Tensi Meningkat, Menteri Pertahanan India dan Tiongkok Bertemu

Keduanya saling tuduh melakukan provokasi pada minggu lalu

Moscow, IDN Times - Sejak tahun 1962, India dan Tiongkok telah memperebutkan perbatasan yang menewaskan ribuan orang. Line of Actual Control (LAC) sepanjang 3.379 kilometer telah ditetapkan oleh kedua belah pihak sebagai perbatasan. Walaupun begitu, keduanya tidak pernah menetapkan batas yang jelas mengenai LAC dan saling menuduh satu sama lain telah melanggar perjanjian batas LAC.

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump mengutarakan keinginannya untuk membantu menyelesaikan masalah ini. "Dengan segala hormat, kami siap membantu Tiongkok dan India. Jika kami dapat melakukan sesuatu, kami ingin terlibat dan membantu", ucap salah satu pejabat AS kepada Reuters.

Walaupun AS ingin membantu menyelesaikan masalah ini, Tiongkok maupun India menolak untuk melibatkan pihak ketiga. Tiongkok mengatakan bahwa mereka tidak memerlukan pihak ketiga untuk melakukan mediasi, begitu juga India yang tidak menanggapi bantuan AS terkait isu ini di masa lalu.

Dengan ketegangan yang semakin memuncak, Menteri Pertahanan Tiongkok maupun India memutuskan untuk bertemu pada Sabtu (05/09) kemarin untuk melakukan pendekatan diplomatis.

1. Ketegangan meningkat sejak minggu lalu

Tensi Meningkat, Menteri Pertahanan India dan Tiongkok BertemuJenderal Wei Fenghe selaku Menteri Pertahanan Tiongkok. Sumber: James N. Mattis/Wikipedia.

India pada Senin (31/08) lalu menuduh pasukan Tiongkok telah melakukan provokasi di sekitar perbatasan Himalaya dan melanggar kesepakatan kedua negara yang telah ditetapkan sebelumnya. Tuduhan ini dilayangkan 2 bulan lebih setelah pertempuran terbesar antar kedua negara yang terjadi pada 15 Juni lalu.

Pertempuran tersebut merupakan pertempuran tangan kosong yang menggunakan kekerasan fisik dan batu. India melaporkan sebanyak 20 tentaranya tewas akibat insiden ini, sedangkan menurut laporan penduduk lokal, sebanyak 43 tentara Tiongkok mengalami luka-luka. Walaupun begitu, Tiongkok hingga saat ini tidak mengakui terdapat korban dalam pertempuran di Juni lalu. Sejak pertempuran tersebut, berbagai pertemuan telah dilakukan oleh kedua negara namun tidak membuahkan hasil apapun.

2. Kedua negara tidak memberikan informasi terkait hasil pertemuan

Tensi Meningkat, Menteri Pertahanan India dan Tiongkok BertemuMenteri Pertahanan India Rajnath Singh mengunjungi LAC pada 18 Juli lalu. Twitter.com/rajnathsingh.

Pertemuan pada Sabtu (05/09) kemarin menjadi pertemuan pertama antara Menteri Pertahanan kedua negara. Para menteri bertemu di sela-sela pertemuan yang diselenggarakan oleh Shanghai Cooperation Organisation yang turut mengundang menteri lain dari Pakistan, Russia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan Uzbekistan. Pada kesempatan ini, keduanya berupaya untuk meredakan tensi yang menegang akibat perebutan wilayah sengketa di Timur Ladakh.

Melalui cuitannya di Twitter, Rajnath Singh selaku Menteri Pertahanan India menjelaskan bahwa diskusi berlangsung selama 2 jam 20 menit. "Kedamaian dan keamanan di sebuah wilayah memerlukan kepercayaan, ketidak agresifan, resolusi damai atas berbagai perbedaan dan penghormatan terhadap hukum internasional", sebut singh pada pertemuan yang diadakan di Moskow tersebut.

Sebaliknya, Tiongkok melalui situs resmi Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa kedua negara sebaiknya meredakan tensi dan mempertahankan kedamaian serta ketenangan. Jenderal Wei Fenghe selaku Menteri Pertahanan Tiongkok menekankan bahwa tanggung jawab mengenai ketegangan ini bergantung kepada India. "Tidak satu inci pun wilayah Tiongkok dapat direbut", tegas Wei. Kedua pihak tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai kesepakatan yang dicapai pada pertemuan tersebut.

3. Para ahli menduga kedua negara tidak akan berperang

Tensi Meningkat, Menteri Pertahanan India dan Tiongkok BertemuMenteri Pertahanan India Rajnath Singh mengunjungi LAC pada 18 Juli lalu. Twitter.com/rajnathsingh.

Letnan Jenderal Deependra Singh Hooda yang telah pensiun dari militer India mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa ketegangan keduanya dapat semakin memuncak apabila terdapat pihak yang melakukan provokasi kembali. Menurut Hooda, jika pembicaraan diplomatik, perjanjian militer tidak membuahkan hasil, dan Tiongkok terus menggunakan kekuatan militer seperti yang sekarang lakukan, segala hal dapat terjadi.

Walaupun begitu, Hooda tidak melihat perang sebagai pilihan yang akan diambil keduanya. Pendapat ini juga disetujui oleh Rajiv Ranjan selaku pengajar hubungan internasional di Universitas Shanghai. "Pemimpin kedua negara cukup dewasa untuk menghitung biaya dan keuntungan ketika memilih untuk berperang. Saya percaya keduanya akan menghindari konfrontasi penuh", jelas Ranjan.

Baca Juga: Pemerintah India Blokir PUBG dan 117 Aplikasi Seluler Tiongkok

Aviliani Vini Photo Verified Writer Aviliani Vini

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya