Bakal Disanksi, Eks Kanselir Jerman Tinggalkan Perusahaan Minyak Rusia

Sempat mempertahankan jabatannya di Rosneft

Jakarta, IDN Times - Mantan Kanselir Jerman, Gerhard Schröder, pada Jumat (20/5/2022) memutuskan mundur dari kursi manajerial perusahaan minyak Rosneft. Pasalnya, eks pejabat berusia 78 tahun itu telah mendapatkan hujatan lantaran masih bekerja untuk perusahaan Rusia. 

Dilaporkan Politico, Parlemen Eropa sudah mendesak agar Uni Eropa memberikan sanksi bagi Schröder dan eks Menlu Austria, Karin Kneissl. Dasarnya adalah kedua tokoh tersebut masih mempertahankan hubungan bisnis dan politik dengan Rusia saat invasi berlangsung. 

1. Schröder dan Warnig memutuskan mundur dari jabatannya di Rosneft

Kabar mundurnya Schröder dari jabatan petinggi di perusahaan milik negara Rusia, Rosneft sudah diungkapkan langsung pada Jumat kemarin. Bahkan, ia sendiri yang mengatakan bahwa tidak mungkin lagi bisa melanjutkan pekerjaannya sebagai manajer utama di Rosneft. 

Selain Schröder, terdapat seorang pebisnis sekaligus petinggi proyek pipa gas Nord Steam AG, Matthias Warnig yang ikut mundur. Mantan anggota Stasi (Menteri Pertahanan Jerman Timur) itu telah menjadi pengurus di Rosneft sejak tahun 2011 dan menjadi wakil manajer pada 2014. 

Sementara itu, Schröder yang sudah bergabung dengan Rosneft sejak 2017 itu sudah terpilih kembali sebagai petinggi di perusahaan minyak milik negara tersebut. Di samping itu, ia juga hendak bergabung dalam jajaran pengurus Gazprom pada Juni nanti, dilaporkan dari Euronews

Baca Juga: Ingin Perkuat Kawasan, Jerman Dukung 6 Negara Balkan Gabung Uni Eropa

2. Parlemen Jerman usulkan penarikan semua tunjangan Schröder

Keputusan Schröder didasari Bundestag yang mengajukan proposal untuk menarik semua tunjangan kantor dan pekerja yang berasal dari dana pajak. Total tunjangan itu mencapai 407 ribu euro atau Rp6,3 miliar pada tahun lalu dan sekitar 500 ribu euro atau Rp7,7 miliar di tahun 2017. 

Akan tetapi, proposal itu dihentikan sementara untuk menuruti keinginan oposisi Partai Konservatif Jerman (CDU) agar semua dana pensiunnya juga ditarik. Pasalnya, uang pensiun yang diterima oleh mantan Kanselir Jerman itu mencapai 100 ribu euro atau Rp1,5 miliar per tahun. 

Dilaporkan Deutsche Welle, ketika Kanselir Jerman mundur dari jabatannya, maka tetap mendapatkan pendanaan kantor dan staf bersamaan dengan uang pensiunan. Namun, beberapa pihak masih mempertanyakan apakah ini bisa diterapkan sesuai dengan hukum terkait pensiun di Jerman. 

3. Schröder sempat menuai kontroversi usai menolak tinggalkan Rosneft

Schröder selama ini sudah mendapatkan kecaman dan kritikan dari publik Jerman lantaran memiliki kedekatan dan koneksi dengan Kremlin maupun pebisnis Rusia. Namun, hal yang paling kontroversial adalah ia terus bertahan di perusahaan Rosneft, meskipun Rusia melancarkan agresi militer ke Ukraina. 

Di dalam internal Partai Sosial Demokratik (SPD) sendiri, Schröder juga mendapat kecaman keras dari anggota partai lain. Petinggi SPD sudah meminta agar eks pejabat berusia 78 tahun itu mengundurkan diri dari partai. Bahkan, terdapat wacana untuk mendepaknya dari keanggotaan partai. 

Dikutip RT, mantan Kanselir Jerman yang menjabat pada periode 1998-2005 itu diketahui tetap mempertahankan hubungan dengan Rusia. Bahkan, ia menyebut Jerman akan tetap membutuhkan energi dari Rusia untuk menjalankan perekonomiannya. 

"Ketika perang ini selesai. Kami akan tetap melanjutkan perjanjian dengan Rusia. Kami akan terus melakukannya," tutur Schröder. 

Baca Juga: Imbas Perang Rusia-Ukraina, Jerman Akan Atur Kecepatan di Jalan Tol

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya