Mauritius Darurat Ekologis Akibat Tumpahan Minyak di Samudra Hindia

Pemerintah akui tidak mampu mengatasi krisis sendiri

Port Louis, IDN Times - MV Wakashio, sebuah kapal pengangkut minyak menghantam karang di tengah perairan Samudra Hindia pada 25 Juli lalu. Kapal muatan asal Jepang ini berangkat pada 14 Juli dengan rute Tiongkok-Brazil dan mengangkut sekitar 4.000 ton minyak di dalamnya. VOA melaporkan bahwa saat kapal terdampar, sekitar 1.000 ton minyak telah merembes mencemari laut di Mauritius, salah satu negara di Afrika Timur. Sebanyak 500 ton minyak telah berhasil diselamatkan dari kapal, sedangkan 2.500 ton sisanya mulai mengalir dari retakan lambung kapal dalam seminggu terakhir.

Insiden ini menimbulkan pencemaran dan krisis ekologis bagi Mauritius. Perdana Menteri Pravind Jugnauth pada Jumat (7/08) lalu memperlihatkan penyebaran minyak di perairan yang seharusnya berwarna biru kehijauan tersebut. Dalam pernyataannya, Jugnauth mengatakan bahwa daerah hitam yang terlihat pada citra satelit merupakan 'daerah sensitif'. Pada kesempatan yang sama, ia menetapkan bahwa Mauritius berada dalam keadaan darurat dan meminta bantuan internasional untuk mengatasi krisis ini.

1. Ancam perekonomian Mauritius

Mauritius Darurat Ekologis Akibat Tumpahan Minyak di Samudra HindiaTercemarnya perairan Mauritius akibat tumpahan minyak. Twitter.com/Press_MU.

Saat ini, keadaan perairan Mauritius sangat memprihatinkan. Gambar satelit menunjukkan hamparan laut sebening kristal di sekitar kapal berubah menjadi hitam pekat. Minyak telah melapisi hutan bakau dan teluk-teluk di sepanjang garis pantai, menimbulkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. "Insiden ini membuat upaya konservasi yang telah dilakukan selama bertahun-tahun lamanya menjadi sia-sia", sebut salah satu aktivis lingkungan.

Vassen Kauppaymuthoo, ahli kelautan dan insinyur lingkungan mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan situasi akan bertambah buruk. "Kita berbicara mengenai bencana besar yang sedang berlangsung dan semakin memburuk setiap jamnya. Jika kapal terbelah menjadi 2, semuanya akan menjadi diluar kendali", sebutnya kepada AFP.

Mauritius, yang menjadi rumah bagi 1.3 juta penduduk terancam mengalami krisis ekonomi dan pangan akibat insiden ini. Dikenal luas memiliki reputasi yang baik mengenai upaya konservasi laut, negara ini mengandalkan sektor pariwisata dalam menunjang perekonomiannya. Adanya COVID-19 yang melemahkan sektor pariwisata dan kebocoran minyak di tengah perairan mengancam kestabilan ekonomi negara tersebut. Pemerintah diharapkan bertindak tegas untuk menangani masalah ini.

2. Pemerintah dianggap lambat memberikan respons

Mauritius Darurat Ekologis Akibat Tumpahan Minyak di Samudra HindiaMasyarakat dan relawan membuat kantung berisi jerami untuk menyerap minyak yang tumpah. Twitter.com/Environment_MU.

Masyarakat setempat dan aktivis lingkungan mempertanyakan respons pemerintah yang tidak berbuat apa-apa sejak insiden terjadi. Walaupun MV Wakashio telah terdampar selama 2 minggu, pihak berwenang baru menyadari adanya kebocoran pada lambung kapal hingga minggu lalu. Melihat respons pemerintah yang kurang serius, pihak oposisi menyarankan menteri lingkungan dan perikanan untuk mengundurkan diri dari jabatannya.

Saat ini, pemerintah telah melakukan beberapa upaya pembersihan, diikuti dengan polisi yang menggeledah kapal untuk mencari barang-barang penting sebagai bagian dari investigasi kecelakaan. Masyarakat dan aktivis lingkungan juga turut melakukan penyelamatan walaupun pemerintah mengimbau agar pihak berwenang saja yang turun tangan.

"Orang-orang sadar bahwa mereka harus turun tangan. Kami disini untuk melindungi flora dan fauna kami", ucap aktivis lingkungan setempat. The Taipei Times melaporkan bahwa masyarakat membuat karung berisi jerami dan celana ketat berisi rambut untuk menyerap tumpahan minyak. Tidak hanya membersihkan minyak, masyarkat juga menyelamatkan bayi kura-kura dan tumbuhan langka di pulau dekat insiden terjadi, mengingat adanya kemungkinan lambung kapal robek akibat cuaca yang buruk.

Baca Juga: Perusahaan Kapal Terbesar Belanda Berminat Buat Kapal Selam dengan RI

3. Operator kapal janji akan bertanggung jawab

Mauritius Darurat Ekologis Akibat Tumpahan Minyak di Samudra HindiaTumpahan minyak yang telah mengenai teluk-teluk dan mematikan hewan laut. Twitter.com/YNeehaul.

Misui OSK Lines selaku operator kapal menyatakan permintaan maaf atas kejadian ini pada sebuah konferensi berita di Tokyo. "Kami sangat meminta maaf atas masalah yang telah kami timbulkan", ucap Akihiko Ono, Wakil Presiden Eksekutif Mistui OSK Lines. Dalam konferensi tersebut, ia juga berjanji bahwa perusahaan akan melakukan apapun untuk menyelesaikan masalah ini.

Stasiun berita BBC melaporkan bahwa Misui OSK Lines telah mencoba menempatkan penahan kapal untuk mencegah kebocoran minyak yang lebih parah. Namun, pihaknya mengatakan bahwa upaya ini gagal akibat gelombang laut yang besar. Misui OSK Lines juga telah mencoba memindahkan sebagian bahan bakar dan solar dari kapal.

4. PM minta bantuan internasional

Mauritius Darurat Ekologis Akibat Tumpahan Minyak di Samudra HindiaUngkapan simpati Presiden Prancis terhadap krisis ekologi di Mauritius. Twitter.com/EmmanuelMacron.

Jugnauth segera menyatakan Mauritius berada dalam keadaan darurat pada Jumat (07/08) lalu. "Keretakan semakin lebar, keadaan menjadi semakin buruk", ucapnya. Pada kesempatan itu, ia juga mengakui bahwa Mauritius tidak memiliki kemampuan dan pengalaman untuk membuat kapal yang terdampar mengapung kembali. Jugnauth segera meminta pertolongan Prancis untuk mengatasi krisis ini sebab Pulau Reunion milik Prancis terletak tidak jauh dari negara tersebut.

Prancis dengan terbuka menerima permintaan Mauritius. Presiden Prancis, Emmanuel Macron menunjukkan simpati atas kejadian ini melalui Twitter. "Ketika keanekaragaman hayati dalam bahaya, ada urgensi untuk bertindak. Prancis ada di sana, bersama rakyat Mauritius. Anda dapat mengandalkan dukungan kami, Jugnauth", unggahnya pada Sabtu (8/08) lalu.

France24 melaporkan bahwa Prancis segera mengirimkan 2 pesawat militer yang ditumpangi oleh para ahli untuk mengendalikan polusi di lokasi sehari setelah Jugnauth meminta bantuan. Selain Prancis, Jepang juga berencana mengirimkan 6 orang ahli untuk membantu menyelesaikan kekacauan di Mauritius.

Baca Juga: Indonesia Mampu Maintenance Kapal Selam secara Mandiri Lewat PT PAL

Aviliani Vini Photo Verified Writer Aviliani Vini

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya