Carlos the Jackal Ajukan Banding Keringanan Hukuman Penjara

Telah melakukan berbagai aksi terorisme di tahun 70-80an

Jakarta, IDN Times - Seorang militan sayap kiri bernama Ilich Ramírez Sánchez atau yang dikenal dengan nama Carlos the Jackal kembali mengajukan banding pada Rabu (23/9/2021) terkait putusan hukuman penjara seumur hidup. 

Keputusan naik banding ini dilakukan untuk mengurangi hukumannya terkait dengan aksi terornya yang mengakibatkan beberapa orang tewas dan puluhan orang mengalami luka-luka di Paris, Prancis tahun 1970an. 

Bahkan Carlos yang merupakan seorang anak dari seorang pengacara beraliran komunis di Venezuela itu dikenal sebagai salah satu teroris sayap kiri paling terkenal dan ditakuti negara-negara Barat pada masa Perang Dingin. 

1. Mendapatkan dua hukuman penjara seumur hidup sekaligus

Pengadilan Paris pada Jumat (24/9/2021) telah menolak pengajuan banding yang diupayakan oleh militan asal Venezuela, Carlos the Jackal. Hal ini terkait dengan serangan pelemparan granat pada Publicis Drugstore di Paris tahun 1974. 

Atas aksi terorisnya itu, ia resmi mendapatkan hukuman penjara seumur hidup pada 2017. Setelah dituntut oleh pengadilan sebagai pelaku utama pembunuhan dan pengeboman yang menewaskan dua orang dan melukai 36 orang. 

Padahal pengacaranya pada Rabu lalu, telah meminta Pengadilan Tinggi Prancis untuk berpikir ulang soal keputusan di tahun 2019 itu. Pasalnya, ia tidak seharusnya dipenjara seumur hidup atas dua kasus yang sama. 

Sebelumnya Carlos the Jackal juga sudah mengalami kekalahan dalam dua kali pengajuan banding terkait pembunuhan dan serangan terorisme yang dilakukannya pada tahun 1980an di Prancis, dilansir dari laman Morning Star

2. Carlos the Jackal dikenal sebagai teroris paling dicari oleh negara-negara Barat

Baca Juga: Venezuela Sebut Drone Kolombia Langgar Perbatasan Udara

Ilich Ramírez Sánchez yang lahir pada 17 Oktober 1949 adalah seorang militan beraliran Marxist dan menjadi musuh nomor satu negara-negara Barat sekaligus salah satu buronan paling dicari di dunia. Pasalnya, ia telah melakukan berbagai aksi terorisme besar yang membuat geram negara-negara Barat. 

Selain melakukan pelemparan granat di Publicis Drugstore, Paris tahun 1974, ia juga melakukan berbagai aksi terorisme lainnya, seperti pembunuhan dua polisi Prancis dan informan di tahun 1975, dikutip dari Reuters

Sedangkan di tahun 1982, ia berhasil melancarkan serangan pada sebuah kereta api TGV di Paris. Serta melakukan serangan yang sama di Marseille pada 1983, yang mengakibatkan tewasnya 11 orang dan sebanyak 150 orang mengalami luka-luka. 

Tak hanya itu saja, Carlos juga disebut ikut andil dalam serangan untuk membantu pejuang pembebasan Palestina (PFLP), seperti dalam pembajakan pesawat dari Prancis menuju ke Uganda tahun 1976 yang berakhir dengan penyergapan Israel. 

Ramírez Sánchez juga diduga ikut serta dalam kasus pemboman di kantor pusat Radio Free Europe/Radio Liberty di Munich. Bahkan ia juga diduga menjadi dalang dalam serangan di kantor pusat OPEC pada tahun 1970an, dilaporkan dari France24.

3. Carlos berhasil ditangkap di Sudan setelah 2 dekade menjadi buronan

Dilansir dari Euronews, setelah melakukan aksinya, ia terpaksa melarikan diri ke berbagai negara Eropa Timur dan Arab. Akan tetapi, Sanchez akhirnya berhasil ditangkap pada tahun 1994 ketika berada di Sudan, setelah adanya operasi yang dilakukan Badan Intelijen Prancis dan kemudian dikirim ke Prancis. 

Sejak tahun 1994 hingga kini, Ramirez Sanchez menghabiskan waktunya di balik jeruji besi dan resmi mendapatkan hukuman pada tahun 2017. Meski sudah mendapatkan hukuman penjara, tetapi Sanchez tetap menggambarkan dirinya sebagai tahanan politik. 

Di sisi lain, Sanchez merupakan seorang anak dari pengacara politik beraliran komunis dan ibu beraliran sosial demokrat yang menganut agama Katolik. Namun pandangan kiri orang tuanya yang begitu kuat, membuatnya dinamai Ilich dan bahkan saudaranya dinamai Lenin dan Vladimir. 

Selain itu, Ramírez Sánchez yang kini berusia 71 tahun itu sudah dikenal sebagai salah satu sosok penting dalam memperjuangkan Palestina di Eropa. Terutama usai bergabung dengan PFLP (Popular Front for the Liberation of Palestine) di tahun 1970an. 

Bahkan Sanchez yang dibesarkan sebagai seorang ateis diketahui sudah menganut agama Islam pada tahun 1970an. Di samping itu, ia diketahui memiliki empat orang anak dan beberapa istri dalam hidupnya, termasuk pengacaranya sendiri bernama Isabelle Coutant-Peyre. 

Namun terdapat permintaan terakhirnya apabila pengajuan bandingnya tidak disetujui. Carlos ingin melanjutkan hukumannya di negara asalnya Venezuela, tetapi pengacaranya mengatakan, pihak Caracas harus meminta Paris terlebih dahulu terkait rencana tersebut, dilansir dari France24

Baca Juga: Italia Tolak Ekstradisi Eks Menteri Perminyakan Venezuela

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya