Perjalanan Ima Matul, Korban Perbudakan dari Malang yang Berpidato di Amerika

Dia berani bercerita demi keselamatan hidupnya

Ima Matul Maisaroh, atau lebih akrab dipanggil dengan nama Ima Matul, adalah wanita Indonesia yang dipanggil secara eksklusif untuk berpidato di depan puluhan ribu delegasi dalam Konvensi Nasional Partai Demokrat Amerika. Konvensi ini diadakan di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat pada hari Selasa, 26 Juli 2016. Srikandi asal Malang, Jawa Timur ini akan berperan sebagai aktivis anti perbudakan dan perdagangan manusia mewakili Coalition to Abolish Slavery and Trafficking (CAST).

Ima Matul terpilih untuk menyampaikan pidato karena dia sendiri telah menjadi korban secara langsung pada praktik perbudakan dan perdagangan manusia. Dia berbicara di panggung utama Stadion Wells Fargo bersama belasan senator dan pembicara bergengsi lainnya. Dalam ajang ini juga, Partai Demokrat Amerika secara resmi memilih Hillary Clinton sebagai kandidat utama dan Senator Tim Kaine sebagai wakil presiden untuk maju dalam pemilihan presiden pada November 2016.

Berikut IDNtimes rangkum kisah perjalanan Ima Matul sampai dia bisa maju ke podium konvensi untuk berpidato.

Masa kecil Ima Matul bersama keluarga berlangsung baik-baik saja.

Perjalanan Ima Matul, Korban Perbudakan dari Malang yang Berpidato di Amerikamoney.cnn.com

Ima Matul dilahirkan dan dibesarkan di Indonesia di Desa Gondanglegi, Malang, Jawa Timur. Wanita berusia 33 tahun ini berpendidikan terakhir kelas 1 SMA di SMA Khoirudin, Gondanglegi. Ketika umurnya menginjak 16 tahun, ia menolak menikah dengan pilihan orangtuanya. Ia menangis sepanjang hari dan berencana untuk melarikan diri dari rumah karena keputusan orangtuanya tersebut.

Melihat hal ini, orangtua Ima Matul mencari cara agar ia tetap dapat menikah di usia yang mereka harapkan. Hingga akhirnya, orangtua Ima Matul ingat bahwa mereka memiliki saudara jauh di Amerika Serikat yang mungkin dapat dikenalkan kepada anak perempuannya itu. Sehingga mereka mencari cara agar Ima Matul dapat pergi ke Amerika Serikat.

Awal Ima Matul terjebak dalam perbudakan dan perdagangan manusia.

Perjalanan Ima Matul, Korban Perbudakan dari Malang yang Berpidato di Amerikaberitasekarang.co

Di tengah pencarian cara ke Amerika Serikat, pada tahun 1997, Ima Matul mendapatkan tawaran kerja sebagai pramuwisma seorang pengusaha desain interior asal Indonesia yang bermukim di Los Angeles. Ima Matul dan keluarga merasa bahagia karena semua biaya sudah ditanggung oleh pihak penyedia tenaga kerja, termasuk paspor, visa, transportasi dan lain sebagainya. Ima Matul dijanjikan bayaran sebesar 150 Dolar AS per-bulan dengan definisi pekerjaan sebagai pengasuh anak.

Namun ketika sampai di bandara Los Angeles, dia mulai mencium kejanggalan. Seperti, paspornya langsung ditahan oleh majikannya dan ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan kontrak kerjanya.

Baca Juga: Kalau Kamu Anak Muda Indonesia, Kamu Wajib Tahu Kandidat Calon Presiden AS

Hari-hari Ima Matul dalam siksaan sebagai korban perdagangan manusia.

Perjalanan Ima Matul, Korban Perbudakan dari Malang yang Berpidato di Amerikathepresidentpostindonesia.com

Semua hal menjanjikan yang disebutkan dalam kontrak kerja tidak dirasakan secara nyata oleh Ima Matul. Pekerjaannya ternyata tidak hanya untuk mengasuh anak, tapi juga harus bersedia melakukan apapun yang diperintah oleh majikannya. Ima Matul bekerja setiap hari selama 18 jam, bahkan lebih dab tidak ada hari libur. Ia tidak diperkenankan berbicara dengan siapapun. Tidak hanya siksaan bersifat verbal dan merendahkan, untuk kesalahan kecil yang dibuatnya, ia harus merasakan pukulan dan tamparan yang berkali-kali.

Ima tidak pernah mendapatkan gaji sepeserpun sesuai yang disepakati, ia bahkan mendapat luka jahitan karena dipukul keras menggunakan perabot dapur dari keramik. Berkali-kali Ima Matul berusaha lari dari rumah, tapi ia terlalu takut dengan semua ancaman yang diberikan oleh majikannya, seperti akan dipenjara karena telah melanggar kontrak atau banyak orang di sekitar yang akan membunuh dan memperkosanya.

Ancaman itu efektif karena Ima tidak dapat berbicara Bahasa Inggris dan merasa tidak punya hak yang kuat untuk diperjuangkan di negara tersebut. Setelah tiga tahun berlangsung dan siksaan semakin parah, Ima Matul tidak tahan lagi dan mencari cara untuk segera dapat kabur dari rumah majikan yang membelinya.

Langkah pasti Ima Matul untuk kabur dari majikan dan menjadi aktivis sosial di Amerika.

Perjalanan Ima Matul, Korban Perbudakan dari Malang yang Berpidato di Amerikaslaverynomore.org

Akhirnya Ima Matul memberanikan diri untuk meminta tolong kepada pengasuh anak tetangganya dengan cara menuliskan surat dalam Bahasa Inggris ala kadarnya dan memberikannya begitu ada kesempatan. Pesan itu akhirnya tersampaikan dan Ima segera dibawa kabur menggunakan mobil dari rumah majikannya.

Pengasuh tersebut membawa Ima ke kantor CAST untuk menjalani terapi, konseling, bantuan kesehatan dan materi serta pelatihan keahlian kerja. Setelah cukup belajar Bahasa Inggris, Ima Matul ditunjuk sebagai koordinator dalam divisi Survivor Organizer di CAST karena dianggap mampu menjadi pemimpin sebagai korban dari perbudakan dan perdagangan manusia. Ia mendedikasikan karirnya di CAST karena organisasi nirlaba inilah yang menolongnya setelah terbebas dari semua siksaan yang menimpanya.

Ima Matul akhirnya terpilih sebagai dewan penasehat gedung putih dan bisa berbagi inspirasi.

Perjalanan Ima Matul, Korban Perbudakan dari Malang yang Berpidato di Amerikathepresidentpostindonesia.com

Kepercayaan yang diberikan CAST kepada Ima sejak tahun 2012 membawanya untuk bersuara langsung di Konvensi Nasional Partai Demokrat Amerika Serikat. Majunya Ima Matul ini sebagai rangka mendukung program dari Hillary Clinton sebagai kandidat calon presiden Amerika Serikat.

Awalnya, Barack Obama-lah yang menyadari kehadiran Ima Matul sebagai aktivis anti perdagangan manusia. Dia juga yang mengajukan Ima Matul untuk menjadi pembicara. Permintaan ini disambut baik oleh Ima Matul. Menurut Ima, dia senang karena hanya Hillary Clinton yang punya program memberantas perbudakan dan perdagangan manusia. Lebih lanjutnya, Hillary Clinton sudah mulai menjalankan programnya tersebut secara independen melalui Clinton Foundation.

Ima Matul juga menyatakan kepada Barack Obama bahwa dia perlu segera memulai program pemberantasan perdagangan manusia sebelum presiden baru terpilih. Jumlah sekarang, diketahui ada 40.000 sampai 45.000 jiwa yang menjadi korban perdagangan. Ima Matul dipercaya dapat menangani dua dari lima masalah utama, yaitu soal pendanaan dan sosialisasi para korban perdangangan manusia.

Baca Juga: Pertama dalam Sejarah: 10 Hal yang Berhasil Dilakukan oleh Jokowi Sebagai Presiden!

Topik:

Berita Terkini Lainnya