Korea Utara: Terserah Amerika Serikat Mau Dapat Apa untuk 'Kado Natal'
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pyongyang, IDN Times - Korea Utara kembali mengingatkan Amerika Serikat tentang dialog nuklir antara kedua negara yang mengalami kebuntuan. Seperti dilaporkan kantor berita Korea Utara, KCNA, pada Selasa (3/12) Wakil Menteri Luar Negeri Ri Thae Song mulai angkat bicara.
Ri mengeluarkan komentar yang lebih mirip dengan ancaman kepada Washington. Menurutnya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menolak memberikan konsesi atau mengurangi tuntutan terhadap Korea Utara sehingga rencana denuklirisasi menjadi tersendat.
1. Korea Utara ingatkan tenggat waktu yang jatuh pada akhir tahun ini
Ri menilai apa yang dilakukan Amerika Serikat adalah untuk memerangkap Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK) dalam fase dialog demi keuntungan Trump menjelang Pilpres pada 2020.
"Dialog yang coba dijual Amerika Serikat, secara esensi, hanyalah trik bodoh yang dilahirkan untuk memaksa DPRK melakukan dialog dan menggunakannya demi situasi politik serta Pemilu di Amerika Serikat," kata Ri.
Tenggat waktu yang diminta oleh Pyongyang adalah akhir tahun ini. Namun, seperti diketahui, kedua negara belum juga mencapai kesepakatan tentang konsesi yang harus diberikan demi memulai denuklirisasi sesungguhnya.
2. Ri menilai Amerika Serikat mendapat tanggung jawab untuk menentukan "hadiah Natal" apa yang akan didapat
Editor’s picks
Ri berpendapat pihaknya telah berusaha maksimal untuk meneruskan dialog yang sudah dimulai pada 2018 di Singapura ketika Trump bertemu dengan Kim untuk pertama kalinya. Ia berpendapat Trump lebih tertarik untuk bersikap keras kepala dengan tuntutan kepada Korea Utara yang tak bisa ditawar dibandingkan mempertimbangkan soal tenggat waktu.
"Yang tersisa untuk dilakukan sekarang adalah pilihan Amerika Serikat dan ini sepenuhnya terserah Amerika Serikat untuk memilih hadiah Natal apa yang ingin diterima," kata Ri, mengisyaratkan bahwa Pyongyang akan merespons sikap Washington jika gagal menunjukkan perkembangan.
3. Dalam beberapa bulan terakhir, Korea Utara lakukan uji coba rudal
Sepanjang 2019, Korea Utara dilaporkan sudah melakukan sebanyak 13 kali uji coba rudal. Direktur Senior di Korean Studies di Center for The National Interest di Washington, Harry Kazianis, mengingatkan Amerika Serikat agar tidak menyepelekan kebuntuan komunikasi dengan Korea Utara.
"Jangan salah, jika tak ada perubahan dalam arah arus hubungan Amerika Serikat-Korea Utara, hanya akan ada satu hasil yang mungkin terjadi: uji coba rudal atau senjata nuklir jarak jauh oleh Pyongyang yang akan menciptakan krisis seperti pada 2017," ujarnya kepada Reuters.
Ketika itu Trump dan Kim saling bertukar cemoohan sebelum akhirnya bertemu di Singapura dan Vietnam pada 2018 dan 2019. Bahkan, Pyongyang melakukan tes rudal balistik antar benua (ICBM) pada 4 Juli yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Amerika Serikat.
Baca Juga: Produk Indonesia Laris Manis di Korea Utara
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.