Aljazair Akan Ubah Konstitusi Meski Hanya Diikuti Sebagian Penduduknya

Kurang dari seperempat penduduk Aljazair ikuti referendum

Aljir, IDN Times - Pada hari Minggu (01/11) sudah dimulai pelaksanaan pemilihan umum untuk referendum terkait konstitusi yang berlaku di Aljazair. Akan tetapi, pemungutan suara tidak berjalan mulus sesuai rencana setelah rendahnya antusias masyarakat Aljazair untuk melakukan voting. 

Setelah hanya satu dari empat warga yang melakukan voting menjadikan referendum ini poling umum yang terendah dalam sejarah Aljazair. Padahal referendum ini menjadi bentuk usaha untuk menangani krisis politik yang menghantui Aljazair sejak tahun lalu. 

1. Hanya diikuti sejumlah 23,7 persen penduduk Aljazair

Referendum konstitusi yang dilakukan pada hari Minggu (01/11) lalu menunjukkan hanya sejumlah 23,7 persen dari 24 juta penduduk Aljazair yang bisa ikut dalam acara besar tersebut. Bahkan referendum ini menjadi pemungutan suara terendah dalam sejarah Aljazair, dilansir dari Middle East Monitor

Kurangnya minat masyarakat untuk hadir dalam referendum konstitusi ini terkait dengan kurangnya kepercayaan rakyat Aljazair pada pemerintah setempat. Selain itu, meningkatnya kasus COVID-19 juga ditengarai jadi salah satu faktor ogahnya masyarakat mengikuti kegiatan besar ini, dikutip dari Reuters

2. Pemerintah akan mengubah konstitusi lama

Meskipun hanya dihadiri oleh kurang dari satu dari empat total masyarakat Aljazair yang mempunyai hak untuk memilih. Namun hasil referendum tersebut tetap akan diterapkan sesuai dengan rencana sebelumnya. 

Melansir dari Al Jazeera, Otoritas Pemilihan Umum setempat menyebutkan bahwa sebanyak 66,8 persen pemilih menginginkan untuk merevisi konstitusi yang ada. Maka dari itu, pemerintah akan mengubah konstitusi yang sebelumnya dinilai merugikan rakyat Aljazair. 

Salah satu peraturan yang akan dirubah dalam konstitusi tersebut adalah pemberlakuan maksimal dua periode masa jabatan presiden. Hal ini disebabkan negara ini sudah dikuasai oleh rezim militer sejak membebaskan diri dari Prancis pada tahun 1962, dikutip dari Financial Times

Baca Juga: Pertamina Ekspor Perdana 4000 Barel SF-05 ke Aljazair

3. Sebelumnya sudah terjadi kekacauan politik di Aljazair

Sejak awal tahun 2019, situasi politik di Aljazair sudah bergejolak dengan munculnya pergerakan protes Hirak yang menentang konstitusi di negara tersebut. Namun usaha dari pergerakan Hirak memuncak setelah berhasil menggulingkan Presiden Abdelaziz Bouteflika pada bulan April 2019, di mana ia sudah memimpin Aljazair selama 20 tahun lamannya. 

Kemudian pada bulan Desember 2019, Abdelmadjid Tebboune terpilih sebagai presiden Aljazair dan memberikan solusi demokratis pada para demonstran berupa perubahan amandemen. Akan tetapi pandemi Covid-19 melanda dan membuat upaya tersebut tertunda hingga baru terlaksana pada awal November ini, dikutip dari Arab News

Baca Juga: Aljazair & Argentina Dinyatakan Bebas dari Malaria Oleh WHO

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya