmar masuk ke Bangladesh setelah junta militer Myanmar melancarkan genosida.

1. Rohingnya dianggap sebagai etnis paling teraniaya di dunia

Meskipun tinggal di Myanmar selama beberapa generasi, Rohingya tidak diakui sebagai etnis resmi dan telah ditolak kewarganegaraannya sejak 1982. Rohingnya menjadi etnis terbesar tanpa kewarganegaraan di dunia.

Sebagai populasi tanpa kewarganegaraan, keluarga Rohingya tidak mendapatkan hak dan perlindungan dasar dan sangat rentan terhadap eksploitasi, kekerasan seksual, dan kekerasan. 

Pada Agustus 2017, serangan bersenjata berkala besar dan pelanggaran hak asasi manusia yang serius memaksa ribuan Rohingya meninggalkan rumahnya di Negara Bagian Rakhine Myanmar. Banyak yang berjalan selama berhari-hari melewati hutan dan laut yang berbahaya bagi keselamatan mereka.

Lebih dari 1 juta pengungsi Rohingnya berada di wilayah Cox Bazar di Bangladesh, yang sekarang menjadi rumah bagi kamp pengungsi terbesar di dunia. PBB menggambarkan Rohingya sebagai minoritas yang paling teraniaya di dunia.

Baca Juga: Dokumen PBB Bocor, Rohingnya Bak Dipenjara di Pulau Terpencil

2. Sudah ada 30 rib bayi dari pengungsi Rohingya yang lahir di kamp Bangladesh

Para pengungsi Rohingnya mengalami dilema karena tidak dapat kembali ke rumah di saat harus berjuang untuk bertahan hidup di Bangladesh. Mereka diketahui telah tinggal di kamp-kamp labirin terpal dan bambu yang berdesakan di bukit-bukit bertingkat.

“Kami sudah cukup, kami ingin segera pulang ke Myanmar,” kata Azra Khatun kepada Al Jazeera dari kamp pengungsi Balukhali.

“Agar anak-anak kita bisa mengenyam pendidikan dan hidup normal dan layak,” tambah Khatun.

Dua dari tiga anak Khatun lahir di Bangladesh setelah dia melarikan diri dari serangan militer. Anak-anak Khatun juga merupakan beberapa dari 30 ribu bayi Rohingya yang lahir di Bangladesh, menurut pejabat setempat. 

3. Pemerintah Myanmar tak mengakui etnis Rohingya hingga saat ini

Di Myanmar, Rohingya terus menghadapi marginalisasi dan kekerasan. Apalagi saat ini Myanmar dikuasai oleh junta militer yang melakukan kudeta sejak 2021. Militer Myanmar sendiri diyakini sebagai penyebab eksodus Rohingnya secara besar-besaran pada 2017.

Pembatasan-pembatasan yang dimaksud adalah pembatasan kemampuan untuk bergerak, mengakses pendidikan, dan kesempatan kerja, bahkan membatasi jumlah anak yang bisa mereka miliki.

Pemerintah Myanmar telah lama mempertahankan status bahwa Rohingya tidak memiliki ikatan leluhur dengan tanah air mereka. Pemerintah Myanmar menganggap Rohingya merupakan keturunan migran dari India dan Bangladesh, walaupun argumen itu ditentang oleh sejarawan.

Di sisi lain, pengungsi Rohingya juga mencari perlindungan di negara-negara tetangga lainnya seperti Thailand (92 ribu orang) dan India (21 ribu orang). Ada juga pengungsi Rohingya yang menetap di Indonesia, Nepal, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya walau jumlahnya tak banyak. 

Pada akhir Juli 2021, hujan monsun yang mematikan menghancurkan wilayah Cox's Bazar di Bangladesh. Insiden itu telah menewaskan enam pengungsi Rohingya dan berdampak pada lebih dari 21 ribu lainnya. Diperkirakan 3.800 tempat penampungan telah rusak atau hancur dan 13 ribu pengungsi terpaksa direlokasi sementara.

Baca Juga: Facebook Disebut Memperparah Kekerasan Terhadap Etnis Rohingnya

Anoraga Ilafi Photo Verified Writer Anoraga Ilafi

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya