Trump Beli Iklan Kampanye Pilpres di Halaman Depan YouTube

Harganya dilaporkan lebih dari Rp13,8 miliar sehari

Washington DC, IDN Times - Amerika Serikat akan menyelenggarakan Pilpres pada 3 November mendatang. Namun, layaknya semua pemilihan presiden di berbagai negara, tensi sudah terasa sejak jauh hari, apalagi saat musim kampanye. Berbagai strategi pun digunakan oleh tim sukses agar kandidat yang didukungnya menang.

Menurut laporan Bloomberg, Donald Trump memutuskan untuk membeli izin iklan di halaman depan YouTube agar bisa disaksikan oleh sebanyak mungkin orang. YouTube sendiri adalah salah satu situs platform video yang paling banyak diakses oleh warga Amerika Serikat, juga penduduk dunia.

1. Harganya diperkirakan mulai ratusan ribu sampai lebih dari USD1 juta

Trump Beli Iklan Kampanye Pilpres di Halaman Depan YouTubePresiden Amerika Serikat Donald Trump bergandengan tangan dengan Ibu Negara Melania Trump saat mereka tiba untuk Governors Ball di Ruang Timur Gedung Putih, Washington, DC, Amerika Serikat, pada 9 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Mike Theiler

Tidak diketahui pasti berapa ongkos yang harus dikeluarkan Trump untuk mendapatkan tempat iklan yang biasanya berada di bagian atas halaman depan atau dikenal sebagai "masthead". Namun, Bloomberg memperkirakan harganya mulai ratusan ribu sampai lebih dari USD1 juta atau sekitar Rp13,8 miliar dalam satu hari. 

YouTube dimiliki Alphabet Inc. yang juga membawahi Google. Perwakilan YouTube menolak untuk mengungkap harga kesepakatan tersebut, tapi menegaskan bahwa ini adalah sesuatu yang wajar bagi tim sukses kandidat untuk membeli iklan di halaman depan. Setelah dibeli, pembeli bebas menentukan apakah akan membatasi iklan untuk area tertentu atau tidak.

2. Tidak diketahui berapa lama iklan itu berjalan

Trump Beli Iklan Kampanye Pilpres di Halaman Depan YouTubePresiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan ucapan selamat datang saat Ibu Negara Melania Trump bertepuk tangan, saat Presiden menyelenggarakan Governors Ball di Ruang Timur Gedung Putih, Washington, DC, Amerika Serikat, pada 9 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Mike Theiler

"Di masa lalu, kampanye, PACs (organisasi donor dan pelobi Partai Demokrat), dan kelompok politik lain telah mengiklankan beragam jenis iklan menjelang Pemilu," kata juru bicara YouTube. "Semua pengiklan mengikuti proses yang sama dan menyambut pembelian masthead selama iklan mereka sesuai dengan kebijakan kami," tambahnya.

Bloomberg sendiri tak mengungkap berapa lama iklan kampanye itu akan berjalan dan seperti apa bentuknya. Namun, YouTube dilaporkan hanya akan menampilkan iklan Trump "menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat dan pada Hari Pemilu".

3. Trump dan kandidat lainnya pernah membeli izin iklan di YouTube sebelumnya

Trump Beli Iklan Kampanye Pilpres di Halaman Depan YouTubeCalon presiden Amerika Serikat dari partai Demokrat Mike Bloomberg memberikan pidato saat kampanye dengan tema "Women for Mike" di kawasan Manhattan, Kota New York, New York, Amerika Serikat, pada 15 Januari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Eduardo Munoz

Trump pernah membeli izin iklan di YouTube pada 2019 lalu ketika Partai Demokrat sedang melangsungkan debat kandidat. Sebelumnya, pada 2012, tim sukses Barack Obama juga membeli area iklan yang sama untuk berkampanye. Namun, mengutip Techcrunch, situasinya berbeda saat ini.

Perusahaan teknologi mulai dari Facebook hingga Google disorot karena menerima uang berjumlah besar dari orang-orang dengan kepentingan politik. Padahal, perusahaan tersebut masih belum bisa menetapkan aturan tegas tentang iklan politik, terutama perihal kode etik.

Kekhawatiran bahwa raksasa teknologi acuh terhadap pengaruhnya dan hanya fokus pada keuntungan finansial muncul setelah skandal Cambridge Analytica di mana Facebook sangat berperan dalam menyebarkan propaganda tentang Trump dan Brexit.

Dalam Pilpres Amerika Serikat kali ini, salah satu kandidat Partai Demokrat juga melakukan praktik yang sama. Ironisnya, ia adalah Mike Bloomberg, pemilik Bloomberg itu sendiri. Taipan media tersebut menggelontorkan uang Rp456 miliar ke Facebook selama 30 hari untuk keperluan iklan politik.

Dilansir The Guardian, mantan Wali Kota New York itu juga menyalahgunakan posisi sebagai bos media untuk mengambil keuntungan. Pada November 2019, Pemimpin Redaksi Bloomberg mengirimkan memo kepada 2.700 wartawan yang bekerja di media itu agar tidak mempublikasikan konten investigasi apa pun soal si bos.

Padahal, Bloomberg setiap hari memberitakan soal kampanye Pilpres, termasuk terbaru adalah soal iklan Trump di halaman depan YouTube tersebut. Memo itu juga menegaskan wartawan Bloomberg dilarang melakukan penyelidikan mengenai para rival sang pemilik yang berasal dari Partai Demokrat.

Baca Juga: Donald Trump Cemooh Kemenangan "Parasite" di Penghargaan Oscar

Bianca Nazanin Photo Verified Writer Bianca Nazanin

typing...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya