Bolivia: Petani Koka Terlibat Bentrokan dengan Polisi

Petani protes terkait perselisihan dalam Adepcoca

Jakarta, IDN Times - Bentrokan antara aparat kepolisian dan petani koka atau cocaleros terjadi di La Paz, Bolivia pada Senin (27/9/2021). Bahkan bentrokan yang terjadi mengakibatkan sejumlah orang mengalami luka-luka serta menyebabkan lumpuhnya sebagian wilayah ibu kota Bolivia. 

Kejadian ini disebabkan ketegangan antara agen dan petani koka legal terkait masalah pemasaran hasil pertanian koka. Pasalnya, selama ini hasil pertanian koka menjadi salah satu komoditas utama di Bolivia yang dikonsumsi secara luas oleh masyarakat lokal.

Di sisi lain, tanaman koka yang endemik dari Amerika Selatan merupakan bahan utama pembuatan narkoba jenis kokain. Maka dari itu, tanaman yang sebenarnya baik untuk kesehatan itu kerap disalahgunakan menjadi obat-obatan terlarang. 

1. Bentrokan sebabkan dua terluka dan enam ditahan

Bentrokan antara petani koka dan polisi terjadi di kawasan Villa Fatima, yang berlokasi di bagian utara La Paz. Sedangkan bentrokan terjadi setelah polisi menembakkan gas air mata ke arah massa dan disambut dengan lemparan batu beserta petasan dari para petani koka. 

Insiden bentrokan di La Paz ini telah mengakibatkan dua orang pendemo mengalami luka-luka. Berdasarkan kabar dari televisi lokal, satu orang terluka akibat terjatuh dan satu lagi terluka pada bagian kepala.

Bahkan satu gedung apartemen berlantai empat sempat dibakar oleh massa, yang kemudian berhasil dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran. Namun, pemilik properti menyalahkan polisi yang diduga melakukan pembakaran, meskipun aparat kepolisian menolak tuduhan itu.

Sementara itu, enam orang ditahan oleh aparat kepolisian lantara diduga sebagai dalang aksi kerusuhan. Bahkan bentrokan kali ini berlangsung hingga beberapa jam lamanya dan baru berhenti pada malam hari, dilansir dari Associated Press

2. Terbentuknya dua kubu dalam Adepcoca

Baca Juga: Kebijakan Anti Narkoba: Venezuela dan Bolivia Tolak Tuduhan AS

Dikutip dari Reuters, demonstrasi yang dilakukan oleh petani koka yang berasal dari wilayah Yungas disebabkan adanya kejanggalan dari kepemimpinan Adepcoca (Asociación Departamental de Productores de Coca de La Paz). Pasalnya, organisasi itu selama ini menjadi pengelola pemasaran hasil pertanian koka di Bolivia. 

Terdapat dua kubu dalam perselisihan mengenai pemasaran koka di Bolivia, yakni pihak pimpinan Adepcoca, Arnold Alanes yang didukung oleh pemerintah. Sedangkan pihak pemrotes adalah Armin Lluta yang selama ini mengritik pemerintah sayap kiri beserta mantan Presiden Evo Morales. 

"Evo Morales dan pemerintahan mencoba untuk mengontrol sebagian besar perdagangan koka. Morales juga ingin membentuk konfederasi nasional produsen koka, karena ia ingin menjadi pemimpin dari Chapare dan Yungas" kata Lluta. 

Sedangkan Alanes berkata pada Selasa (28/9/2021) bahwa ia sudah dipilih secara langsung oleh para petani untuk menempati posisinya sekarang. Sementara, ada pihak pengritik lantaran ia hendak meringkus aksi korupsi di dalam dalam pemasaran koka. 

Dilansir dari Market Research Telecast, perselisihan kali ini dilatar belakangi Arnold Alanes yang memiliki hubungan dengan Partai MAS mendeklarasikan sendiri kepemimpinannya dalam Adepcoca. Namun ia tidak mendapat persetujuan dari pemimpin sektor ini Fernando Calle dan Armin Lluta yang selama ini kerap mengritik pemerintahan Luis Arce. 

3. Petani koka di Bolivia sedang mengalami masa-masa sulit akibat cuaca dingin

Sementara itu, seorang petani koka bernama Augusta Colpa mengatakan kondisi para petani koka saat ini sangat berat, sehingga menyebabkan munculnya aksi unjuk rasa kali ini. "Berapa banyak yang kami dapatkan dari hasil pertanian koka? Pada saat cuaca dingin, kami tidak dapat memanen banyak tanaman koka. Ini tidak cukup untuk keluarga kita" ujar Colpa. 

Selain itu, pemimpin persatuan petani koka, Ronald Lopez berkata aksi protes yang terjadi di kota dalam beberapa minggu terakhir terkait dengan kelompok petani koka Yungas yang mengharapkan dialog dengan pemerintah soal penetapan pemimpin Adepcoca yang baru. 

"Kami yang membawa pemerintah untuk berkuasa, dengan perjuangan kami. Kalian tidak bisa memperlakukan kami seperti ini" pungkas Lopez. 

Selama ini wilayah Yungas yang terletak di Pegunungan Andes merupakan salah satu daerah utama produksi koka di Bolivia. Bahkan hasil pertanian koka di wilayah itu bernilai hingga 200 juta dolar AS atau senilai Rp2,8 triliun setiap tahunnya.

Akan tetapi menurut perhitungan dari Kantor Kriminal dan Narkoba PBB menyebutkan jika mayoritas hasil pertanian koka di Bolivia tidak diperdagangan dalam pasar resmi, dilaporkan dari Reuters

Baca Juga: Lakukan Percobaan Bunuh Diri, Eks Presiden Bolivia Kini Stabil

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya