Vladimir Putin: Rusia Akan Menormalisasi Hubungan dengan Afghanistan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Vladimir Putin melakukan kunjungan pertama ke luar negeri selama "operasi militer" di Ukraina sejak 24 Februari 2022. Putin bertemu dengan Presiden Tajikistan Emomali Rakhmon demi membahas hubungan bilateral lanjutan.
Rusia memang diketahui memiliki kerja sama militer yang kuat dengan Tajikistan. Di sisi lain, kedua kepala pemerintah itu juga menyinggung soal Afghanistan yang sudah dikuasai oleh Taliban.
Baca Juga: Rusia Serang Mal di Ukraina saat Jam Ramai, 13 Warga Sipil Tewas
1. Rusia coba menormalisasi hubungan dengan Afghanistan yang dikuasai Taliban
Dalam pembicaraan tersebut, Putin mengatakan negaranya mencoba untuk mengontrol situasi yang ada. "Kami melakukan segalanya untuk menormalkan situasi [di Afghanistan] dan kami mencoba membangun hubungan dengan kekuatan politik yang mengendalikan situasi," kata Putin, dilansir The Moscow Times.
Putin menambahkan bahwa masyarakat Afghanistan harus mengambil bagian penuh dalam menjalankan negara, tambahnya. Dalam pemerintahan sebelumnya, Afghanistan memang cukup bergantung pada kerja sama bilateral dengan satu atau dua negara saja, termasuk Amerika Serikat.
"Di sini, Anda tahu yang terbaik [...] apa yang perlu dilakukan untuk memastikan bahwa situasi di kawasan ini, di zona di mana kita memiliki tanggung jawab bersama, stabil dan tidak mengancam siapa pun," tambah Putin.
Baca Juga: Taliban Minta Dunia Kucurkan Bantuan ke Afghanistan
2. China dan India sudah menormalisasi hubungan dengan Taliban
Editor’s picks
Sebelum Vladimir Putin membuat pernyataan tersebut, China dan India sebenarnya sudah menjalin pembicaraan dengan pemerintahan Taliban di Afghanistan. China dikabarkan akan melakukan investasi besar di Kabul.
China juga menjadi negara yang tanggap dalam membantu Afghanistan menangani bencana gempa bumi yang melanda Provinsi Paktika, Afghanistan. Begitu pula dengan India yang langsung memberikan bantuan setelah mengetahui terjadinya gempa bumi di sana.
Amerika Serikat juga berjanji akan memberikan dana bantuan sebesar 55 juta dolar AS kepada para korban gempa. Pernyataan pemberian bantuan tersebut diungkapkan beberapa hari setelah Taliban memohon dunia internasional agar membantu negaranya.
Baca Juga: Menlu RI Minta Taliban Hormati Hak Perempuan Afghanistan
3. Taliban memang sudah melakukan komunikasi dengan Rusia belakangan ini
Pemerintahan Taliban memang mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan bilateral dengan negara lain. Banyak negara yang mengecam aksi kudeta yang dilakukan pada pertengahan 2021 lalu.
Selain itu, Taliban tak dipercaya mampu memberikan kesetaraan hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh para perempuan di sana. Taliban mencoba menjalin kerja sama dengan beberapa negara belakangan ini, termasuk Rusia.
Pada akhir Maret 2022 lalu, diplomat Taliban dikabarkan telah menjalin komunikasi intens dengan Kementerian Luar Negeri Rusia. Hubungan ini cukup menarik mengingat Rusia masih melabeli Taliban sebagai organisasi teroris atas berbagai serangan yang dilakukan kepada pemerintahan Afghanistan sebelumnya.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.