Masker Buatan Tiongkok Laris Manis di Tengah Wabah Virus Corona

Uang berbicara

Beijing, IDN Times - Kebutuhan masker di tengah wabah virus corona meningkat pesat di berbagai penjuru dunia. Ini membuat siapa pun yang mampu memenuhi permintaan akan meraup untung, begitu menurut Michael Crotty yang merupakan seorang pedagang perantara di Shanghai, Tiongkok.

Crotty mengatakan kepada The Guardian bahwa para produsen masker di Tiongkok seperti kejatuhan durian saat banyak penawar yang mengajukan penawaran. Produsen-produsen masker, menurut Crotty, menuntut calon pembeli untuk membayar dengan harga setinggi-tingginya dan secepat-cepatnya.

1. "Uang berbicara," ujar Crotty soal proses jual-beli masker di tengah pandemik

Masker Buatan Tiongkok Laris Manis di Tengah Wabah Virus CoronaPembeli mengantri di pasar ikan Rialto, saat larangan terbaru untuk pasar terbuka diberlakukan oleh daerah Veneto untuk mencegah penyebaran virus corona di Venesia, Italia, pada 4 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Manuel Silvestri

Ia bekerja untuk Golden Pacific Fashion and Design dan mengaku bahwa pada akhir pekan kemarin mengurus banjir permintaan dari sejumlah pemerintah negara bagian di Amerika Serikat, rumah sakit, distributor, pemerintah nasional hingga perusahaan-perusahaan swasta yang berusaha memberikan masker gratis kepada karyawan mereka.

Situasi ini melahirkan atmosfer yang "kacau" seiring dengan meningkatnya penyebaran virus corona menjadi hampir 1,3 juta kasus di 183 negara. "Uang berbicara," ujar Crotty. "Pabrik-pabrik tahu satu hal: berapa yang masuk ke rekening bank saya dan kapan masuk ke sana? Dan jika uang itu masuk sebelum orang lain, maka dia lah yang akan mendapatkan jatah produksi."

Beberapa pabrik membuat barang lain saat situasi normal. Kini, mereka beralih jalur memproduksi masker dan menuntut 50 persen pembayaran ketika permintaan sedang dalam pembuatan. Sebanyak 50 persen sisanya dibayarkan sebelum masker-masker keluar dari pabrik. Cara pembayaran pun dibatasi mengingat selalu ada potensi terjadinya penipuan.

Pemilik pabrik "tidak peduli" dengan keadaan saat ini. "Mereka menerima permintaan dari orang-orang yang tak pernah mereka dengar sebelumnya. Ini adalah kondisi yang tak biasa untuk pabrik-pabrik tersebut ada di bangku kemudi. Dan mereka tak duduk di kursi sopir Volkswagen, melainkan limosin Mercedes," tambah Crotty, merujuk kepada besarnya peluang untung yang mereka peroleh di tengah wabah.

2. Muncul laporan masker produksi Tiongkok berada di bawah standar

Masker Buatan Tiongkok Laris Manis di Tengah Wabah Virus CoronaPenumpang dari kapal pesiar Grand Princess menunggu untuk naik ke pesawat sewa di landasan di Bandara Internasional Oakland di Oakland, California, Amerika Serikat, pada 11 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kate Munsch

Namun, bukan berarti semua masker produksi Tiongkok diterima dengan baik oleh semua pembeli. Seperti dilaporkan BBC, pemerintah Belanda memutuskan untuk menarik kembali masker-masker buatan Tiongkok yang telah dibagikan. Alasannya adalah produk yang dijual ternyata di bawah standar atau tidak efektif untuk melawan virus corona.

Kementerian Kesehatan Belanda menarik 600.000 masker yang tiba dari Tiongkok pada 21 Maret. Padahal, masker-masker itu sudah didistribusikan kepada para pekerja medis. "Sisa pengiriman [masker] segera ditangguhkan dan tak dibagikan," kata pemerintah. "Sekarang sudah diputuskan untuk tidak memakai [masker] dari pengiriman ini."

3. Pemerintah di beberapa negara mulai menganjurkan warga memakai masker

Masker Buatan Tiongkok Laris Manis di Tengah Wabah Virus CoronaPejabat Ukraina, termasuk Menteri Urusan Dalam Negeri Arsen Avakov dan Menteri Kesehatan Maksym Stepanov, menyapa media, saat anggota medis Ukraina berangkat ke Italia saat pandemi COVID-19 di sebuah bandara di Kiev, Ukraina, pada 4 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Gleb Garanich

Ketika sebelumnya warga di Eropa dan Amerika Serikat tidak melihat pentingnya memakai masker saat wabah virus corona, kini sejumlah pemerintah menganjurkan sebaliknya. Di negara-negara seperti Tiongkok, Jepang, Korea Selatan dan Singapura sendiri masker sudah dianggap sebagai barang yang normal dipakai dalam situasi seperti saat ini.

Dalam sebuah wawancara dengan ScienceMag, George Gao selaku Direktur Jenderal dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok menilai masker adalah alat pelindung yang vital. "Kesalahan besar di Amerika Serikat dan Eropa, menurut saya, adalah orang-orang tak memakai masker," kata Gao.

"Virus ini ditularkan lewat percikan cairan tubuh dan kontak jarak dekat. Percikan cairan tubuh memainkan peran sangat penting -- Anda harus memakai masker, sebab saat Anda berbicara, selalu ada cairan yang keluar dari mulut Anda. Banyak orang tertular tanpa menunjukkan atau belum memperlihatkan gejala. Jika mereka memakai masker, itu bisa mencegah cairan yang membawa virus keluar dan menginfeksi yang lain."

Baca Juga: Gejala Virus Corona Tanda-tanda Terjangkit Corona dan Cara Pencegahan

Bianca Nazanin Photo Verified Writer Bianca Nazanin

typing...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya