Nasib Warga Uighur di Kamp Detensi di Tengah Wabah Virus Corona

Muncul petisi untuk menutup kamp karena dinilai berisiko

Beijing, IDN Times - Virus corona baru yang bermula di Wuhan, Provinsi Hubei, telah menewaskan lebih dari 1.300 orang dengan mayoritas kematian terjadi di Tiongkok daratan, sedangkan satu di Hong Kong dan satu lagi di Filipina.

Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan status darurat global. Sementara Singapura memberlakukan status waspada setelah ada hampir 50 kasus virus corona di sana. Satu yang cukup hilang dari pengamatan adalah nasib warga Uighur di Provinsi Xinjiang, terutama mereka yang tinggal di dalam kamp-kamp detensi.

1. Keluarga yang mengasingkan diri di luar negeri mengaku khawatir

Nasib Warga Uighur di Kamp Detensi di Tengah Wabah Virus CoronaSeorang pria menggunakan masker sambil mengendarai sepeda, di negara yang dilanda wabah virus corona, di Beijing, Tiongkok, pada 12 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Garcia Rawlins

Berdasarkan laporan PBB, diyakini ada sekitar satu juta warga Uighur yang menempati kamp-kamp detensi di kawasan barat laut Tiongkok tersebut. Keluarga mereka yang tinggal di luar negeri karena mengasingkan diri pun mengaku khawatir terhadap risiko penyebaran virus corona di dalam kamp.

"Orang-orang mulai panik. Keluarga kami masih ada di sana, berurusan dengan kamp dan virus, dan kami tak tahu apakah mereka makan dengan cukup atau punya masker," kata seorang sosiolog Prancis keturunan Uighur kepada The Guardian.

Akhirnya muncul petisi di situs Change.org yang sampai kini ditandatangani lebih dari 3.000 orang. Mereka menuntut penutupan kamp untuk mengurangi ancaman virus corona lantaran menempatkan banyak orang dalam satu tempat terbatas adalah sesuatu yang berbahaya.

"Kita tak boleh menanti sampai adaberita ratusan kematian terkait virus corona di kamp sebelum kita bertindak," tulis petisi itu. "Dengan Tiongkok terus berjuang menahan virus di Wuhan, kita bisa dengan mudah berasumsi bahwa virus akan cepat menyebar ke seluruh kamp dan berdampak terhadap jutaan orang jika tak memperingatkan sekarang."

2. Otoritas Tiongkok mengeluarkan laporan bahwa Xinjiang dalam keadaan terkendali

Nasib Warga Uighur di Kamp Detensi di Tengah Wabah Virus CoronaSeorang penjaga memakai masker pelindung berdiri di samping pintu kereta bawah tanah menyusul penularan virus corona baru, di Beijing, Tiongkok, pada 12 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Tingshu Wang

Media pemerintah Tiongkok, Xinhua, melaporkan bahwa hingga Senin (10/2) ada 55 kasus virus corona di Provinsi Xinjiang di mana kejadian pertama diidentifikasi pada akhir Januari lalu.

Pada minggu ini, media itu memberitakan ada dua pasien yang dinyatakan sembuh dan boleh keluar dari rumah sakit. Bahkan salah satunya dikabarkan sempat berstatus sangat kritis. Xinjiang sendiri berlokasi sangat jauh dari Wuhan yang merupakan episentrum virus corona yang oleh WHO disebut sebagai Covid-19.

Pemerintah daerah pun menolak berkomentar kepada AFP tentang langkah-langkah yang diambil guna mencegah penyebaran virus di kamp. Ini membuat salah satu kelompok yang mewakili Uighur, Kongres Uighur Dunia (WUC), kian gusar. 

"Orang-orang itu tinggal dalam situasi rentan dan lemah karena pemerintah Tiongkok melakukan pelanggaran dan memperlakukan mereka dengan buruk," kata Presiden WUC, Dolkun Isa. "Ini kian mencampur-adukkan penderitaan warga Uighur, seperti teman-teman dan keluarga kami sekarang bahkan semakin berada dalam kondisi bahaya."

3. Tak ada yang menjamin seperti apa kehidupan warga di dalam kamp

Nasib Warga Uighur di Kamp Detensi di Tengah Wabah Virus CoronaWarga memakai masker pelindung menyusul penularan virus corona baru, saat perjalanan pagi mereka di stasiun, di Hong Kong, pada 10 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu

Dilansir Al Jazeera, seorang imunologis Prancis, Norbert Gualde, mengatakan mustahil mengetahui "dengan pasti seperti apa kondisi warga Uighur dan tahanan lainnya yang tinggal di kamp-kamp Tiongkok". Kesehatan fisik dan mental menjadi penentu apakah seseorang rentan terhadap virus tersebut.

"Ada beberapa alasan bagus untuk berpikir bahwa detensi mereka sama dengan penyampuran yang dipaksakan, rasa stress dan takut -- semua kondisi yang mendukung transmisi suatu virus di antara mereka yang harus tetap ditahan," kata Gualde.

Nasib Warga Uighur di Kamp Detensi di Tengah Wabah Virus Corona(IDN Times/Arief Rahmat)

Baca Juga: Desak WHO, Taiwan Ingin Ikut Partisipasi Cegah Virus Corona

Bianca Nazanin Photo Verified Writer Bianca Nazanin

typing...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya