Eks Presiden Kosovo Ditetapkan Tidak Bersalah dalam Kasus HAM

Thaci dianggap sebagai pahlawan di Kosovo

Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Kosovo, Hashim Thaci ditetapkan tidak bersalah dalam kasus kejahatan perang di Den Haag dalam sidang pada Senin (3/4/2023). Pasalnya, ia dikenal sebagai pemimpin gerilya Tentara Pembebasan Kosovo (KLA) melawan tentara Yugoslavia pada 1998-1999. 

Thaci sempat menjabat sebagai Presiden Kosovo dan resmi mundur dari jabatannya pada November 2020 usai mendapat dakwaan dari Kosovo Specialist Chambers (KSC) di Den Haag. Ia dituding membunuh 100 orang dan melakukan kejahatan yang mengakibatkan hilangnya sejumlah orang. 

Baca Juga: Kosovo Tuding Rusia Ingin Rusak Stabilitas Balkan Barat 

1. Thaci dan tiga terdakwa lainnya ditetapkan tidak bersalah

Persidangan mantan Presiden Hashim Thaci ini dilakukan bersamaan dengan tiga terduga pelaku lainnya pada Senin. Mereka didakwa atas tudingan bertanggung jawab dalam kejahatan yang dilakukan bawahannya. 

Jaksa Alex Whiting mengatakan bahwa keempat terdakwa diduga menargetkan lawan politik, termasuk kelompok minoritas Serbia dan Roma. Mereka disebut menahannya dan membunuh 102 dari minoritas tersebut. 

"Tidak ada justifikasi dalam penahanan paksa dan orang yang ikut perang dan menyebutnya melakukan kekerasan, penyiksaan, dan pembunuhan. Ini kenapa jaksa membawa kasus ini untuk menjelaskan hukum dan prinsip bahwa tidak ada yang berada di atas hukum, termasuk saat peperangan," papar Whiting, dilansir Reuters.

Setelah proses pengakuan, keempat terdakwa yang merupakan mantan petinggi Tentara Pembebasan Kosovo itu akhirnya ditetapkan tidak bersalah. 

Baca Juga: Kosovo Gaspol Ambil Alih Properti di Wilayah yang Dominan Warga Serbia

2. Dituding membunuh 100 orang yang dianggap sebagai kolaborator Yugoslavia

Dugaan keterlibatan Thaci dalam kasus pelanggaran HAM ini berasal dari penyelidikan KSC sebelumnya. KSC menganggap bahwa Thaci dan jajarannya melancarkan operasi di Kosovo dan terlibat dalam kasus penculikan dan hilangnya ratusan orang dari etnis Albania, Serbia, dan Roma. 

Korban yang diculik merupakan lawan KLA karena dituding melakukan kolaborasi atau berkomplot dengan pasukan, pejabat, dan institusi negara Yugoslavia. 

Dilaporkan Balkan Insight, Perang kemerdekaan Kosovo dari Serbia termasuk salah satu konflik berdarah di Eropa. Peristiwa itu mengakibatkan setidaknya 10 ribu orang tewas yang mayoritas merupakan etnis Albania dari Kosovo. 

Sementara, lebih dari 1.600 jasad korban kekerasan tersebut masih belum diidentifikasi sampai saat ini. Perang Kosovo pun berakhir setelah serangan udara NATO di Yugoslavia selama 78 hari. 

Baca Juga: Tolak Proposal UE soal Pengakuan Kosovo, Warga Serbia Demo Lagi

3. Warga Pristina gelar demonstrasi dukung Thaci

Menjelang dibukanya persidangan kepada Thaci di Den Haag. Warga Kosovo menggelar demonstrasi di Pristina. Demonstrasi yang diorganisasi kelompok Freedom Has A Name itu untuk mendukung mantan pemimpin KLA, termasuk Thaci yang akan diadili. 

Thaci sebagai mantan pemimpin gerilya KLA setelah negara ini muncul sebagai pahlawan di Kosovo. Ketenarannya membawanya menjabat sebagai presiden dan perdana menteri dalam periode yang berbeda. 

"Kemenangan ini tidak mungkin didapat tanpa keberanian, perjuangan, dan ketidakegoisan pada pemuda pejuang Tentara Pembebasan Kosovo," tutur seorang seniman Eliza Hoxha selaku anggota Partai Demokratik Kosovo dalam aksi protes, dilansir RFE/RL.

"Alasan kami keluar hari ini karena kami harus mendukung para pejuang yang memberikan kami kebebasan. Ini adalah hal baik untuk mendukung mereka karena mereka ditahan secara tidak adil," kata seorang demonstran bernaam Shqiprim Veseli. 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya