Demonstrasi di Tajikistan Berujung Ricuh, 9 Orang Meninggal Dunia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Demonstrasi besar-besaran terus terjadi di wilayah otonom Gorno-Badakhshan, Tajikistan sejak Senin (16/5/2022). Bahkan, protes tersebut mengakibatkan kericuhan antara Suku Pamiri dan aparat kepolisian yang berupaya membubarkan massa.
Dilansir RFE/RL, Provinsi Gorno-Badakhshan dikenal sebagai wilayah otonom yang terletak di bagian timur Tajikistan. Wilayah ini mencakup 45 persen dari total area Tajikistan, tapi hanya ditinggali tiga persen total penduduknya. Sementara itu, mayoritas penduduknya adalah Suku Pamiri.
1. Terdapat sembilan orang tewas, termasuk aparat kepolisian
Berdasarkan keterangan dari otoritas Tajikistan, terdapat sembilan orang tewas akibat demonstrasi yang berujung ricuh di Gorno-Badakhshan pada Rabu (18/5/2022). Para korban tewas diketahui sebagai warga lokal dan seorang lainnya merupakan aparat kepolisian.
Selain seorang aparat, Kementerian Dalam Negeri Tajikistan juga menyebut terdapat 12 petugas yang terluka parah akibat bentrokan kelompok militan. Pemerintah menyebut demonstran menggunakan bom molotov untuk melawan aparat keamanan.
Dilaporkan BNE Intellinews, timbulnya korban tewas ini setelah Pemerintah Tajikistan menggulirkan operasi melawan aksi terorisme di wilayah yang berbatasan dengan China dan Afghanistan itu. Bahkan, Kemendagri Tajikistan mengungkapkan bahwa sejumlah kelompok teroris sudah menutup jalan raya dalam beberapa hari ini.
Meski tidak ada bukti, pemerintah Tajikistan mengklaim bahwa para demonstran didukung oleh kelompok teroris internasional. Kelompok teroris itu yang diduga menyuplai senjata dan amunisi kepada para demonstran untuk melangsungkan aksi terorisme.
Baca Juga: Tajikistan: Negara Pegunungan Penghasil Kapas
2. Ini tuntutan para demonstran
Editor’s picks
Demonstrasi besar di Gorno-Badakhshan disebabkan adanya dugaan pemerintah setempat enggan mengusut kasus pembunuhan aktivis Suku Pamiri oleh aparat kepolisian pada November 2021. Pasalnya, aktivis tersebut diduga menyulut timbulnya kerusuhan dan ketidakstabilan di wilayah tersebut.
Atas hal itu, warga Suku Pamiri di Gorno-Badakhshan menuntut pemerintah agar segera mengusut kasus tersebut. Mereka juga menuntut agar Gubernur Gorno-Badakhshan dan Wali Kota Khorog mundur dari jabatannya, sebab lalai menjalankan tugasnya.
Tensi terkait Gorno-Badakhshan juga sudah memanas sejak April lalu, setelah pemerintah Tajikistan mengekstradisi aktivis Suku Pamiri yang berbasis di Moskow, Rusia, Amriddin Alovatshoyev. Setelah diekstradisi, Alovatshoyev mendapat hukuman 18 tahun penjara atas kasus terorisme, dilansir Eurasianet.
3. Sebanyak 114 demonstran ditahan usai protes besar-besaran
Menurut keterangan dari Kemendagri, polisi sudah menangkap sebanyak 114 anggota kelompok teroris dalam operasi anti-teroris di Rushan, Gorno-Badakhshan. Selain itu, terdapat delapan anggota kelompok militan yang masih dalam pengejaran.
Kemendagri Tajikistan juga menyebut situasi di Gorno-Badakhshan sudah kondusif dan stabil seperti biasanya. Bahkan, transportasi publik dan sejumlah institusi sosial sudah melanjutkan operasionalnya. Namun, sekolah dan instansi pemerintahan di Badakhshan masih ditutup.
Gorno-Badakhshan menjadi masalah utama Tajikistan sejak berakhirnya perang sipil yang berlangsung selama lima tahun. Perang saudara di negara Asia Tengah itu berlangsung tak lama setelah memisahkan diri dari Uni Soviet pada tahun 1991, dilaporkan Euractiv.
Di samping itu, Gorno-Badakhshan dikenal memiliki masyarakat dengan etnis dan bahasa yang berbeda dari wilayah lain di Tajikistan. Maka dari itu, pemerintah menduga wilayah otonom itu menjadi basis dari kelompok teroris yang membelot kepada pemerintah Tajikistan.
Baca Juga: 5 Tempat Wisata Terbaik di Dushanbe-Tajikistan, Bikin Gak Mau Pulang!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.